Part 31

1.1K 95 7
                                    


2.352 kata, spesial buat para readers yang sudah baca sejauh ini :)

Happy Reading :)

Hari berganti bulan itu terus berjalan bahkan hari-hari sebelumnya mereka semua melewatinya dengan sedih, senang ataupun mandiri tanpa seseorang. Sean dan Jisoo makin akrab ditambah Sean yang selalu antar jemput Jisoo ke kampus, kata Sean sih supaya tidak ada yang ganggu Jisoo aja. Cih, alasan yang tidak masuk akal kan readers?

Bukan hanya Sean dan Jisoo makin akrab, Joy dan Wendy bahkan makin-makin lengket seperti sudah di beri lem. Oh author lupa Irene dan Seulgi, mereka berdua juga sudah menikah sekitar dua bulan lalu. Tidak usah di deskripsikan, karena yang patut di deskripsikan itu pernikahan Chaesoo yang di tunggu para readers:) bukan begitu kawan-kawan?

Makin akrab iya, tapi akrab mereka itu beda dari yang lain. Akrabnya mereka tuh berantem, akur, berantem, akur, habis akur ya makan, tapi kalau berantem ya jauhan. Simpel kan? Simpel ko, yang bikin ribet kan orang yang selalu mau menang sendiri.

"Habis pulang kuliah tetap aku yang jemput" ucap Sean datar. Jisoo tetap kokoh dengan pendiriannya, dia tidak ingin pulang bareng Sean.

"Aku bilang tidak ya tidak, ngerti nggak sih?!" Emosi Jisoo.

"Nggak ngerti" jawab Sean yang masih datar.

"Bukan teman, bukan pacar, apalagi suami. Ko kamu yang ngatur-ngatur?!" Masih dengan nada bicara yang tidak santai dari seorang Kim Jisoo.

Sean yang stress mendengar Jisoo yang terus membantah itupun akhirnya membelokkan mobilnya balik, ia tidak jadi mengantar Jisoo ke kampus. Jisoo membelalakkan matanya tidak percaya, bahkan asap sudah keluar di kepala Jisoo karena siap mengeluarkan makiannya.

"KENAPA KAU BER-" ucapan Jisoo berhenti ketika Sean memasukkan Snack di dalam mulut jisoo. Jisoo kini tambah marah dia ingin sekali membunuh Sean sekarang juga. "BERANI-BERANINYA K-" lagi dan lagi ucapannya terhenti ketika Sean memasukkan sapu tangan ke dalam mulut jisoo, Jisoo langsung mengeluarkannya dan langsung memukul lengan Sean.

Mendapatkan pukulan yang cukup keras, akhirnya Sean menepikan mobilnya untuk berhenti. Sean pun langsung memegang kedua tangan Jisoo.

"Hiks, hiks... Kamu jahat, hiks..." Kini air mata Jisoo tumpah, tangannya masih di pegang oleh Sean. Sean pun melepas tangan Jisoo sambil menghela nafas pelan. Jisoo langsung menghadap samping untuk menatap jendela dan menghapus air matanya.

"Mianhae" ucap Sean yang menyentuh bahu Jisoo, namun Jisoo menepisnya. "Kamu taukan? Kondisimu selalu dalam bahaya Ji. Itu mengapa aku tidak ingin membuatmu pulang sendiri, apalagi aunty Irene menyuruhku menjagamu kan? Tolong hargai aku Ji, aku hanya ingin membalas kebaikan aunty Irene untuk mommy di waktu itu. Kalau ada cara lain yang bisa aku balas kebaikan keluargamu, mungkin aku setuju saja apapun itu" Sean mengatakan itu dengan sangat pelan, namun ia tidak menatap Jisoo melainkan menatap ke arah depan sambil bersandar.

Jisoo berbalik menatap Sean yang sedang memejamkan mata, ada rasa bersalah dari Jisoo karena sudah meninggikan suaranya di hadapan Sean. Jisoo menunduk lalu mengambil tangan Sean untuk di genggam, Sean pun membuka matanya dan beralih menatap Jisoo.

"Aku yang salah oppa, seharusnya aku tidak berbicara dengan nada tinggi di depanmu. Mianhae, sekali lagi aku minta maaf oppa" ucap Jisoo lirih, Sean tersenyum jika Jisoo sedikit menyadari kesalahannya. Sean pun langsung membawa Jisoo kedalam pelukannya sambil di usap punggung Jisoo dengan lembut dan pelan.

KUTUB UTARA [CHAESOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang