Part 35

1.8K 97 10
                                    


Tinggalkan komen untuk chapter terakhir ini :)

Happy Reading :)

Jisoo tampak bermalas-malasan untuk bangun, Sean yang sudah kembali masuk kamar itupun masih mendapati Jisoo yang tertidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Sedikit heran melihat istrinya saat ini, karena biasanya Jisoo bangun sangat pagi untuk membantu mommy dan halmoni di dapur, tapi sekarang? Dia masih menikmati alam mimpinya tanpa mengingat jam berapa sekarang.

Sean duduk di sisi kasur untuk membelai wajah visual yang di miliki istrinya itu, bibir hati yang menjadi candu menurut Sean. Tapi mereka berdua tidak melakukan pergulatan panas tadi malam, namun mengapa Jisoo bisa selelah ini jika di lihat.

"Sayang, bangun dulu untuk sarapan" dengan lembut Sean membangunkan Jisoo.

"Bangun yuk, kita sudah di tunggu di bawah sama mereka" masih dengan suara lembut dan belaian di wajahnya, Jisoo terbangun dan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Sedikit duduk dari tidurnya untuk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu, Sean hanya memperhatikan itu. Hingga tiba-tiba Jisoo menutup mulutnya dan langsung menyingkirkan Sean di dekatnya. Dengan sedikit berlari, Jisoo masuk ke kamar mandi tepatnya di depan wastafel untuk memuntahkan isi perutnya.

Sean panik melihat Jisoo yang bangun-bangun langsung muntah, dengan sabar Sean memegang rambut Jisoo dan memijat tengkuknya. Memperhatikan Jisoo yang wajahnya sedikit pucat.

"Sudah sayang?" Tanya Sean yang di angguki Jisoo, dengan telaten Sean membersihkan mulut jisoo dengan tisu. "Ayo kembali ke kamar untuk istirahat" ucap Sean yang memegang Jisoo, tapi Jisoo menggeleng tidak mau.

Sean menaikkan sebelah alisnya heran, Jisoo dengan cepat merentangkan kedua tangannya untuk di gendong ala koala. Sean tersenyum melihat Jisoo yang menggemaskan di pagi ini, dengan sigap Sean langsung menggendong Jisoo ke kamar.

Jisoo hanya membenamkan wajahnya di ceruk leher Sean sambil meniup-niup leher itu dengan jahil. Sean yang menopang berat badan Jisoo itu hanya melarang Jisoo untuk tidak meniup lehernya, tapi Jisoo hanya tertawa mendengar larangan Sean itu.

Dengan sangat pelan, Sean ingin menurunkan Jisoo dari gendongan. Tapi Jisoo geleng-geleng kepala tidak mau sambil mengalungkan tangannya dengan erat ke leher sean.

"Kenapa nggak mau turun?" Tanya Sean yang kembali memperbaiki posisi gendongan Jisoo.

"Pengen di gendong telus" jawab Jisoo yang mengikuti suara anak-anak. Sean tersenyum di balik punggung Jisoo karena kelakuan ajaib Jisoo di pagi hari.

"Ya udah, sekarang mau makan apa? Biar aku telpon Joy suruh bawa makanan ke sini" Sean dengan langkah kecil memutari kamarnya sendiri sambil menggendong Jisoo seperti bayi yang sedang di tenangkan.

"Nggak mau makan!" Suara Jisoo tiba-tiba terdengar marah, Sean mengernyit heran.

"Terus maunya apa?" Tanya Sean lagi.

"Nggak mau di tanya sama oppa pokoknya!" Ngegas Jisoo yang langsung menggigit leher Sean.

"AAARRRGGHH! Kenapa di gigit Kim Jisoo" ucapan Sean masih santai dan tidak meninggi, namun Jisoo mengira itu di bentak. Dia melonggarkan pelukan di leher Sean untuk menatap Sean yang tangan kanannya mengusap leher yang digigitnya, sedangkan tangan kirinya masih menopang berat badannya.

"Hiks, hiks... Oppa marah sama aku, hiks..." Sean melototkan matanya melihat Jisoo menangis dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Sejak kapan ia memarahi Jisoo pikirnya.

KUTUB UTARA [CHAESOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang