"Bulan butuh waktu untuk bersinar, begitu pula aku. Butuh waktu untuk bertahan denganmu._Ema.
"Yey, sembarangan. Gue gak sendirian kok, banyak tuh orang lagi pada makan," ucapnya tak mau kalah."Dasar kepala batu."
Arul mencoba menghibur Ema, agar gadis itu tidak sedih lagi.
"Ma, jalan-jalan ke taman yuk." Arul mengajak Ema. Mendengar kalimat yang baru saja Arul lontarkan, Ema menaikan satu alisnya sebagai pertanyaan.
"Ngapain? Lagian kita kan mau makan, kenapa harus ke taman coba?"
"Yah, cari angin aja," alasannya. Arul tidak ingin Ema terluka karena melihat teman-temannya yang lain sedang asik dengan Sonia.
"Ngapain angin dicari? Pacar tuh yang dicari Rul," canda Ema.
"Ye, nih bocah. Susah banget dibilangin," kesal Arul.
Tanpa persetujuan dari Ema lagi. Arul menarik pergelangan tangan Ema. "Eheh..., lo mau bawa gue ke mana?"
"Udah ikut aja, nanti juga lo tau." Tak memberontak lagi. Ema hanya mengikuti langkah Arul.
Keduanya sudah sampai di taman belakang sekolah. Teman biasa anak Argde melakukan kenakalan. Dengan cara bolos pelajaran.
Sudah lama Ema tidak ke tempat itu, pertama menginjakkan tempat itu lagi. Banyak bayang-bayang mereka dulu, terlihat sangat bahagia. Tidak ada senyuman palsu seperti sekarang.
"Rul," panggil Ema. Arul yang sudah peka dengan hal itu, lelaki itu pun menghampiri Ema. Berdiri disebelahnya.
"Gue tau, lo kangen kita kayak dulu kan? Gak tau kenapa, gue ngerasa. Kita sekarang ini terlihat jauh, padahal tiap hari kita bareng terus." Arul berucap sambil menatap ke arah depan. Membayangkan kebahagiaan mereka dulu yang dipenuhi canda tawa.
"Bukan cuman lo Rul, gue juga ngerasain hal yang sama. Setelah apa yang terjadi dengan kita. Semuanya berubah, Roby yang sekarang gampang emosian, Diki, kalau Diki gue gak tau perubahannya di mana. Tapi, Galen, cowok itu gak mau berbagi cerita sama gue lagi, gue ngerasa ada sesuatu yang dia sembunyikan dari gue. Gue sendiri gak tau itu apa, setiap gue tanya. Dia selalu ngalahin pembicaraan."
Arul menghelai napas panjang. Persahabatan mereka sekarang sedang dilanda kebingungan. Banyak perubahan yang mereka tidak sadari.
"Menurut lo, apa yang sekarang kita lakuin supaya kita semua bisa balik kayak dulu lagi?" Arul mencoba membuat rencana, berharap semuanya akan berhasil.
Namun, sekarang bukan saatnya untuk merencanakan semua itu. Ema tidak mengerti harus bagaimana, apalagi disuruh bikin rencana.
"Next time aja ya rencananya, gue lagi pusing nih. Kita harus mulai pendekatan lagi, sekarang udah beda banget, dulu setiap kumpulan di rumah gue, pasti kita ngobrol banyak. Sekarang, banyak yang sibuk sama urusan sendiri," Ema kesepian. Kenapa harus ada perubahan diantara mereka?
"Oke, gue gak mau lo sakit gara-gara mikirin hal kayak gini. Kita ke kelas aja yuk!" Ema kembali menatap Arul, banyak pertanyaan yang menunggu jawaban dari binar mata Arul.
"Rul, kenapa cuman lo yang ada buat gue?"
Arul yang sudah berdiri, kembali berjongkok, menyamai tingginya dengan Ema yang masih duduk di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...