"Gak usah sok baik, kalau pada akhirnya lo rebut semua kebahagiaan orang yang udah baik sama lo. Bahkan lo ambil semua yang saat ini dia punya."_Arul.
Pagi ini, Arul berniat membicarakan semuanya kepada ketiga temannya. Meskipun Diki tidak banyak berubah, tetap saja. Sosok kasih sayangnya tiba-tiba hilang.
"Gue mau ngomong sama kalian semua," ujar Arul. Lelaki itu menghampiri ketiga temannya yang tengah asik Mabar geme online.
"Ngomong tinggal ngomong kali Rul, serius amat," balas Diki yang masih sibuk dengan gemenya.
"Kali ini gue serius, dan ini penting!"
Mereka menatap Arul sebentar, setelah itu melanjutkan bermain geme.
"Emang apa yang penting? Lo mau bahas soal apa sih Rul?"
Ketiga lelaki itu masih tidak menyadari kesalahan mereka. Hal itu, membuat Arul geram. Arul mengambil handphone Galen, untuk menghentikan aksi mabar mereka.
"Eheh, lo apa-apaan sih Rul?" Galen berusaha mengambil alih handphonenya kembali.
"Setelah gue ngomong gue bakal kasih handphone lo Gal, tolong dengar! Sebentar aja,"pintanya.
Tak ada lagi suara Arul yang menantang. Akhirnya mereka semua mendengar apa yang akan Arul ucapkan.
"Oke, sekarang ngomong. Lo mau ngomong soal apa?" Galen mempersilahkan Arul untuk bicara.
"Kalian ngerasa jauh dari Ema gak? Terutama lo Gal, lo kan cowoknya. Bahkan dulu lo sendiri kan yang minta ke kita, buat terima Ema. Buat dia bahagia, kenapa sekarang lo ingkari?"
Galen tertunda, tak bisa menjawab pertanyaan yang barusan Arul lontarkan. Banyak alasan yang minta penjelasan yang harus Galen berikan. Ia juga tidak ingin seperti ini, namun, mau bagaimana lagi. Ia tak punya pilihan lain.
"Apaan sih lo Rul, lo aja kali yang terlalu bawa suasana. Makanya gitu," elak Galen. Tatapan Arul terus menyelidiki.
"Gak, gue gak terlalu bawa suasana. Tapi, emang kenyataan kok. Kemarin aja, pas kalian asik ngobrol sama Sonia. Ema ngeliatin kalian dari kejauhan," jelas Arul.
Tiba-tiba Diki langsung menyeletuk. "Oh, pantes lo kabur. Izin ke toilet tapi gak balik-balik lagi. Alasannya karena Sonia?"
Arul tak peduli, ia tak mau mendengarkan Omelan Diki. Saat ini, ia butuh penjelasan dari teman-temannya.
"Apaan sih, gak usah bahas soal itu. Sekarang yang gue tanyain kenapa kalian berubah," lanjutnya.
Ketiganya terkejut mendengar kalimat terakhir Arul.
"Maksud lo apa yang berubah? Gak ada, lo aja kali yang terlalu dibawa perasaan. Jadinya gini, ngerasa ada yang aneh, padahal gak," ujar Roby. Yang sedari tadi hanya diam mendengarkan mereka bertengkar.
"Gak, gue gak bawa perasaan. Lagian nih ya, semenjak banyak yang kita alami, semuanya tiba-tiba berubah. Galen yang tiba-tiba diam, tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuk menjelaskan semuanya ke Ema. Dan, Roby. Kenapa lo gampang emosian sekarang? Dulu aja lo kan yang selalu ngasih motivasi ke kita semua. Tapi, lo sekarang beda. Cepat tersinggung, padahal dulu lo gak pernah peduli dengan kelakuan orang atau omongan orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...