Ch 2.1 - Pagi Pertama

48 25 39
                                    

Hari kedua di Perbatasan. Semalam, Yuuka dan Ririka mengigau dan memperebutkanku sebagai bantal peluk. Ririka sih masih hanya memeluk, kalau Yuuka berputar seperti gasingan tiap beberapa menit, sehingga aku tidak bisa tidur sama sekali.

Sepertinya aku memang tidak bisa merasakan sakit, akan tetapi rasa lelah masih ada. Jadi bukan hanya lapar, tapi kita juga bisa lelah ya?

Aku sudah beberapa hari sulit tidur setelah kehilangan orang tuaku, tapi masih setidaknya empat jam per hari. Baru semalam pertama kalinya aku bisa tertidur kurang dari satu jam sebelum Yuuka mulai berputar seperti gasingan.

"Ohayou, Mii-nee," sapa Ririka yang menengadah ke atas melihat wajahku. Dia terlihat masih mengantuk.

"Ohayou," balasku.

"Sekarang, kita sama-sama korbannya Onee-chan."

"Iya. Kamu hebat sekali bisa sabar selama ini. Aku saja tidak bisa tidur setelah dia mulai... berputar?" kataku.

Ririka menggelengkan kepala, lalu berkata "kami tidur di kamar sendiri-sendiri, semenjak datang ke tempat ini. Sedekat apa pun, aku tidak pernah bisa tidur nyenyak dengannya," balas Ririka. Bahkan orang terdekat pun tidak bisa tahan, aku rasa orang yang akan menikah dengan Yuuka harus memiliki mental dan kesabaran yang kuat. "Semalam, aku bisa tidur, karena Mii-nee sangat hangat dan sangat lembut. Sangat nyaman. Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini, meski tidur dengan Onee-chan," lanjut Ririka.

"Ternyata selama ini itu yang kamu pikirkan, Lily(リリー)!? Jadi itu alasan kenapa kamu mendadak minta tidur sendiri-sendiri!?" Yuuka sepertinya sudah terbangun dan sempat mendengarkan keluhannya Ririka.

"Salah Onee-chan sendiri," Ririka memeluk lenganku dan membuang muka dari Yuuka, kemudian balik melihatku. "Iya kan, Mii-nee?"

"... Ahahaha..." karena canggung, hanya tawa seperti itu yang bisa keluar dari mulutku.

"Nozomi-nee dan aku, mana yang lebih kamu suka!?" Yuuka berteriak, langsung ke telingaku. Yang ingin kamu tanya Ririka, jangan malah teriak di telingaku!

Tapi... uwah, aku sering sekali mendengar Mama melakukan itu ke Papa saat cemburu karena Papa terlalu lama memanjakanku dan tidak memberikan waktu untuk Mama. Biasanya di Sabtu malam pada pekan itu, mereka pergi keluar berdua dan menyuruhku menjaga rumah. Pagi hari biasanya mereka pulang, Mama menempel ke Papa, sedangkan Papa terlihat cukup lelah dan mengantuk. Meski begitu, Papa tetap menemaniku menonton Pengendara Bertopeng pagi sebelum akhirnya tergeletak di atas kasur seharian.

Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi aku sangat senang tiap kali mereka berbaikan. Akan tetapi aku juga tidak pernah mendengar Papa menjawab pertanyaannya Mama dengan jelas di hadapanku.

"... Onee-chan... jahat..." Ririka yang kebingungan jawab, mulai terisak. Sepertinya dia tidak bisa menjawab.

Yuuka berdiri dan melompat ke sisi Ririka, dan memeluknya. "Waah, maaf! Iya, iya, Onee-chan yang salah! Jangan menangis lagi, dong!" Ternyata dia bertingkah seperti seorang kakak, lebih dari yang aku kira.

Ririka masih menangis untuk beberapa saat, dan di tengah-tengahnya aku merasa kalau dia berkata... "... gampangan..."

... Aku merasa mendengar sesuatu yang seharusnya tidak aku dengar. Ternyata anak ini tahu benar cara memanfaatkan posisinya sebagai adik. Benar-benar menyeramkan.

"Kalau begitu, aku akan masak. Kalian berdua mandi dulu dan ganti baju, ya."

""Baiiik!""

Aku menuju ke dapur, meninggalkan keduanya untuk memasak.

At the Boundary [Tamat] + ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang