Ch 5.3 - Pahlawan dan Teman

38 21 46
                                    

Hari itu berlalu dengan cukup cepat. Paginya aku bermain dengan anak-anak, kembali untuk sarapan, kemudian bermain lagi. Telur gulung yang Nozomi-san buat sangatlah enak.

Siangnya, Nozomi-san menanyakan apakah nama Seira itu sebenarnya nama Jepang. Seira menjawab iya, dan dia adalah blasteran Inggris-Jepang. Namanya ditulis dengan kanji bintang dan cinta, dibaca Seira(星愛).

Sorenya, anak-anak tertidur karena lelah bermain. Saat itulah, Nozomi-san memanggilku ke teras untuk berbicara empat mata. Dia menyuguhkan secangkir susu coklat hangat kepadaku. Beberapa menit kami terdiam sambil meminum susu coklat hangat, lalu Nozomi-san berkata "sepertinya aku tidak bisa mengatai Kazu-oji-san untuk ini."

Cuma satu kali kemarin dia memanggil Kazu-san dengan tidak sopan, setelahnya dia memanggilnya Paman Kazu terus. Walau aku tidak mengerti apa yang dia maksud barusan.

"Jadi, apa yang terjadi?" tanyanya secara langsung.

"... Aku..."

"Aku tidak dendam padamu... yah, aku akan bohong kalau aku bilang begitu. Sampai sekarang, aku masih menganggap pilihanmu telah merenggut nyawa orang tuaku."

Begitu rupanya... ternyata dari kemarin, Nozomi-san menahan rasa bencinya kepadaku ya...

"... maaf..."

"Tapi, nasi sudah menjadi bubur." Nozomi-san berdiri dari kursi, kemudian berjalan menuju ke pagar pembatas, sambil membentangkan kedua tangannya ke samping. "Aku sudah memutuskan, aku tidak akan lagi melanggar jalan Pembela Keadilan yang Papa ajarkan!"

Sosok itu, sangatlah berbeda dari saat di rumah sakit... Dirinya yang memaksakan diri, sudah tidak terlihat lagi. Kelopak bunga sakura bertebaran di bawa angin dari pohon nan jauh berhembus ke arahnya, seakan mereka memiliki keinginan untuk membuat Nozomi-san terlihat lebih berwibawa.

Nozomi-san berbalik, kemudian berjalan ke arahku. Entah kenapa, dia menepuk kepalaku seakan memperlakukanku seperti anak yang lebih muda darinya. "Tidak akan ada yang bisa mengembalikan waktu, maupun nyawa orang tuaku. Jadi, bila kamu punya sesuatu untuk dikatakan, katakanlah itu. Seperti yang aku lakukan pada waktu itu di Ruang Kepala Sekolah. Setidaknya, aku yakin kamu dan aku akan merasa lebih baik," tambahnya sambil perlahan mengelus kepalaku dengan lembut.

Aku mulai menangis lagi. Tangan itu sangat hangat... bagaikan saat aku dielus oleh Mama...

Melihatku menangis, Nozomi-san mendekatkan dadanya dan kemudian memeluk kepalaku. "Menangislah... aku akan begini sampai kamu puas menangis..." tambahnya.

Sudah kuduga... aku tidak bisa melawannya... dia adalah sosok yang terlalu jauh untuk aku gapai. Dia adalah 'Pahlawan'-ku. Dia selalu saja menolongku. Meski dia tidak pernah berada di sampingku di saat-saat yang tersulit, dia melakukan yang terbaik untuk menghiburku dengan caranya sendiri...

"... a... aku..."

...

Aku menceritakan segalanya. Bagaimana kemunculan Okaa-sama dan Nii-sama pertama kali mengacaukan segalanya bagi keluarga kami. Mengapa aku tidak memiliki teman. Mengapa aku menolak Nozomi-san saat pertama kali dia mengulurkan tangannya untukku. Mengapa aku tidak bisa melawan Okaa-sama dan Nii-sama. Mengapa aku bisa sampai ke Perbatasan...

Karena menyadari aku takut sebelum mulai bercerita, dari tadi Nozomi-san terus memeluk kepalaku dan membuatku tidak bisa melihat wajahnya. Akhirnya, dia melepaskan tangannya dariku dan duduk kembali ke kursi.

"Jadi begitu ya..." Nozomi-san terdiam sesaat, sebelum akhirnya melanjutkan "pantas saja aku terus memanggilmu Shimizu tanpa sadar."

"Eh, itu?" tanyaku heran karena dia mengungkit hal yang tidak aku sangka.

"Maaf, selama ini aku lupa soal pertama kali kita bicara."

"Itu sih... tidak masalah..." balasku.

Aku sudah sadar cukup lama kalau Nozomi-san melupakan itu... Apakah jangan-jangan dia sering berbohong demi orang lain juga? Mengingat dia yang bisa langsung berbohong di tempat untuk melindungiku, sepertinya itu sangat mungkin.

"Baiklah, mari kita kembali ke topik utama." Nozomi-san berjalan, kemudian duduk di kursi seberangku. "Kakak tiri dan ibu tirimu terlalu kejam. Mereka juga yang membuatmu menjebakku, dan berakhir membuat orang tuaku mati dalam kecelakaan secara tidak langsung. Tidakkah kamu juga berpikir demikian... Izumi?"

Tentu saja aku berpikir demikian. Perlakuan mereka terhadapku semenjak Otou-sama pergi ke luar negeri untuk proyek, sangatlah mengerikan. Berkali-kali aku ingin melarikan diri, akan tetapi nyawa Mama ada di genggaman mereka. Aku juga tidak tahu cara menghubungi Otou-sama, karena di rumah kami sekarang tidak ada pelayan maupun pembantu yang membelaku. Yang ada hanyalah pelayan dan pembantu yang diberi uang tutup mulut oleh Okaa-sama dan Nii-sama.
#Otou atau Tou artinya Ayah.

"... eh?"

Tunggu, tadi Nozomi-san memanggilku dengan namaku?

"Maksudku, aku akhirnya tahu kenapa aku memanggilmu dengan nama margamu terus. Jadi aku ingin memanggilmu dengan namamu..." Nozomi-san menggaruk-garuk kepalanya, sambil tersenyum canggung. Padahal tadi dia memelukku tanpa meminta izin terlebih dahulu, akan tetapi dia malah ragu akan memanggil namaku...

"Aku tidak keberatan..." malahan, aku senang. Meski nama ini dibaca sama dengan nama marga para iblis itu, arti dari nama yang Mama berikan ini memiliki arti berbeda. Akhirnya ada orang yang kini mau memanggilku dengan namaku lagi...

"Juga, mari kita berteman!"

Setelah dua tahun lamanya semenjak kami berdua pertama bicara, dia mengulurkan tangannya lagi kepadaku sama seperti waktu itu. Meski teringat akan kebodohanku waktu itu, aku masih tersentuh kepada hati Nozomi-san yang sungguh besar.

"Baik, Nozomi-san!" aku menyalami tangannya.

Kali ini, aku akhirnya bisa berteman dengannya... Teman pertamaku semenjak aku kehilangan kepercayaan kepada yang namanya 'teman'... Teman yang mau menerimaku apa adanya...

"Sebagai temanmu, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanyanya tiba-tiba.

"Selama aku mampu!" jawabku, sedikit bersemangat karena ini pertama kalinya teman ingin meminta bantuanku.

"Aku ingin kamu kembali ke dunia nyata dan menyelamatkan ibumu."

<X>

Peraturan Perbatasan sejauh ini:

1. Anak-anak yang kehilangan semangat hidup bisa masuk ke sini.

2. Tidak bisa terluka secara fisik maupun mati. Entah kenapa organ untuk makan masih bisa merasakan panas.

3. Ada listrik, perabotan, dan bahan makanan.

4. Kebahagiaan penghuni bisa menjadi poin untuk belanja di supermarket online instan tanpa kurir.

5. Penghuni punya kamar masing-masing, dan pintu kamar hanya bisa dibuka oleh pemilik kamar. Semua pintu selain kamar bisa dibuka oleh siapa pun.

6. Musim berganti tiap 18 hari sekali, tapi pohon sakura selalu mekar. Waktu di dunia nyata berjalan lima kali lebih cepat dari Perbatasan.

7. Di satu waktu, Perbatasan punya batas maksimal penghuni.

8. Saat pulang dari Perbatasan, barang yang dibawa akan juga ikut sebagai barang bawaan.

<X>

Author's Note:

Terbuka kepada orang lain tidak boleh sembarangan.

Selama ini Izumi yang tidak bisa menceritakan situasinya kepada siapa pun, pertama kalinya menceritakan perasaannya selama ini.

Perlu kuingatkan: Izumi dan Nozomi masih 10-11 tahun.

At the Boundary [Tamat] + ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang