Seusai piknik yang sangat amat menyenangkan, kami berganti kembali ke baju kami sebelumnya, lalu kembali ke bangunan... akan aku sebut Panti Asuhan karena secara teknis tempat ini berfungsi seperti Panti Asuhan dengan Kazu-oji-san sebagai pengurusnya.
Saat kami sampai, entah kenapa pintu bangunan terbuka. Kami melihat jejak tanah, yang merupakan jejak telapak kaki. Ukurannya lebih kecil dariku.
"Jangan-jangan..." gumamku. Kazu-oji-san mengangguk pada gumamanku.
Anak baru. Kita malah pergi di saat dia datang, jalan-jalan, lalu kembali ke sini. Waktu yang sungguh tidak tepat.
Kami berjalan menuju ke dapur. Sepertinya tiga anak lain terlihat bersemangat untuk bertemu anak baru. Apakah karena aku telah memberikan kesan yang bagus kepada mereka?
"Nozomi, duduklah. Yang lainnya, tolong minggir." Entah kenapa, Kazu-oji-san menyuruhku duduk di sebuah kursi, dan menyuruh yang lainnya minggir. "Anak baru! Aku ingin kau melihat ini dan tidak takut, karena tidak akan ada yang mati!"
Eh, jangan-jangan! "Tunggu...!"
Di saat aku menyadarinya, tali yang entah sejak kapan ada di bawah lampu, ditarik. Aku mendengar suara aneh di atas, dan saat aku melihat ke atas, ternyata...
*Draaaassssss*
Ternyata ribuan tusuk gigi datang menghujaniku... Tidak, mungkin puluh ribuan.
"AAAAAHHHH!!!" Aku bisa mendengar suara teriakkan seorang perempuan, untuk pertama kalinya.
Semua tusuk gigi itu tentu saja menembusku dan tidak ada yang melukaiku.
"Tidak aku sangka kau akan benar-benar melakukannya tanpa bilang-bilang!"
"Kau sendiri yang bilang boleh. Walau aku tambah satu '0' di belakang."
Aku melihat ke yang lainnya. Reiji terlihat panik, walau tidak bersuara.
"Nozomi-nee!" "Mii-nee!" Mereka datang mendekatiku dan menutupiku dari pandangan para laki-laki. Baju biasaku... robek di sana-sini, walau bisa dibilang hanya membuatku terlihat seperti gelandangan. ""Laki-laki tidak boleh melihat!""
Mereka berusaha untuk melindungiku, akan tetapi aku yakin tidak akan ada yang tertarik dengan tubuhku di sini. Wajah Reiji juga tidak terlihat seperti dia panik melihat pakaianku yang robek-robek.
"Maaf, aku tidak kepikiran." Kazu-oji-san langsung memberikan kostum tadi yang dia simpan ke dalam penyimpanan dimensi, kepadaku. Untuk sekarang, aku hanya akan mengenakan kaosnya dulu karena hanya itu yang robek.
"Kau terlalu sering bertindak tanpa memikirkan orang lain!" bentakku.
Suara teriakkan perempuan tadi terdengar dari tangga. Aku melihat ke tangga, dan ternyata ada seorang anak perempuan berambut pirang panjang, berlutut dan menunduk memegangi kepalanya.
... Shimizu juga memegangi kepalanya seperti itu... tidak, kenapa aku malah teringat soal hal seperti itu. Ada anak yang mengira dia menyaksikan adegan pembunuhan di sini.
Aku pun segera berlari ke arah anak itu, mencoba untuk menenangkannya.
"Mom... Mom..."
... Bahasa Inggris? Gawat, itu mata pelajaran yang aku tidak kuasai!
Aku hendak meminta bantuan kepada yang lainnya, akan tetapi aku baru ingat tidak ada dari mereka yang terlihat bisa Bahasa Inggris!
"Ai am... okey...? Nott dead...?" ucapku.
Sepertinya kalimatku tersampaikan, anak itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arahku. Dia tampak terkejut.
"You're alive...?" tanyanya. Sepertinya dia bertanya apakah aku hidup atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
At the Boundary [Tamat] + Extra
Fantasy境界線にて (Kyoukaisen nite) / Di Perbatasan Kehilangan orang tuanya dan semangat hidup, Nozomi terbangun di sebuah tempat misterius. Di sana ternyata adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang kehilangan semangat hidup, 'Perbatasan'. Meski dengan aturan...