Semenjak kejadian itu, tidak ada seorang pun anak yang mencoba mendekati Shimizu Izumi. Mereka telah didoktrin oleh orang tua mereka untuk jangan dekat-dekat anak dari gadis kabaret. Belum lagi, sepatu dan buku-bukunya mulai menghilang. Tiap kali pulang, Izumi terus menangis di pelukan ibunya.
Kejadian itu berlangsung selama sebulan... sampai akhirnya Kasumi memutuskan untuk memindahkan Izumi ke sekolah lain. Akan tetapi, Kasumi yang sudah berhenti menjadi gadis kabaret semenjak sebelum hamil, hanya bekerja paruh waktu di toko bekal dan konbini, tidak memiliki uang untuk pindah ke kota lain. Alasan tentang Izumi pindah sekolah, langsung tersebar di kalangan ibu-ibu di sekolah baru.
#Konbini diambil dari Convenience yang artinya praktis, adalah sebutan untuk semua minimarket di jepang."Setidaknya tidak ada yang merundung Izumi di sana," pikir Kasumi...
Akan tetapi di sekolah yang baru, Izumi juga kesulitan mencari teman. Di matanya, mereka semua terlihat seperti orang-orang yang akan dengan mudahnya berbalik menodongkan pisau ke lehernya. Dia masih takut dengan yang namanya 'teman' karena pengalaman di sekolahnya yang sebelumnya.
Izumi tidak ingin membuat ibunya khawatir. Tiap kali pulang, dia langsung memasang senyum dan bercerita soal bagaimana dia bermain dengan teman fiktifnya. Akan tetapi setelah seminggu berlalu, Kasumi tidak bisa menahan senyuman perlahan menghilang dari wajah Izumi yang sudah berusaha ceria di depannya.
"Padahal Mama sudah berjanji akan membesarkanmu dengan baik... Mama minta maaf membuatmu mengalami hal seperti ini...!" Kasumi memeluk Izumi sambil menangis. Kasumi tidak tahu apa lagi yang harus dia lakukan.
Pada akhirnya, Izumi berhenti menceritakan soal kehidupannya di sekolah.
Dia mulai memakai kacamata pajangan, karena itu membuatnya merasa melihat sesuatu dari balik layar. Merasa bahwa dia tidak sedang melihat dari dirinya sendiri, melainkan rekaman hidup orang lain, membuatnya menjadi sedikit lebih tenang.
Di sekolah, tidak ada yang memperhatikan dirinya. Beberapa kali dia mencoba membolos karena tidak tahan sendirian, akan tetapi tidak pernah benar-benar melakukannya karena ibunya sudah susah payah untuk menyekolahkannya.
Sampai di kelas 3 SD, seorang murid pindahan datang ke kelasnya. Namanya Yukinohara Nozomi. Parasnya sendiri biasa, akan tetapi semua mata tertuju padanya.
Dengan gaya rambut yang cukup aneh, yaitu panjang sebelah, dan disetel dengan pomade ke arah kiri darinya, mengundang banyak sekali yang penasaran dengannya. Terutama para laki-laki, ada dua dari mereka yang tampak mengetahui gaya rambut apa itu, dan mereka langsung meriah setelah dua laki-laki itu menjelaskan. Terbentuk barisan antre untuk memakai topi seadanya dan berpose bersama Nozomi.
Setelah selesai meladeni antrean laki-laki, Nozomi mengajak berkenalan para perempuan yang ketinggalan arus. Dengan cepat, murid pindahan itu berteman dengan hampir separuh murid dari kelasnya.
Izumi terkagum dengan Nozomi... sekaligus iri. Nozomi mendapatkan apa yang Izumi inginkan dengan mudah. Akan tetapi, melihat Nozomi, dia sadar ada yang kurang dari dirinya sendiri... yaitu 'Usaha', 'Karisma', dan 'Keberanian'.
...
"Namamu Izumi kan? Mau berteman denganku?" tanya Nozomi, saat pergantian tempat duduk di semester baru.
Ini adalah pertama kalinya, ada yang mau mengajak Izumi berteman di sekolah itu. Terlebih lagi, dipanggil dengan nama langsung dan bukan nama marga...
Akan tetapi, Izumi teringat kembali dengan 'mereka' yang dulunya sempat akrab di sekolah lamanya. Meski dia tahu Nozomi berniat baik dan disukai oleh banyak orang, akan tetapi rasa ragu dan minder yang menumpuk di dalamnya selama ini, membuatnya melampiaskan satu kata yang sebenarnya tidak ingin dia katakan...
KAMU SEDANG MEMBACA
At the Boundary [Tamat] + Extra
Fantasy境界線にて (Kyoukaisen nite) / Di Perbatasan Kehilangan orang tuanya dan semangat hidup, Nozomi terbangun di sebuah tempat misterius. Di sana ternyata adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang kehilangan semangat hidup, 'Perbatasan'. Meski dengan aturan...