"Izumi, kamu adalah harta karun ibu!" itulah kata seorang single mother, Shimizu Kasumi, kepada putrinya yang baru masuk ke SD.
Anak itu, Izumi, berhasil menemani banyak murid di hari pertamanya. Dia sedikit pemalu, akan tetapi anak-anak yang lain aktif mengajaknya ikut bermain. Hari-harinya di kelas 1 SD berjalan dengan cukup menyenangkan... sampai hari partisipasi orang tua tiba.
Shimizu Kasumi, datang untuk melihat keadaan putrinya di sekolah. Kasumi melambaikan tangan kepada Izumi, dan Izumi membalasnya dengan sedikit tersipu. Bagi Kasumi, reaksi itu sangat terlewat manis sampai dia ingin memeluk Izumi sekarang.
"Makoto, putra saya, sangat pintar, lho! Kemarin dia dapat seratus di matematika!"
Di sebelah Kasumi adalah wanita nyentrik dengan pakaian dari merek terkenal dan tangan penuh perhiasan. Ibu dari Izumi Makoto, Izumi Masami. Selain nama marga yang kebetulan cara bacanya sama dengan nama yang dia berikan ke putrinya, Kasumi tidak kenal dengannya dan tidak mencoba untuk mendekatinya, karena wanita seperti itu biasanya tidak punya hal yang bagus untuk dikatakan.
Akan tetapi, Masami yang sadar bahwa Kasumi tidak tertarik, melabrak Kasumi dengan kata-kata "waduh, ibu ini. Apakah tidak malu datang tanpa make-up dan perhiasan?" kepada Kasumi yang memakai baju kasual seperti biasa.
"Maaf, tapi saya membesarkan putri saya untuk tidak hidup mengejar kebutuhan tersier. Kami ingin menabung untuk masa depan."
"Heh, bilang saja miskin," dengus Masami kemudian berlanjut bicara dengan ibu-ibu lainnya.
Shimizu Izumi, melihat ke Kasumi dengan pandangan khawatir, akan tetapi Kasumi membalas dengan kecupan jauh, membuat Izumi kembali tersipu.
Selain masalah tadi, pelajaran pun berjalan dengan cukup lancar.
Di jam istirahat, keluarga telah terbagi menjadi beberapa kelompok bersama dengan anak-anak mereka, untuk memakan bekal. Keluarga Shimizu berada di lingkup keluarga yang terlihat baik dan ramah. Anak-anak saling bertukar lauk, dan karaage buatan Kasumi menjadi cukup populer. Bahkan ada beberapa anak laki-laki yang bilang ingin menikahi Izumi supaya bisa makan masakannya Kasumi setiap hari, akan tetapi Kasumi menegur mereka karena tidak suka dengan ucapan mereka yang tidak menghargai Izumi.
Datang tiba-tiba padahal seharusnya ada di kelompok lain, Makoto mengambil karaage terakhir dari bekalnya Izumi.
"Tidak enak," komentarnya. Sudah maling, mengejek lagi. Tidak ada satu orang pun yang tampak terima dengan kelakuan Makoto.
Kemudian datanglah Masami, si monster kebutuhan tersier.
"Ohoho. Anak saya memang suka usil. Sebagai gantinya makanan murahan itu..." salah satu dari pelayan yang ada di kelompok Masami, membawakan satu kotak sushi untuk kelompok Kasumi.
Anak-anak banyak yang ceria... akan tetapi, tidak untuk orang tua mereka. Yang ingin mereka lihat adalah permintaan maaf, bukan makanan mewah. Masami paham pandangan mata mereka, akan tetapi dia bukanlah orang yang akan meminta maaf kepada orang yang kasta ekonominya lebih rendah.
"Satu karaage murahan nggak enak saja diributkan. Makoto kan tidak pernah berbohong!" ujar Masami.
"Kau bilang anak-anak kami berbohong, begitu!?" ujar Ibu A.
"Kami sudah menahannya, akan tetapi kami tidak suka perilaku kalian!" ujar Ibu B.
"Bagaimana caramu mendidik anakmu menjadi bertingkah sebaliknya dengan Namanya!?" ujar Ibu C.
"Jangan memberikan pengaruh yang buruk kepada anak kami!" ujar Ibu D.
Semua ibu yang ada di kelompok Kasumi, memojokkan Masami bersama... akan tetapi, Masami malah tersenyum dan mengirimkan sesuatu ke grup orang tua kelas 1-A.
Setelah melihat foto itu, semua mata tertuju kepada orang yang terlihat baik tadi...
Terhadap wanita yang jauh lebih terkejut dari yang lainnya, terdapat pandangan ragu dan juga jijik dari ibu-ibu lainnya. Tidak ada seorang pun yang datang kepadanya untuk mencoba menghiburnya.
Benar... satu foto telah membuat kesan semua ibu di sana, berubah kepada keluarga Shimizu.
"Wanita itu mantan gadis kabaret, apakah kalian yakin masih ingin dekat-dekat?"
<X>
Author's Note:
Mungkin sekilas terdengar hina, akan tetapi Kasumi dulu bekerja di klub karbaret kecil yang sah dan tidak memeras pelanggan. Karbaret kesannya mirip bar, tapi banyak gadis yang akan menemanimu minum dan bicara. Beda dari tempat prostitusi lho ya.
Tapi karena takut anaknya dilihat seperti itu, dia pun memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain yang umum.
Saat dulu kerja, Kasumi menggunakan nama samaran "Misty(ミスティー)" yang merupakan pelesetan dari namanya. Mungkin simpel karena arti namanya Kabut, akan tetapi para pelanggan menganggap itu adalah akronim dari "Mysterious(ミスティーリアス)" saking banyaknya orang yang kurang paham Bahasa Inggris.
KAMU SEDANG MEMBACA
At the Boundary [Tamat] + Extra
Fantasy境界線にて (Kyoukaisen nite) / Di Perbatasan Kehilangan orang tuanya dan semangat hidup, Nozomi terbangun di sebuah tempat misterius. Di sana ternyata adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang kehilangan semangat hidup, 'Perbatasan'. Meski dengan aturan...