Pagi hari itu, seorang murid perempuan berkacamata datang mendatangi kantor kepala sekolah dengan bekas memar di bagian mata kirinya.
Kepala Sekolah yang melihat itu, kemudian bertanya kepada gadis itu siapa yang telah melakukannya.
"Nozomi-san..." jawab gadis itu.
Begitu mendengar siapa pelakunya, Kepala Sekolah menganga dan tidak bisa percaya.
Dia meminta waktu sebentar untuk menelepon seseorang.
"Hei, jadi begini... ada seseorang yang mengatakan putrimu memukulnya. Tentu saja aku tidak percaya, apa yang kau pikir harus aku lakukan?"
"Aku dan istriku akan segera ke sana kalau begitu." Nadanya santai. "Untuk sekarang, aku serahkan kepadamu dulu, Ketua Kelas."
"Sekarang aku Kepala Sekolah, tahu."
"Aku sudah terlanjur terbiasa, sih. Baiklah, aku akan izin cuti dulu."
Kepala Sekolah baru saja menelepon ayah dari murid yang dituduh.
Untuk sekarang, Kepala Sekolah memanggil Nozomi lewat loudspeaker untuk menuju ke ruang kepala sekolah.
"Kelas 5-A, Yukinohara Nozomi. Kamu akan dihukum atas tindakan kekerasan," kata Kepala Sekolah bersandiwara, berniat untuk membuat murid yang menuduh Nozomi tidak kabur.
"... eh?"
Tentu saja Nozomi kagetnya setengah mati.
"Memangnya apa yang aku lakukan!?"
Masuklah si 'korban' yang menuduh Nozomi, 'Shimizu Izumi'.
Nozomi kaget begitu melihat wajah Izumi memiliki memar. Dia tampak benar-benar khawatir padanya.
Akan tetapi, Izumi tetap menunjuk Nozomi sebagai pelakunya.
Nozomi membantah, tentu saja mengaku tidak melakukannya. Sepertinya Nozomi juga sudah tahu siapa yang membuat Izumi terpojok sampai melakukan itu.
Meski sudah diberi jarak semenjak orang tuanya Nozomi berangkat, masih belum ada kabar dari mereka.
Kepala Sekolah menitipkan smartphone-nya kepada anaknya, supaya nanti anaknya bisa menjemput kedua orang tuanya Nozomi untuk menuju ke ruang Kepala Sekolah.
Akan tetapi...
"Ayah!"
Anak dari Kepala Sekolah tiba-tiba masuk ke dalam ruangan sambil menggenggam smartphone, lalu membisikkan sesuatu di telinga Kepala Sekolah.
Mata Kepala Sekolah langsung terbelalak, dan dia memegang dadanya seolah dia sesak napas. Dia mengeluarkan alat bantu napas dari dalam jas, kemudian menggunakannya.
"Maaf, mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi..."
Akan tetapi, dia harus mengatakan ini...
"Yukinohara-san, orang tuamu dalam perjalanan ke sekolah, telah mengalami kecelakaan..."
...
"Hah...? Kecelakaan...? Kenapa...?"
"Mobil yang mereka kendarai ditabrak truk yang rem-nya rusak, dan tubuh mereka..." ucap anaknya Kepala Sekolah.
Seketika, wajah Nozomi menunjukkan keputusasaan.
Kenapa harus begini?
Setelah berdebat sebentar dengan anaknya, Kepala Sekolah berusaha mengatakan sesuatu pada Nozomi.
"Aku turut berduka... kamu boleh pulang sekarang. Aku benar-benar minta maaf atas semua ini."
Nozomi tampak tidak bisa mendengar apa yang Kepala Sekolah katakan. Akan tetapi begitu sampai ke bagian "Kami mengerti perasaanmu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
At the Boundary [Tamat] + Extra
Fantasy境界線にて (Kyoukaisen nite) / Di Perbatasan Kehilangan orang tuanya dan semangat hidup, Nozomi terbangun di sebuah tempat misterius. Di sana ternyata adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang kehilangan semangat hidup, 'Perbatasan'. Meski dengan aturan...