Ex 2.2 - Keinginan untuk Berubah

13 6 7
                                    

16 Juli 2023.

Izumi berkumpul dengan Miharu dan teman-temannya di depan stasiun. Mereka membawa sebuah tas berisikan mainan untuk didonasikan dan pakaian yang sudah tidak pakai sejak kecil, begitu juga dengan teman-temannya Miharu. Ternyata pakaian bekas Izumi yang sudah tidak muat dititipkan di rumah pemilik klub kabaret yang masih akrab dengan Mamanya Izumi, ingin dibuat kenang-kenangan.

Izumi melihat seorang lelaki seumurannya melihat ke arah mereka sambil bersembunyi di balik tangga sambil berpakaian tebal, memakai masker, dan kacamata hitam.

Tahu akan betapa tidak nyamannya bersama dengan orang-orang yang benci, Izumi pun mengangguk sebagai isyarat dan tidak menatapnya lebih lanjut.

"Rupanya kamu sungguh mengundangnya, ya," dengus Miharu pelan di telinga Izumi.

Izumi kaget karena Miharu menyadari tentang keberadaan Makoto. Dari cara bicaranya, Miharu sepetinya tahu soal Izumi mengajak Makoto kemarin Senin. Izumi tidak tahu harus berkata apa. 

Sadar akan Izumi yang mulai panik, Miharu menyentil pelan dahi Izumi.

"Ada yang ingin kamu sampaikan kepadanya, kan?" tanya Miharu.

Izumi mengangguk pelan sambil menunduk ke bawah. Miharu tersenyum dan mengelus kepala sahabatnya yang menunduk itu. Tidak butuh jawaban dari mulut, Izumi tahu bahwa Miharu menyemangatinya.

Kereta pertama dalam rute mereka menuju ke Ichihara sudah datang. Izumi, Miharu dan teman-temannya pun masuk ke dalam kereta.

Izumi mengecek apakah Makoto masuk lewat pintu sebelah di gerbong yang sama, memastikan Makoto tidak tertinggal. Setelah melihat Makoto duduk di pojok kereta, Izumi pun kembali befokus kepada Miharu dan teman-temannya.

... perjalanan cukup panjang akhirnya selesai, mereka sampai ke Ichihara.

Mereka turun dan menuju ke halte bis. Setelah kembali mengecek jadwal bis, mereka kemudian naik untuk menuju ke Panti Asuhan Asahi no Tane. Makoto yang masuk terakhir, terpaksa duduk di dekat pintu masuk bis.

Sesampainya di halte dekat panti asuhan, mereka turun dan berjalan kaki.

<X>

Makoto memang tidak membawa tas, tapi penyamarannya yang tebal membuatnya paling kepanasan di antara mereka semua. Dia terengah-engah sambil meminum air di tengah teriknya musim panas ini.

Sesampainya di Panti Asuhan, Makoto berhenti sejenak karena tahu sudah sampai ke tujuan. Dia melihat ke plakat besar dari nama panti asuhan tersebut, mendengus "plakat seperti ini buat apa, mending uangnya dipakai untuk hal yang lebih berguna."

Setelah tinggal di apartemen sempit hanya bersama dengan ibunya yang kini harus bekerja paruh waktu, Makoto mengetahui betapa berharganya tiap yen.

Makoto normalnya akan mempertanyakan aksinya kali ini, pergi ke tempat seperti ini menghabiskan ongkos pulang pergi yang tidak sedikit. Akan tetapi dia diberi uang 20.000 yen, lokasi kumpul hari ini, serta surat ancaman akan membuat kesaksian palsu apabila Makoto tidak datang dari Izumi secara paksa kemarin sebelum pulang sekolah.

"Plakat nama itu adalah hadiah dari anak yang dulu sempat tinggal di sini,"  kata seorang wanita yang entah sejak kapan ada di dekat Makoto. "Jadi, apa kamu juga datang untuk melihat-lihat?"

Makoto mengernyitkan alisnya, karena dia sendiri tidak ingin datang ke tempat seperti ini.

"Ah, jangan-jangan kamu tidak akrab dengan gadis-gadis tadi?" tanya wanita itu.

Menjelaskan pun akan merepotkan, jadi Makoto hanya mengangguk saja.

"Bolehkah aku melihat-lihat dari kejauhan saja?" tanya Makoto.

At the Boundary [Tamat] + ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang