bab 14

162 21 5
                                    

"Rindunya sudah terobati, kan? Obatnya boleh dikembalikan?"

Alisa

[̲̅⁠$̲̅⁠(̲̅⁠ ͡⁠ಠ⁠_⁠ಠ⁠)̲̅⁠$̲̅⁠]

Sebuah laptop menjadi teman dalam sebuah ruangan. Ruangan 4×4 yang setiap sudutnya memberikan hembusan angin dari pendingin. Alisa sedang memasukkan data-data pasiennya dan mengeceknya berulang kali. Matanya fokus memperhatikan, jarinya mengotak-atik keyboard, namun pikirannya tak sejalan. Hatinya pun berkecamuk seakan sesuatu telah masuk tanpa izin.

Mengenai seseorang itu. Seiring waktu berjalan ia mulai mengetahui banyak hal tentang si lelaki. Laki-laki yang selalu mengganggu di setiap langkah kakinya. Sikap dan sifat lelaki itu rupanya sangat berbeda. Sulit untuk Alisa menilai bagaimana laki-laki itu sebenarnya.

Laki-laki itu memiliki banyak sikap dalam tempat yang berbeda. Jika disebut sebagai laki-laki yang baik, tapi dia pandai menggoda wanita. Jika disebut sebagai laki-laki jahat, tapi dia masih bisa memilih dalam memperlakukan wanita. Penampilannya sangat menunjukkan bagaimana sikapnya. Ketika berpakaian rapi, dia terlihat seperti laki-laki dewasa yang menjadi idaman wanita. Namun ketika berpenampilan layaknya berandalan, dia kembali menjadi laki-laki yang pandai menggoda wanita.

Ini sungguh rumit!

Alisa menggelengkan kepalanya. Membuang napas, lalu mencoba memfokuskan dirinya pada pekerjaan. Namun Aisyah tiba-tiba masuk dengan lembaran kertas di tangannya.

"Alisa, data pasien kemarin sore udah kamu print belum?" Aisyah masuk tanpa permisi, langsung menggeledah meja Alisa yang menumpuk berkas-berkas di sana.

Alisa masih diam, tak menyadari kedatangan Aisyah.

"Hey!" Aisyah menegur.

"Hm? Kenapa?" Alisa tersadar dari lamunan. Ekspresi wajahnya terlihat jika ia terkejut melihat sahabatnya itu.

"Sa? Kamu ngelamun?" Aisyah mengamati sahabat baiknya itu lamat-lamat.

"Nggak. Kamu ngomong apa tadi?"

Aisyah mendengus. Menghilangkan rasa penasaran yang sempat melintas di pikirannya. "Data pasien yang kemarin sore udah kamu print belum?"

"Udah kayaknya."

"Boleh aku lihat?"

Alisa mengangguk. "Sebentar!" Alisa bangkit dari duduknya mencari lembaran kertas yang sudah ia print kemarin malam.

Dalam pandangan Aisyah, sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Rasa penasaran kembali muncul dalam benaknya. "Sa, kamu kenapa? Perasaan aneh banget hari ini." Pertanyaan akhirnya tersampaikan.

"Aneh kenapa? biasa aja, kok." Alisa memberikan selembar kertas yang Aisyah butuhkan.

"Biasa aja dari mana? Aku bisa lihat dari wajah kamu yang nggak seperti biasanya," Aisyah menimpali, menerima kertas yang Alisa berikan.

Alisa mendengus, duduk kembali. "Aku bingung sebenarnya. Menurut kamu ... Ziyech itu kayak gimana?"

"Ziyech? Laki-laki jahat itu?" Aisyah sontak menanggapi.

Mine (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang