DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Saya ingin melamar kamu"~^°°••°°^~
Dicintai seorang pria secara diam-diam dan memantaunya dari kejauhan—bagi Alisa, bagaikan diteror sebuah misteri. Dua gadis itu mencoba untuk memecahkan siapa orang di balik bunga-bunga yang dikirimkan tanpa identitas.
Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit. Setelahnya, barulah tiba di tempat di mana resepsionis yang menerima buket untuk Alisa.
"Eh, Alisa, mau ngambil makanan, ya?" Sang resepsionis bertanya.
Alisa menautkan alisnya bingung. "Makanan?" Kemudian menoleh ke arah Aisyah—dari mata ke mata saling menatap kebingungan.
"Iya, makan siang kamu," jawab resepsionis.
"Dari siapa?" tanya Alisa lagi.
"Biasa." Resepsionis itu menaikkan alisnya seakan sudah tahu segalanya.
Alisa menoleh kembali pada Aisyah, lalu Aisyah menggerakkan alisnya diikuti dengan gelengan kepala. Pandangannya kembali mengarah pada sang resepsionis. "Orang yang sama yang ngasih bunga?" tanyanya.
"Iya."
Mereka kembali bertukar pandang, kemudian Aisyah memberikan sebuah isyarat untuk menanyakan. Alisa lalu bertanya, "Kalo boleh tau, ciri-ciri orang itu seperti apa?"
Resepsionis pun terlihat bingung. Kenapa Alisa tidak mengenali orang yang memberinya berbagai gift?
"Ciri-cirinya; tinggi, berpakaian formal, kacamata hitam, kulitnya putih tapi nggak putih banget," jelasnya.
Alisa menatap kembali mata Aisyah dan Aisyah menggelengkan kepalanya lagi. "Oke, terima kasih."
Sebuah paper bag berisi makanan dibawanya memasuki ruangan. Dengan makanan itu membuat Alisa dan Aisyah tidak jadi untuk makan siang di luar. Alisa meletakkan makanannya di atas meja, lalu duduk kembali.
"Dari ciri-cirinya aja nggak ada yang cocok sama cowok itu," keluh Alisa.
"Terus siapa?"
"Tau ah! Pusing." Alisa memijat pelan bagian keningnya.
"Emang paling bener kita makan dulu."
Aisyah menarik makanan itu mendekati dirinya. Waktu makan siang yang sudah terlambat, membuat perutnya berbunyi tanda lapar. Seperti biasa, terselip catatan kecil di dalamnya. Aisyah mengambil catatan itu kemudian membacanya.
"Makanan ini saya buat khusus untuk seorang wanita yang senyumnya selalu menghantui. Pancaran matanya membuka pintu hati yang telah lama terkunci. Gadis manis, jangan lupa makan!"
"Aaaah sweet banget!" cakap Aisyah memasang wajah gemas.
"Sweet dari mana? Laki-laki gak gentle kayak gitu," timpal Alisa malas.
"Puitis banget tau."
"Gitu doang baper!"
"Gitu doang gimana? Sa, kalo aku jadi kamu, udah pasti mikirin pakai adat apa. Kamu gak lihat dia kasih kamu bunga, makanan, besok-besok rumah juga bakalan dia kasih."
"Gak usah lebay, deh. Sweet itu, kalau dia berani datang ke rumah, minta restu Papa. Baru itu namanya cowok!" sembur Alisa, membuat senyuman Aisyah memudar.
"Iyaa, Shakira Khalisa." Aisyah melanjutkan membuka kota makan. "Kamu gak mau makan?"
"Duluan aja."
Alisa masih memutar otaknya memikirkan siapa sebenarnya laki-laki itu. Sedangkan Aisyah, dia sudah mencicipi makanan yang dikirimkannya untuk Alisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (REVISI)
RomanceCinta yang menjadi lara kan amerta dalam prosa Kau ... wanita yang membuatku jatuh cinta, aku masih mengingat senyummu hingga senja tiba. Shakira Khalisa ... ya, itu adalah namanya. Cantik, bukan? tentu saja. namanya cukup untuk mencerminkan semuany...