02

388 43 10
                                    

"Aku menemukannya"

^~°°••°°~^

Senyum bahagia terukir pada wajah gadis cantik bernama Shakira Khalisa. Riang gembira saling memotret dengan melempar toga wisuda, gadis itu terlihat sangat bahagia bersama dengan sahabatnya, Aisyah.

Di tengah teman-temannya yang menikah pada seusianya, gadis yang kerap disapa Alisa dan sahabatnya, Aisyah, baru saja akan memulai karirnya. Masih banyak tahapan selanjutnya untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter spesialis anak. Oleh karena itu, menikah muda bukanlah pilihannya.

Melihat cover pernikahan memang membuat Alisa tertarik untuk menikah di usia muda. Namun, mengingat dirinya yang selalu jauh dari laki-laki, merasa takut jika salah dalam memilih pasangan. Menikah bukanlah waktu yang sebentar melainkan seumur hidup bersama. Seumur hidup bersama pasangan atau dengan kata lain adalah orang lain yang diikat dengan nama kita. Bukan seperti hidup bersama orang tua ataupun keluarga yang sedari lahir kita mengetahui baik buruknya.

Hidup dengan pasangan ibarat hidup di dunia yang baru. Di mana kita tidak saling mengenal, tapi dipaksa untuk saling mendekat. Berbagi cerita dan saling memahami antar sifat dan sikapnya.

Hal itu selalu menjadi pertimbangan dalam hidupnya untuk mengambil keputusan sebesar menikah muda.

Banyak sekali yang selalu dipikirkan oleh gadis berusia dua puluh dua tahun itu. Ia selalu bertanya pada dirinya; apakah siap untuk hidup bersama laki-laki yang tidak kamu kenal? Apakah siap menerima sifat buruknya? Siap menerima masalah dalam rumah tanggamu? Bagaimana jika dia tidak memberikan izin untuk mengejar profesi dokter?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benaknya. Ya, menikah tidak semudah itu. Mungkin ia akan menerimanya jika seorang lelaki itu termasuk dalam kriterianya.

"Aku nggak nyari yang gimana-gimana, yang penting dia bisa menghormati dan menghargai aku sebagai perempuan sekaligus istrinya nanti. Dan satu lagi, dia nggak ngekang aku buat melanjutkan pendidikan," ucap Alisa, yang tengah menikmati segelas minuman dan berbagai makanan di atas meja.

"Yap, betul. Yang aku takutkan cuma satu, takut salah memilih pasangan," imbuh Aisyah.

"Nah, itu dia. So, untuk saat ini kita nikmati perjalanan baru kita. Lupakan dulu soal pernikahan. Kalau ada yang datang, baru kita bicarakan."

"Gimana kalau esok atau lusa, seseorang datang buat lamar kamu?" Aisyah bergurau.

"Qadarullah." Alisa pun tertawa menunjukkan barisan gigi manisnya.

Sedikit percakapan menemani mereka di sebuah kafe yang terlihat cukup unik dan menenangkan. Saling berbagi dengan sahabat adalah satu-satunya tempat untuk Alisa menuangkan isi hatinya. Aisyah adalah sahabat kecilnya yang selalu bersama-sama saat menempuh pendidikan.

Dua gadis itu kemudian berjalan keluar dari kafe. Mereka sengaja menghabiskan waktu seharian untuk merayakan kelulusannya. Setelah banyak bercerita dan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, Alisa dan sahabatnya memutuskan untuk pulang.

"Setelah ini kita mau ke mana?" tanya Aisyah.

Alisa mengerucutkan bibirnya. "Ke mana lagi, ya? Pulang aja kali," sahutnya, tidak memiliki saran.

"Jangan dulu dong! Masih ada waktu buat jalan sebentar," ucap Aisyah, menolaknya.

"Sebentarnya kamu itu tiga jam, Asiyah!"

"Kali ini beneran sebentar. Berhenti di supermarket aja," pinta Aisyah.

"Mau ngapain? Mau belanja?"

"Enggak. Aku mau nyari parfum, sekalian beliin titipan Mama. Soalnya kalau ke mall kita harus putar balik, mending ke supermarket aja sekalian kita pulang."

Mine (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang