10. Ice Cream.

31 5 0
                                    

Samudra mengucapkan termakasih pada kasir setelah membayar pesanannya. Berjalan menuju salah satu meja lalu meletakan ice cream vanilla jumbonya, hal tersebut berhasil menarik perhatian sosok yang menempati meja tersebut.

“Pesanan anda, tuan putri.”

Sepasang netra Kanaya menyipit membetuk lengkungan bulan sabit mendapati yang ia tunggu-tunggu telah tiba, tanpa banyak bicara ia segera mengambil ice cream tersebut dan menyantapnya.

Hah... ia sangat menyukai sensasi ini, sensasi dimana lidahnya tersapu rasa manis yang dingin. Rasa-rasanya ia tak akan pernah bosan merasakannya, ia ingin melakukannya lagi dan lagi.

“Mau dong ice cream nya."

Kerutan tipis muncul di dahi Kanaya, dialihkan pandangannya pada sosok pria yang duduk dihapannya. Sadar ke arah mana Samudra menatap, Kanaya segera menarik mangkuk dihapannya, mengamankan ice cream vanilla nya yang berharga dari pria itu.

“Apaan sih minta-minta, beli sendiri sana.” Kanaya berujar dengan ketus lalu dengan cuek kembali menyuapkan ice cream ke dalam mulutnya, mengabaikan tatapan protes yang dilayangkan sang kekasih.

“Tapi kan itu gue yang beli ta-“ Samudra sontak menghentikan aksi protesnya melihat sang kekasih yang menatapnya tajam dengan kedua alis yang hampir menyatu.

“Jadi maksudnya lo nggak ikhlas beliin ini buat gue? Ya udah, kalau gitu makan aja sendiri, nih!”

Samudra meringis kecil mendengar perkataan Kanaya. Astaga, jadi dia salah lagi? Kenapa sih? Dia kan hanya meminta satu suapan es krim, tapi kenapa malah ribut begini? Lagipula kan memang benar jika ia lah yang membeli ice cream nya, lalu kenapa Kanaya malah marah? Samudra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, hah... wanita memang sulit dimengerti, bagaimana mungkin mereka marah hanya gara-gara hal sepele?

“Enggak kok, gue ikhlas beliin ini buat lo. Udah ya, nih dimakan lagi.” Samudra menyerahkan kembali ice cream vanilla tersebut kepada Kanaya, namun tetap saja, kekasihnya itu senantiasa menatap tajam ke arahnya.

“Udah, di makan lagi ya, jangan marah dong...” bujuk Samudra sekali lagi.

Kanaya menghela napas pendek dan menarik mangkuk ice cream tersebut mendekat. “Ya udah deh kalau lo maksa,” ujarnya lalu kembali menyantap es krim tersebut.

“Sebenarnya sih gue nggak maksa,” gumam Samudra dengan suara teramat kecil, ia yakin jika Kanaya tak mendengarnya.

Samudra menggeleng kecil melihatnya, ada-ada saja kelakukan aneh kekasihnya itu. Tangannya merogoh saku celananya guna mengambil ponsel, ya, lebih baik ia bermain game saja sembari menunggu Kanaya menghabiskan ice cream nya Setidaknya ini lebih baik daripada ia salah bicara lagi dan berakhir dengan Kanaya yang kembali marah padanya.

Kanaya menatap Samudra yang terlihat serius berkutat dengan ponselnya. Karena merasa penasaran, Kanaya pun mendekatkan diri pada Samudra guna melihat apa yang kekasihnya itu lakukan hingga terlihat begitu serius. Dalam hitungan detik, air muka Kanaya berubah datar begitu melihat apa yang di lakukan kekasihnya.

“Ya elah, hp doang bagus tapi mainnya candy crush saga,” cibir Kanaya terang-terangan.

Kanaya menggelengkan kepalanya, sungguh di luar dugaan. Dilihat dari raut wajah serius yang ditampilkan Samudra tadi, Kanaya pikir pria itu sedang memainkan game tembak-tembakan online atau permainan keren lainnya yang sering dimainkan anak zaman sekarang. Tapi memang ekspetasi tidak sesuai dengan realita, kekasihnya itu ternyata memainkan permainan yang sering dimainkan keponakannya.

“Emangnya kenapa? Lagian seru kok,” sahut Samudra yang masih fokus dengan permainan.

Kanaya mendengus geli. “Alay lo. Main tuh game tembak-tembakan kek, bom-boman atau apa kek. Yang keren sedikit dong,” ujarnya mencemooh.

RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang