Hendry memutar botor air mineral dengan lihai, Kedelapan pasang mata yang duduk melingkari meja itu menatap lurus pada botol yang berputar itu. Harap-harap dalam hati agar bukan dirinya yang mendapatkan giliran pertama.
"Yeoksi, bapak leader," ucap Naufal kala ujung botol air mineral itu berhenti menghadap pada Davian.
Davian menutup kedua matanya, sedikit merutuki nasib mengapa dirinya menjadi yang pertama. Tapi jika dipikir-pikir, menjadi yang pertama tidak terlalu buruk juga.
"Truth or Dare?" tanya Hendry.
Davian menatap Hendry yang memasang senyum penuh arti ke arahnya, entah kenapa ia mendapatkan firasat buruk baik apapun pilihan yang akan ia buat nantinya.
"Truth," balas Davian pada akhirnya.
"Oke, permulaan yang bagus," kata Hendry dengan kepala mengangguk.
Naufal mengetuk meja dengan semangat, senyum lebar terlukis di bibirnya, "biar gue yang ngasih pertanyaan," ujarnya bersemangat yang diiyakan oleh yang lain.
Naufal menyempatkan diri untuk berdehem, pemuda itu bahkan berdiri dari duduknya untuk menarik perhatian sebelum melontarkan pertanyaan.
"Lo sama Marsha kan udah pacaran hampir sebulan nih, kira-kira kalian pernah-" Naufal menyatukan kesepuluh jarinya satu sama lain beberapa kali, membuat gestur berciuman.
Pertanyaan itu sontak disambut tatapan terkejut dari yang lain, terlebih lagi Marsha, kedua netra gadis itu terbuka sangat lebar seakan keluar dari tempatnya.
Bara dengan sigap menarik kerah baju Naufal agar temannya yang satu itu duduk. Ia sendiri terheran-heran, dari sekian banyaknya pertanyaan kenapa temannya yang satu itu malah menanyakan hal gila seperti itu?
"Fuck, kenapa lo harus kasih pertanyaan kayak gitu?" Kanaya berujar gamblang, sedikit spechless dengan pertanyaan yang diberikan Naufal. Tolong, ini masih pertanyaan pertama! Lalu bagaimana dengan pertanyaan selanjutnya?
"Kenapa? Bukannya ini pertanyaan yang wajar?" tutur Naufal dengan tampang sok polosnya.
Marsha melempar kamus bahasa inggrisnya ke arah Naufal yang dengan sigap ditangkap oleh pemuda yang tengah tertawa itu, "wajar kepala lo?!" ujarnya sarat akan emosi.
Naufal menghentikan tawanya, kemudian menatap pada Davian yang sedang menatap jengah ke arahnya, "jadi apa jawaban lo D?"
Davian menoleh ke arah sang kekasih yang menatapnya dengan wajah memerah, kepalanya menggeleng pelan memberinya isyarat agar tak menjawab pertanyaan itu.
"Apa lo lebih milih Dari dari pada-"
"Kita pernah," potong Davian dengan cepat yang disambutan sorakan menggoda dari yang lain.
Marsha menutup wajahnya dengan kedua tangan guna menahan malu. Tangannya bergerak melayangkan cubitan di perut Davian yang membuat kekasihnya itu mengaduh kecil.
"Kenapa dikasih tahu..." desis Marsha dengan tatapan tajam.
"Yaudah sih, nggak apa-apa," balas Davian dengan santainya. Lagipula jika ia tak menjawab, Naufal pasti akan memberikan dare yang lebih gila lagi. Ia sudah terlampau hafal dengan tabiat temannya yang satu itu.
"Waduh, pelan-pelan pak supir," ucap Samudra yang disambut tawa oleh manusia yang duduk melingkari meja itu.
"Kalau boleh tahu kapan tuh?" tanya Naufal yang kembali dibalas tatapan jengah oleh empunya.
"Bukan urusan lo, yang penting gue udah jawab pertanyaan tadi, sekarang lanjutin permainannya."
Davian meraih botol air mineral itu dan memutarnya searah jarum jam. Namun naas, botol itu malah berhenti dan mengarah ke arah sang kekasih yang kini memekik dramatis. Hal tersebut juga disambut tawa oleh yang lain, terlebih lagi oleh Naufal yang terlihat sangat puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D)
Teen Fiction|I SEQUEL OF JUST D [WHO ARE YOU?] I| [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Acha Kanaya menganggap hidupnya berubah menjadi sial setelah mener...