22. Duel.

48 4 0
                                    

"Kenapa lo liatin gue?" tanya Kanaya dengan suara kecil.

"Orangnya ada disini," tutur Bara diiringi dengan senyuman kecil yang membuat Kanaya mengalihkan pandangnya.

Sial, kenapa Bara harus mengatakan itu dengan menatapnya? Sambil tersenyum pula. Seolah-olah dia mengatakan jika orang yang dimaksud adalah dirinya. Huh, itu tidak mungkin kan?

"Kiw, Bara kasih kodenya keras banget nggak sih?" kata Hendry dengan kedua alis yang naik-turun menggoda.

"Pelan-pelan pak sopir," sahut Naufal kemudian.

"Ekhem."

Deheman Samudra membuat Kanaya sadar dari pikirannya. Kepalanya menggeleng kecil, mustahil jika Bara menyukai dirinya. Tentu saja, pria itu tidak pernah serius dalam urusan perasaan.

"Bisa kita lanjutin game nya?" ujar Samudra yang tentu saja ditujukan pada Bara.

Tanpa mau repot-repot menjawab, Bara memutar botol air mineral tersebut. Hingga di putaran ke 16 botol itu berhenti mengahap ke arah Hendry.

"Kalian semua berharap gue pilih Dare kan?" tanya Hendry sembari menatap satu persatu manusia yang duduk mengelilingi meja, yang kemudian dibalas anggukan dari mereka.

"Oke, karena gue tampan dan pemberani, gue pilih Dare," putus Hendry pada akhirnya.

Marsha yang sebelumnya seolah kehilangan minat bermain seketika menjadi kembali hidup, ia dengan semangat melontarkan pertanyaan bahkan sebelum Hendry sempat memilih.

"Akhirnya kena lo kadal alaska, giliran gue yang kasih dare buat lo," tutur Marsha dengan semangatnya.

"Dih, kenapa jadi lo?"

"Kenapa? Ada masalah? Yang lain boleh ngasih pertanyaan, kenapa gue nggak boleh?" ucap Marsha dengan nada sewotnya.

Hendry mengedipkan kedua matanya cepat, ia memasang wajah julid yang dibalas tak kalah julidnya oleh Marsha.

Sepertinya Marsha memang memiliki dendam padanya karena kejadian tadi, sebab Marsha yang ia kenal sebelumnya tidak se bar-bar ini.

"Yaudah sih, nggak usah marah-marah. Apa dare nya?"

"Yes!" Marsha memekik kecil ditempatnya duduk, "gue mau lo telepon Jessyca sekarang dan nyatain perasaan lo ke dia."

"Dih, dare apaan tuh? Nggak seru banget, biar gue aja yang ngasih dare," celetuk Naufal yang membuat Marsha menggeleng tak setuju.

"Apa sih? Suka-suka gue lah."

"Lagian Hendry udah-"

"D... lihat Naufal dari tadi ngeselin banget kayak tai," rengek Marsha mengadu pada sang kekasih.

Davian yang sudah lelah melihat kekasihnya ribut sejak tadi pun akhirnya angkat suara, "udahlah Fal. Lagian lo kayak gini aja dibikin ribut, mending diem deh lo."

Marsha tersenyum penuh kemenangan kala mendengar sang kekasih membelanya, sedangkan Naufal membulatkan mulutnya tak percaya.

"Ih, Davian mah sekarang pilih kasih," ujar Naufal dengan dramatis.

Davian menggeleng kecil, sekarang berubah ada dia orang merengek padanya. Ia sedang tidak mood meladeni tingkah Naufal yang mulai aneh.

"Udah deh, perasaan ribut mulu dari tadi, cepet lanjutin game nya!" protes Kanaya. Ia juga penarasan dengan apa yang terjadi jika Hendry menyatakan perasaannya pada Jessyca. Sebab jika ia bertanya pada Jessyca, sahabatnya yang satu itu tak pernah mau membahas tentang Hendry.  Padahal jelas-jelas mereka punya hubungan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang