8. Si Pengganggu itu Benar-Benar.

43 5 0
                                    

“Setelah ini mau langsung pulang atau mampir dulu?” tanya Samudra pada Kanaya yang duduk sendirian di bangku, merampungkaan catatan terakhirnya.

Jangan tanya dimana Marsha, gadis itu sudah ngacir duluan setelah bel pulang berbunyi. Kemana lagi kalau bukan menemui Davian ke kelasnya? Dasar pasangan di mabuk cinta.

“Lo pulang duluan aja, gue masih ada urusan,” balas Kanaya sembari melirik sekilas pria yang duduk disampingnya.

Samudra mengerutkan keningnya samar, "urusan apa?”

Kanaya menghentikan pergerakan tangannya yang sibuk menyalin catatan, kedua netranya menatap jengah pada Samudra. Sedikit kesal karena kekasihnya itu terus mengganggu kegiatannya.

“Gue harus ke perpustakaan buat bantuin Bara ngerjain soal kimia.”

Kerutan di dahi Samudra bertambah dalam mendengarnya, “bantuin Bara?”

“Iya, bu Maria yang nyuruh gue,” balas Kanaya singkat lalu melanjutkan kegiatan mencatatnya yang tertunda. Setelah selesai dengan kegiatannya, Kanaya membereskan buku beserta peralatan tulisnya dan memasukannya ke dalam tas.

Samudra berdecak, "lagian kan banyak anak lain yang lebih pintar daripada lo. Riska kek, Putri kek, siapa kek, kenapa harus lo coba?”

Kedua alis Kanaya berkerut mendengar perkataan Samudra yang terkesan meremehkan kemampuannya. Satu pukulan pun ia layangkan pada lengan pria itu.

“Apa-apaan sih lo? Ngeremehin gue? Lagian bu Maria yang nyuruh, bukan gue yang ngajuin diri buat ngajarin Bara," sungut Kanaya.

Lagipula memang benar jika bu Maria lah yang menyuruhnya mengajari Bara, atau lebih tepatnya Bara lah yang memintanya pada bu Maria. Kalau saja Kanaya diberi pilihan, maka ia akan menolak tawaran itu tapi sialnya ia tidak bisa menolak.

“Ya tetap aja, kenapa harus lo coba?” gerutu Samudra yang seakan tak ada habisnya.

Kanaya menatap heran pada Samudra yang terus mengeluh seperti itu sejak tadi. Ia mendengus sebal sebab jengah dengan sifat menyebalkan sang kekasih yang mulai kambuh.

“Apaan sih lo, aneh banget. Jangan mulai nyebelin deh,” kata Kanaya yang dihadiahi tatapan kesal Samudra.
Heh, sekarang dia malah marah?

Samudra mendecakkan lidahnya sebab kesal karena Kanaya tak kunjung mengerti dirinya, "gue lagi cemburu masa lo nggak paham juga sih?”

“Cemburu?” Kanaya melongo kaget, kedua netranya pu turut melebar.

“Lo cemburu karena gue mu ngajarin Bara?” lanjut Kanaya pada akhirnya.

Samudra diam beberapa saat lalu mengangguk dengan raut wajah kesal yang tak dapat disembunyikan, "kenapa masih nanya sih?"

Kanaya mati-matian menahan senyum mendengarnya. Ah... jadi tingkah menyebalkan kekasihnya tadi muncul sebab perasaan cemburunya ya... Sungguh menggelikan dan lucu di saat bersamaan.

“Gue cuma mau bantu Bara ngerjain soal kimia yang dikasih bu Retno sebagai hukuman karena dia nggak pernah ikut pelajarannya. Cuma itu, nggak lebih. Jadi lo nggak perlu cemburu,” kata Kanaya, terselip nada menggoda sang kekasih.

“Tapi kan tetap aja, kalian cuma berduaan,” Kekeuh Samudra yang dihadiahi helaan napas oleh Kanaya.

“Ya terus?”

Sebuah ide singgah di otak Samudra yang mengakibatkan seulas senyum terbit d bibirnya. Kedua netranya kemudian melirik ke arah sang kekasih yang menatapnya penuh tanya.

.

Bara mentap tajam pada sosok pengganggu di kursi seberangnya, sosok terlihat nyaman di tempatnya duduk seolah-olah keeberadaannya adalah hal yang seharusnya.

RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang