Kanaya sedang menikmati makan siangnya di kantin, ditemani dengan sang sahabat yang tak lain dan tak bukan adalah Marsha. Wajahnya mengerut geli kala melihat sang sahabat makan dengan lahapnya bahkan terkesan serampangan. Lihat saja kedua pipinya yang mengembung itu, seperti orang tidak makan berhari-hari saja.
"Gue lagi nggak mood denger bacotan lo. Makan aja makanan lo, gue mau makan dengan tenang," ujar Marsha tanpa menoleh sedikitpun. Kanaya buru-buru mengatupkan bibirnya kala Marsha dengan cepat menyela bahkan sebelum sempat ia menyuarakan kalimatnya.
Sepertinya Marsha sedang berada dalam kondisi mood yang buruk, pasalnya sejak tadi pagi sahabatnya itu terus menekuk wajahhya, bahkan dirinya sempat beberapa kali menjadi pelampiasan kekesalannya karena mencoba mengajaknya berbicara.
Tadi pagi ia mendapati Marsha berangkat pagi-pagi sekali bahkan saat kondisi sekolah masih sepi, padahal biasanya sahabatnya itu berangkat mepet alias mendekati jam masuk sekolah. Jangan heran kenapa Kanaya bisa tahu, hari ini adalah jadwal piketnya jadi ia harus berangkat lebih awal. Terlebih lagi ia juga memergoki Davian yang sempat mengintip jendela kelasnya, sebelum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelasnya sendiri.
Jadi bisa disimpulkan kalau Marsha sedang ada masalah dengan Davian yang menyebabkan sahabatnya itu bertingah sedikit menyebalkan hari ini. Tak mau ambil pusing, Kanaya mengendikkan bahunya dan memilih kembali melanjutkan acara makan siangnya.
Cukup lama kedua sahabat itu berdiam diri, sebelum perhatian keduanya tertuju pada dua tangan berbeda kepemilikan yang memegang satu-satunya kursi kosong di depan meja mereka.Kanaya mengangkat wajahnya dan mendapati dua orang yang belakangan ini sering sekali muncul di hidupnya.
Ya, siapa lagi jika bukan Bara dan Samudra.
Samudra menatap lengan Bara yang menyentuh kursi yang hendak di tempati, tatapannya naik dan mendapati pria di sampingnya juga melakukan hal yang sama.
"Lepas," ujar Bara singkat yang menghasilkan tawa kecil dari Samudra.
"Lo yang lepas gue mau duduk, masih ada tempat lain yang kosong selain disini," ujar Samudra sembari menarik kursi tersebut namun ditahan oleh Bara.
"Mata lo katarak? Udah nggak ada kursi kosong lagi."
"Ya masa bodo anjir, gue nggak peduli. Orang gue mau makan siang sama pacar gue."
Kedua alis Bara menyatu mendengar kalimat yang keluar dari mulut Samudra, "siapa yang lo sebut pacar bangsat?"
"Kanaya lah, siapa lagi? Marsha? Yang ada gue dihajar temen lo karena ngaku-ngaku jadi pacarnya Marsha," kata Samudra dengan entengnya. Bahkan ia sempat menaik-turunkan kedua alisnya pada Marsha.
"Lo juga bisa gue hajar karena lo ngaku jadi pacarnya Kanaya," balas Bara dengan cepat, sarat akan emosi.
Kanaya sebenarnya biasa saja melihat kedua pria yang sedang adu mulut didepannya tersebut, sebab hal tersebut cukup sering terjadi belakangan ini. Tapi untuk sekarang kondisinya tidak tepat, karena apa? Ya benar, karena ada Marsha disini, terlebih lagi Marsha sedang dalam mood yang buruk.
Lihat saja raut wajah yang ditampilkan, kedua matanya menatap tajam pada Samudra dan Bara. Matanya mengatakan jika ia akan menghajar kedua objek yang membuatnya terganggu itu jika tidak segera pergi dari hadapannya.
"Gue nggak ngaku-ngaku, orang Kanaya emang pacar gue. Lah lo siapa?"
"Anjing lo, kalau mau gue tonjok ngomong nggak usah ngode."
Samudra yang hendak membalas perkataan Bara pun mengatupkan bibirnya kala mendengar suara gebrakan yang cukup kuat. Ia menatap penuh tanya pada si pelaku -Marsha- yang kini menatap dirinya dan Bara secara bergantian. Hm? Kenapa wajahnya seperti tu? Gadis itu kelihatan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D)
Teen Fiction|I SEQUEL OF JUST D [WHO ARE YOU?] I| [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Acha Kanaya menganggap hidupnya berubah menjadi sial setelah mener...