Samudra membenarkan letak maskernya, ia kemudian melangkahkan kakinya dengan ragu memasuki minimarket yang berada di depan sekolah. Ya, ia terpaksa pergi kemari sebab koperasi sekolah sedang tutup dan tak ada pilihan lain selain pergi ke mari. Lagipula ia tidak mau terkena amukan Kanaya lagi karena kembali dengan tangan kosong.
“Selamat datang, selamat bebelanja,” sapa seorang prempuan yang perupakan penjaga mini market tersebut.
Samudra mengangguk kecil sebagai balasan, ia kemudian melangkahkan kakinya menuju rak menyediakan berbagai macam kebutuhan wanita termasuk permbalut, barang yang ia cari-cari. Kedua netranya menatap objek didepannya dengan kening berkerut, ia mengambil beberapa merk pembalut yang berbeda dan meneliti kemasannya satu sama lain.
“29 cm, 35 cm. Buset 42 cm, panjang bener. Apanya yang bersenti-senti sih?” monolog Samudra keheranan. Ia kembali meletakan barang yang dipegangnya ke tempatnya semula, tanpa sengaja sedikit menekannya. “O- oh, empuk juga.”
Netra samudra tanpa sengaja mentap tulisan yang menarik perhatiannya. “Wings. Sayap? Sayap apaan? Sayap ayam?” Ia kemudian tertawa kecil sebab pemikiran absurdnya.
“Apa bedanya coba,” gumam Samudra yang kemudian kembali menatap berabagai macam merk didepannya.
“Kenapa banyak banget jenisnya? Mana yang harus gue beli? Masa gue ngambil satu-satu? Kanaya juga nggak ngasih tahu merk apa yang harus gue beli,” ujar Samudra sembali kembali mengabil salah satu merk untuk ia teliti kemasannya.
Ditengah-tengah kebingungannya, Samudra dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pelan bahunya. Dengan cepat ia mengebalikan barang yang dipegangnya dan membalikan badan, mendapati seorang perempuan yang tadi menyapanya didepan pintu tadi berdiri di belakangnya.
“Saya lihat dari tadi kayaknya mas-nya kesulitan, ada yang bisa saya bantu?” tanya permepuan itu sebari tersenum ramah.
Samudra menggaruk pelan tengkunya yang tidak gatal. “Iya, saya mau beli pembalut, tapi saya bingung mau pilih yang mana. Soalnya banyak banget merknya,” ujarnya yang mengutarakan kesulitan yang ia hadapi sejak tadi.
“Oh gitu... beli buat siapa mas?” tanya perempuan itu basa-basi.
“Buat saya,” balas Samudra asal yang dibalas kekehan kecil sang lawan bicara.
“Becanda kok, buat pacar saya. Dia lagi PMS hari ini, kerjaannya marah-marah mulu. Mana sukanya nonjok sama jambak saya lagi,” kata Samudra yang sedikit bercerita tentang kesulitan yang hadapi hari ini.
“Oh, jadi ini hari pertama pacarnya PMS?” tanya perempuan itu yang dibalas anggukan kecil oleh Samudra.
“Kayaknya sih iya,” balas Samudra sedikit ragu. Ia mengingat-ingat insiden di kelas tadi, dimana ada bercak darah di rok Kanaya. Kekasihnya itu mungkin tidak tahu jika dia berhahalangan hari ini, jadi mungkin saja ini hari pertamanya.
“Kalau gitu, ambil yang ini aja mas. Soalnya ukurannya panjang, bisa antisipasi kalau bocor.” Perempuan itu menyerahkan salah satu merk yang sempat ia lihat tadi.
“Hah? 42 cm? Ini panjang banget, sebenarnya ini ukuran apa sih? Kok lebih panjang dari ukuran sepatu saya?” tanya Samudra keheranan yang dihadiahi tawa kecil oleh sang lawan bicara.
“Udahlah, mas-nya nggak perlu tahu. Saya yakin deh, pasti ini barang yang dibutuhin sama pacarnya,” ujar perempuan itu meakinkan.
Samudra mengamati barang ditangannya lalu mengangguk kecil. “Ya udah deh, saya ambil yang ini aja,” ujarnya menurut. Lagipula ia memang tidak mengerti dengan fungsi dan cara kerja barang ditangannya ini.
“Oh iya, saya mau tanya sesuatu lagi, boleh?”
Samudra mengangguk kecil mendengarnya. “Tanya aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D)
Teen Fiction|I SEQUEL OF JUST D [WHO ARE YOU?] I| [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Acha Kanaya menganggap hidupnya berubah menjadi sial setelah mener...