Keempat sahabat itu tengah berkumpul di rumah Hendry, ditemani berbagai macam makanan cepat saji serta belasan kaleng cola yang dibelikan oleh si tuan rumah. Mereka menikmatinya dengan khidmat, tentu saja, siapa yang bisa menolak makanan gratis?
Atensi Bara beralih pada ponsel hitam miliknya yang kembali berdering panjang untuk kesekian kalinya. Bara kemudian menekan ikon merah pada layarnya, sama seperti yang dilakukannya sejak beberapa waktu terakhir. Namun tak berselang lama benda pipih itu kembali berdering, membuat Naufal yang berada di samping Bara mengerutkan dahi tanda tak suka.
"Angkat aja kenapa sih, berisik banget perasaan. Ganggu orang makan aja," kata Naufal sembari melahap stik keju.
"Males ah, nggak penting."
Bara kembali menekan ikon merah pada layarnya namun di detik berikutnya benda pintar itu kembali berdering panjang. Kesal karena panggilan beruntun yang tak kunjung berhenti, Bara pun melempar ponselnya ke sembarang arah, untung saja dengan cepat ditangkap oleh Hendry.
"Dasar orang kaya," komentar Hendry. Ia menatap ponsel milik Bara, keningnya berkerut tipis melihat id caller si penelpon, "Clara, bukannya dia cewek lo?" tanyanya sembari mengangkat kecil ponsel ditangan nya.
"Mantan," balas Bara singkat.
"Pantes aja berisik," sahut Davian, "udahlah, blokir aja nomornya," sambungnya yang ditujukan pada Hendry.
Hendry mengangguk kecil, menuruti perkataan Davian untuk memblokir kontak Clara dan setelahnya tak ada lagi panggilan yang masuk di ponsel tersebut.
"Lagian kalau emang nggak suka, kenapa lo pacarin sih? Heran banget gue." Naufal bertanya pada Bara, sedangkan yang ditannya hanya mengendikkan bahunya singkat, bahkan terkesan tak acuh.
"Nggak tahu, pengen aja. Lagian dia yang nembak gue, masa gue tolak gitu aja, nggak tega. Nanti gue di cap cowok berengsek lagi," tutur Bara.
"Dengan lo terima terus putusin dia secara sepihak itu juga berengsek namanya, tolol." Hendry menoyor kepala Bara yang dihadiahi umpatan oleh sang empu.
"Bilang aja kali kalau lo nggak mau kalah dari Kanaya."
Perkataan Naufal tersebut sontak membuat suasana di sekitar mereka menjadi hening.
"Maksud lo apa?" tanya Bara tersirat nada tak suka.
Naufal mengendikkan bahunya singat, "lo tahu maksud gue," balasnya singkat.
"Lo suka sama Kanaya?"
Pertanyaan tak terduga itu keluar dari mulut Davian dengan lihainya, membuat dua orang lain turut menatap Bara, menuntut jawaban.
Bara menatap ketiga temannya satu persatu, ia membenahi posisi duduknya dan mengulas senyum kecil, "kalau iya, kenapa?"
"Kalau iya berarti lo tolol. Gue lihat Kanaya anaknya baik, dia juga tulus berusaha dapatin hati lo. Kalau lo emang cinta sama dia, kenapa nggak buruan lo jadiin pacar?" sahut Naufal dengan cepat, bahkan sebelum si penanya membuka mulutnya.
Tubuh Bara sedikit menengang mendengar penuturan Naufal, "gue... nggak bisa," ujarnya dengan suara kecil, bahkan hampir berbisik.
Naufal tertawa remeh melihat Bara yang terlihat lemah saat mengatakannya, terlebih ekspresi sedih yang ditampilkan. Terlihat sangat menggelikan dimatanya.
"Oh, ternyata selain berengsek lo pengecut juga ya?"
Terkutuklah Naufal dengan mulut licin dan kalimat provokator nya.
Bara terlihat mengetatkan rahang mendengar penuturan Naufal yang terkesan mencemoohnya. Ia sangat sensitif dengan topik ini dan ketiga temanya tahu itu, tapi mereka malah memancingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET [ON GOING] (SEQUEL OF JUST D)
Teen Fiction|I SEQUEL OF JUST D [WHO ARE YOU?] I| [HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no sex scene) Harap bijak dalam memilih bacaan Summary: Acha Kanaya menganggap hidupnya berubah menjadi sial setelah mener...