"Rumah yang ku anggap selalu bisa melindungi ku. Kini telah pergi, aku pun tak tahu harus bagaimana lagi caranya. Membuatnya bisa kembali lagi."_Ema.
Setelah selesai berbelanja dan makan. Mereka memutuskan untuk pulang. Hari ini mereka harus istirahat lebih awal, untuk mempersiapkan acara perpisahan besok.
"Ema, sebelum pulang. Lo gak ada lagi yang mau dibeli lagi gak?"
"Gak ada, udah cukup kok. Ya udah pulang yok."
Arul mengantarkan Ema pulang terlebih dahulu. Baru ia pulang ke rumahnya.
Hari ini, Ema tak banyak bicara. Begitu pula dengan Arul. Lelaki itu tak banyak bertanya seperti biasanya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka tiba di depan rumah yang bernuansa tumbuh-tumbuhan.
"Ma, gue pulang dulu ya. Besok gue sama Diki jemput lo."
"Eh, gak usah. Gue bisa sendiri kok, nanti gue pesan ojek online aja."
Arul yang keras kepala, tidak membiarkan Ema pergi sendiri. "Gak! Lo harus sama kita. Kalau lo kenapa-napa Gimana? Udah cukup lo banyak nahan luka Ma, kali ini jangan. Gue mohon," pintanya.
Ema tak bisa berkata apa-apa lagi. Selain 'iya' Ema hanya tidak ingin mengecewakan orang yang senang tiasa menjaganya.
"Oke, gue akan bareng kalian. Tapi, nanti jemputnya di Salon ya," Ema memberitahu.
"Oke."
Tak banyak bertanya lagi. Arul pergi meninggalkan rumah Ema. Ketika Arul pergi, sepi melandanya kembali. Ketika melihat perkarangan rumahnya sendiri, terlintas bayangan-bayangan mereka dulu. Tanpa sadar, cairan bening jatuh dari kelopak mata Ema. Gadis itu menangis rapuh.
"Gal, kenapa kamu jarang masuk sih akhir-akhir ini? Kamu juga gak ngabarin aku kayak biasanya. Kalau aku chat pun, cuman kamu liat. Gak pernah kamu balas, aku punya salah ya sama kamu?" tangisannya semakin jadi. Banyak momen yang tak bisa ia lupakan.
Namun, Ema tidak ingin terlihat lemah. Ia menghapus air matanya. "Oke Ema, lo gak boleh sedih. Lo masih punya teman-teman lo yang sayang sama lo, lo gak boleh cengeng. Galen pasti punya alasan, lo harus percaya sama dia. Lo ingat kan, hubungan langgeng itu di dasari dari kepercayaan," Ema menyemangati dirinya sendiri.
***
Hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Ema dengan kebaya Bali dan sepatu hilsnya, sudah siap untuk berangkat ke acara sekolahnya. Rambutnya yang disanggul, menambahkan kesan mempesona. Make up nya pun tidak terlalu menor, natural. Karena Ema tidak suka menor-menor.
Di depan Salon kecantikan, Ema menunggu Arul dan Diki. Sebelumnya, mereka sudah saling mengabari. Bahwa Ema menunggu di depan.
Saat asik menunggu sambil bermain handphonenya. Suara kelakson mobil berbunyi.
"Ema, ayo," panggil Arul. Ema bergegas menghampiri Arul.
Disepanjang perjalanan, mereka terus bergurau. Seketika Ema melupakan beban pikirannya. Arul terlihat tampan dengan jas hitam yang ia kenakan. Begitu pula dengan Diki, lelaki itu lebih terlihat dewasa daripada biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit
Teen FictionMemiliki trauma yang berat, lalu disembuhkan dengan rasa kasih sayang. Bukan soal percintaan saja, tapi tentang persahabatan juga. Mereka yang memiliki mimpi, bekerja sama untuk meraihnya. Saling menompah satu sama lain, saling memahami dan menyayan...