⨳ 006 :: �

1.8K 101 9
                                    

Helena memegangi kepalanya yang terasa begitu pening. Dia mencoba menjelaskan pandangannya. Melihat sekeliling membuat Helena terkejut. Karena saat ini dirinya bukan berada di apartemennya.

Dia memposisikan dirinya untuk duduk. Helena membelakkan matanya saat melihat dirinya yang kini hanya menggunakan pakaian dalam saja. Dengan segera dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Tak lama pintu terbuka membuat Helena menoleh. Disana ada Marvin dengan menyunggingkan senyumnya. Marvin berjalan mendekati Helena. Helena kini sudah menatapnya nyalang.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"

"Apa yang kau lakukan padaku! Dan dimana pakaian milikku?!" Bukannya menjawab justru Helena berbalik bertanya dengan membentak Marvin.

Tanpa menjawab Helena Marvin berjalan ke nakas yang disana terdapat satu setelan baju. Marvin menaruhnya dipaha Helena.

"Jasmine tidak memakaikan mu baju? Pakailah bajunya dengan benar. Ada yang harus aku bicarakan denganmu." Helena hanya memandangi baju tersebut tanpa berniat menyentuhnya. Marvin yang sedari tadi masih disana mendengus kasar.

"Aku bilang pakai Helena. Atau mau aku pakaikan?" Ucap Marvin penuh penekanan. Kali ini Helena mengambil baju tersebut. Namun dia tidak langsung memakainya justru menatap Marvin. Hal itu membuat Marvin mengangkat satu alisnya.

"Aku tidak mungkin memakainya dihadapanmu!" Decak Helena. Tanpa menjawab akhirnya Marvin pergi keluar.

Belum Helena selesai dengan mengancingkan bajunya dengan benar. Pintu kembali terbuka disana ada Gino yang langsung masuk dan menarik Helena. Helena memberontak saat dirinya diseret seret begitu saja tanpa berkata apapun.

"Lepaskan aku! Siapa kamu!" Gino tidak menjawab apapun. Dia tetap membawa Helena ke ruang bawah tanah sesuai permintaan Marvin.

Gino mendudukkan Helena dikursi sebelum akhirnya Luis datang lalu mengikat Helena dikursi tersebut. Helena menatap sekelilingnya, disana banyak pria yang menatapnya lapar. Bagaimana tidak, semua melirik pada kancing Helena yang tidak benar.

Suara langkah sepatu terdengar di indra pendengaran Helena. Semua orang disana menundukkan kepalanya saat Marvin baru saja datang. Helena menatap Marvin penuh kebencian.

Kedua pandangan Marvin langsung beralih pada kedua kancing baju Helena yang tidak benar. Belahan dadanya terpampang jelas. Marvin berjalan mendekati Helena lalu membenarkan kancing tersebut.

"Sudah kubilang, pakailah pakaian yang benar. Kau benar-benar akan menjadi seorang jalang? Lihatlah banyak pria yang menatapmu lapar." Ujar Marvin. Sedangkan Helena dia sama sekali tidak peduli dengan ucapan Marvin.

Marvin duduk dikursi miliknya menatap Helena yang sudah menatapnya tajam. Marvin menyilangkan kedua kakinya dengan kedua tangan didadanya.

"Aku hanya akan menawarkanmu beberapa hal saja Helena. Namun ini berhubungan dengan nyawamu juga." Ujar Marvin. Helena masih diam tidak berniat menjawabnya.

"Tapi apakah kau akan percaya bahwa aku adalah seorang mafia?"

"Pfft-" Helena memiringkan kepalanya untuk menahan tawanya begitu mendengar ucapan Marvin kali ini. Marvin tersenyum tipis, dia menarik pistol didekatnya.

Dorr

Hal itu berhasil membuat Helena membeku saat sebuah peluru melewat dihadapannya. Helena perlahan mengalihkan pandangannya kembali menghadap Marvel.

"Aku tidak meminta dirimu untuk percaya, semua tergantung kau masih ingin hidup atau mati." Ucap Marvel memperhatikan pistol ditangannya.

"Dasar pria gila! Lepaskan aku! Aku tidak mau menerima tawaran apapun itu. Aku tidak mau berhubungan lagi dengan kau!" Helena memberontak mencoba melepaskan ikatan talinya.

"Pilih saja Helena, kau ingin bergabung denganku atau mati secara perlahan?" Marvin mengangkat kembali pistolnya mengarah pada Helena.

"Aku tidak mau keduanya! Punya urusan apa kau denganku! Bahkan aku sama sekali tidak mengenali kalian semua."

"Kau tahu alasan apa aku melakukan hal ini padamu? Itu karena musuhku dekat denganmu."

Dorr

Marvin kembali melayangkan pelurunya. Membuat Helena meneguk salivanya mati-matian. Dia takut bahwa nyawanya akan berakhir hari ini. Oh tidak, Helena masih benar-benar ingin hidup.

"S-siapa? Aku tidak berhubungan dengan siapapun?!" Helena mencoba tetap memberanikan diri. Marvin memberikan pistol tersebut pada Gino. Dia berdiri berjalan dan diam tepat dibelakang Helena.

"Atasanmu. James, adalah musuhku." Bisik Marvin tepat disamping telinga Helena. Marvin mengecup sekilas telinga Helena.

Bukannya Helena ketakutan. Kini dirinya justru tertawa. Membuat semua orang disana menatapnya heran. Marvin berjalan ke hadapan Helena.

"Kalian bodoh. Kalian mengungkapkan semua ini kepadaku? Dan berharap aku mengikutinya? Bodoh. Aku justru akan melaporkan semua ini." Ujar Helena.

Marvin tersenyum tipis. Dia membungkukkan badannya mensejajarkan dirinya dengan Helena. Marvin menepuk pucuk kepala Helena sekilas.

"Good girl, tapi sayang kita sudah merencanakan semua dengan matang. Kau pikir semudah itu untuk melaporkan hal ini? Bukti apa yang kau punya, honey?"

"Aku tidak peduli! Aku tidak akan membiarkanmu melukai James. Mencari semua bukti dan aku akan melaporkan kalian semua!" Ancam Helena. Marvin mengangkat satu alisnya.

"Lakukanlah jika kau bisa, kita tidak takut pada ancaman seorang anak kecil."

Tangan Helena dibelakang terkepal kuat. Ingin sekali dirinya saat ini menampar pipi Marvin. Atau jika bisa dia ingin mencakari wajah yang selalu menatapnya rendah.

"Aku sangat yakin bahwa kau tidak mungkin melaporkan ini semua. Semuanya aku tahu tentangmu.. bahkan tubuhmu aku sudah tahu." Lanjut Marvin dengan seringai dibibirnya. Marvin menegakkan kembali tubuhnya.

"Brengsek! Lepaskan aku!"

"Tidak, sampai kau memutuskan tawaranku. Aku tunggu 2 hari jawabanmu." Marvin hendak berjalan untuk keluar namun ucapan Helena membuatnya membalikkan badan.

"Untuk apa kau harus menunggu? Aku sudah memberikan jawabannya! Aku tidak akan pernah mau bergabung!!"

"Pikirkan matang-matang jika kau tidak ingin mati." Ucap Marvin lalu melangkah lebar meninggalkan Helena. Mengabaikan teriakannya yang terus meminta untuk dilepaskan.

⌑ 𖣯 ⌑

James membanting berkas-berkas dimeja. Dia mendengus kasar saat Helena menghilang seharian. Sudah berpuluh-puluh kali James menelpon Helena. Tidak ada satupun yang Helena angkat. Dia juga sudah datang ke apartemennya namun nihil Helena tidak ada.

Banyak pekerjaan di perusahaan yang menumpuk karena terabaikan tidak adanya sekertaris James. Dia mendudukan dirinya dikursi kebanggaannya. Memijit pelipisnya karena sekarang kebingungan disaat Helena menghilang tanpa kabar seperti ini.

Setelah dari pekerjaan kantornya. James pergi dulu ke sebuah cafe untuk menikmati kopi hangat sebentar.

Kring

Sontak James melihat ke arah pintu saat lonceng itu berbunyi menandakan seseorang masuk. Dia melihat seorang wanita cantik masuk. Wanita itu menatap sekelilingnya untuk mencari tempat kosong. Cafe cukup ramai saat itu.

"Permisi, bolehkah aku duduk disini?" James mendongak. Dia melirik sekelilingnya yang memang tempat disana sudah penuh hanya tersisa dihadapannya saat ini. Akhirnya James mengangguk.

"Boleh, silahkan." Ucap James. Wanita itu tersenyum ramah sebelum mendudukan dirinya dihadapan James.

"Bolehkah kita berkenalan?" Wanita itu mengulurkan tangannya mengajak James untuk berkenalan.

"Tentu, aku James. Bagaimana denganmu?" James meraih tangan itu tersenyum kecil.

"Aku Jasmine."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang