⨳ END OF MAFIA :: �

908 62 2
                                    

Setelah Helena baru saja berhasil membaringkan Leila tiba-tiba Marvin memanggilnya dari balkon kamar. Segera Helena menyusul Marvin yang sedang duduk bersantai di balkon.

"Bisakah kita berbicara serius sebenar?" Kata Marvin menatap Helena yang baru saja datang. Tatapannya terlihat serius berbeda dari yang biasanya Helena lihat.

Helena menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, apa yang ingin kamu bicarakan?" Balas Helena lalu mendudukkan dirinya berhadapan dengan Marvin.

Marvin menghela nafas kasar sambil mengibaskan rambutnya frustasi. Dia menegakkan badannya menatap Helena serius. "Sejujurnya sejak dulu dalam hidupku aku tidak memikirkan bahwa aku akan memiliki seorang anak. Kamu ingat perjanjian kita? Kita tidak akan pernah membiarkan anak kita nanti merasakan apa yang pernah kita rasakan." Ujar Marvin lembut namun tatapannya tetap terlihat serius.

"Mengingat kondisi aku saat ini, akan sulit untuk menjadi tempat pertumbuhan seorang anak perempuan. Tolong jangan pernah katakan apapun tentang indentitas ku pada Leila nanti." Lanjut Marvin menghela nafasnya sejenak. Helena semakin dibuat bingung dengan arah pembicaraan Marvin.

"Setelah Leila menginjak satu tahun aku ingin kamu pindah dengan Leila ke apartemen ku yang berada tak jauh dari gedung kantorku. Kamu tak perlu khawatir, apartemen itu luas yang masih cukup untuk bersama Leila." Jelas Marvin.

"Lalu, bagaimana denganmu? Aku tidak ingin berpisah lagi denganmu. Mengapa kita tidak bisa menumbuhkan nya disini?" Helena masih tidak mengerti.

Lagi-lagi Marvin menghela nafas. "Sayang, bagaimana mungkin Leila tumbuh disini yang penuh penjagaan ketat. Tempat ini terlalu berbahaya untuknya, dia akan kesulitan menikmati masa mudanya jika tumbuh disini. Aku ingin dia tumbuh menjadi gadis yang bebas." Ujar Marvin memberikan pengertian.

Helena terdiam sebentar sebelum mengajukan pertanyaannya. "Apakah kamu akan ikut bersama kita nanti?" Helena menatap Marvin dalam. Terlihat ada keraguan dari tatapan yang Marvin berikan.

"Aku akan sering mengunjungi kalian, aku tidak bisa begitu saja meninggalkan mansion ini." Kata Marvin menundukkan kepalanya merasa bahwa Helena tentu akan kecewa dengan keputusannya saat ini.

"Kamu berjanji padaku untuk melihat pertumbuhan Leila bersama-sama. Kamu bohong, hanya sekedar mengunjungi?! Bagaimana kamu tahu nanti saat Leila bisa membaca? Bagaimana kamu tahu saat Leila bisa berhitung?" Helena meremat kuat pahanya menahan air matanya untuk tidak terjatuh.

Marvin kembali mendongakkan kepalanya. "Helena, dengarkan aku. Kondisinya saat itu berbeda akupun tidak mau jika nanti kita harus berjarak seperti ini. Namun keadaannya memaksa untuk sementara waktu nanti." Marvin tidak bisa melihat Helena yang berkaca-kaca seperti ini.

"Leila tidak tahu apapun tentang identitas ayahnya, bahkan sekarang ayahnya hanya sekedar mengunjungi nya dalam beberapa waktu saja. Kamu justru akan semakin membuatnya terpuruk karena tidak mengetahui apapun mengenai ayahnya." Helena berdiri meninggalkan Marvin dengan perasaan kecewa.

"Helena!" Marvin segera berdiri menyusul Helena dan berhasil menahan tangan istrinya membuat Helena kembali menghadapnya.

"Tolong jangan seperti ini, aku pun merasakan apa yang kamu rasakan. Keputusan ini belum bulat, aku akan memikirkannya kembali matang-matang." Ujar Marvin selembut mungkin.

Helena menghapus jejak air matanya. "Aku akan selalu mengikuti keputusan mu, jika keputusan itu sudah bulat. Biarkan kali ini aku memberikan keputusan juga untuk membawanya saja pergi jauh darimu." Kata Helena mengalihkan pandangannya.

"Apa maksudmu?! Kamu tidak bisa melakukan itu padaku. Bagaimana pun juga aku adalah ayahnya dan dia berhak tahu, Helena!" Marvin mengerutkan keningnya tidak terima dengan keputusan Helena.

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang