⨳ 020 :: �

1.6K 96 2
                                    

Helena berjalan mengikuti Gino saat tiba-tiba Gino mendatanginya dan mengatakan bahwa Marvin meminta dirinya untuk datang ke ruangan rapat. Saat masuk disana sudah banyak anggota mafia yang berkumpul, termasuk Marvin juga.

"Aku duduk dimana?" Gumam Helena. Karena semua tempat ada yang menempati. Apakah dia harus berdiri seperti anak buah Marvin yang lain?

"Disini Helena." Kata Marvin yang mengerti raut kebingungan Helena. Dia menepuk pahanya memberi kode agar Helena duduk dipangkuannya. Dengan hati-hati akhirnya Helena terpaksa duduk dipangkuan Marvin. Jangan katakan apapun saat ini, Helena benar-benar malu harus bersikap seperti ini karena disana ada banyak anak buah Marvin yang memperhatikan mereka.

"Helena, tujuan Marvin meminta kamu kemari adalah kami semua hanya ingin mendengar bahwa kamu mengatakan bersungguh-sungguh ikut dan bergabung bersama kami." Ujar Gino membuka suara. Sedangkan Marvin diam saja, membiarkan bawahannya yang menjelaskan.

"Huh?! A-aku.." lidahnya terasa kelu saat ini. Entah kenapa Helena tidak bisa mengatakannya, masih ada ragu didalam dirinya. Apalagi memikirkan bagaimana nasib James nanti kedepannya, bahkan disituasi seperti ini Helena sempat-sempatnya memikirkan James.

"Angkat dagumu, tidak seharusnya seorang mafia menundukkan kepalanya selain pada atasannya." Kata Sean ikut membuka suara. Perlahan Helena mengangkat kepalanya menatap semua orang disana yang juga tengah menatapnya.

"Aku bersungguh-sungguh akan bergabung dengan kalian, aku akan membantu sebisaku dan semampuku." Ucap Helena takut-takut. Marvin justru terkekeh sinis di belakangnya membuat Helena semakin gugup, apakah ada yang salah dengan ucapannya?

"Kau mengatakannya saja dengan ragu, katakan dengan lantang jika kamu bersungguh-sungguh." Ujar Jasmine lembut untuk menyemangati Helena yang kebetulan duduk memang tak jauh darinya.

"Kami akan terus disini sampai kamu benar-benar mengatakannya dengan lantang." Kata Ashley. Helena menoleh sekilas pada Ashley lalu menghela nafas berat.

Cukup lama ruangan itu hening karena menunggu Helena menyiapkan dirinya yang sedari tadi tengah mengumpulkan keberaniannya. Sepertinya setelah dia benar-benar menjadi anggota mafia dia yakin kehidupannya akan berubah 180°.

"Apa yang sebenarnya membuat kamu ragu? Memikirkan James?" Celetuk Luis bertanya. Karena dia sudah geram melihatnya, apa yang sebenarnya Helena takutkan.

"Merindukannya? Sudah lama kamu tidak bertemu bukan? Ingin mendengar suaranya?" Tawar Gino tiba-tiba. Helena terkejut dan terdiam, dia tidak bisa menjawab apapun kali ini.

Tanpa menunggu jawaban Helena, Gino mengambil teleponnya dan mencoba menelpon James. Helena lamat-lamat memperhatikan Gino. Telepon itu cukup lama tidak tersambung hingga untuk ke 3 kalinya akhirnya di angkat. Gino menyalakan speaker dan tidak lupa menaikan volumenya hingga full.

"Jangan menganggu, aku sedang si-" belum selesai James disebrang sana melanjutkan ucapannya, sudah lebih dulu Gino memotongnya.

"Helena berada disini bersama kami." Sempat tidak ada jawaban dari sebrang sana. Gino dan Helena saling menatap saat tidak ada jawaban.

"Bukankah Helena berada di apartemennya?" Terdengar suara kekehan dari Marvin dibelakang Helena. Gino tersenyum sinis yang masih setia menatap Helena.

"Sudah hampir satu minggu lebih, kamu sama sekali tidak tahu?" Balas Gino. James lagi banyak terdiam dari ujung sana.

"Atau jangan kau tidak datang bekerja? Sibuk dengan jalang-jalang bung?" Lanjut Gino kembali berucap terkekeh renyah.

"Itu bukan urusanmu, dimana Helena kau sembunyikan?" Tanya James. Namun Gino tidak menjawabnya, dengan segera dia menutup kembali telponnya.

"Dia sama sekali tidak peduli padamu." Kata Sean menatap Helena. Bukannya Helena menjawab dia kembali menundukkan kepalanya merasakan kekecewaan yang luar biasa. Seharusnya dia sudah biasa merasakan James yang tidak peduli, entah kenapa masih terasa sakit untuknya.

"Kami disini akan membalaskan dendam mu." Ucap Rylie. Dia juga sudah tahu banyak mengenai James saat sibuk mencari data-data mengenai James bersama Ashley.

Helena menghela nafas berat. Setelah mengatur nafasnya dan menghilangkan jejak air mata. Dengan mantap Helena mendongakkan kepalanya menatap orang-orang disana sebelum berucap.

"Aku, Helena. Bersungguh-sungguh ingin bergabung bersama kalian. Dengan bertujuan untuk membantu kalian mendapatkan berlian itu sekaligus membalaskan dendam ku pada James dan aku akan melakukan semua semampuku." Ucap Helena cukup lantang. Walaupun dalam hatinya masih terdapat goresan dan rasa takut yang menyelimutinya.

"Bagaimana dengan menjadi ratu mafia? Apakah kau bersedia?" Tanya Luis menatap Helena dingin. Helena sempat menoleh ke belakang menatap Marvin sebelum menjawab.

"Mengapa aku harus menjadi ratunya?" Helena justru berbalik bertanya membalas tatapan Luis.

"Jika tanpa Marvin saat baru saja dua langkah kau bertemu musuh sudah dipastikan nyawamu melayang. Hanya Marvin satu-satunya yang bisa menjagamu, jadi bersediakah menjadi ratu mafia disini?" Luis mengangkat satu alisnya menantang Helena. Untuk kali ini tanpa rasa takut Helena mengangguk tegas.

"Aku bersedia jika Marvin memang yang memintaku sebagai ratunya." Ucap Helena membuat Marvin dibelakangnya tersenyum tipis.

"Seorang ratu harus siap melayani raja sebagai bayarannya karena telah menjaganya, kamu bersedia juga?" Tanya Marvin berbisik tepat ditelinga Helena membuat Helena merinding. Tangannya dibawah menelusup masuk ke dalam baju Helena dan mengusap-usap perut Helena lembut.

Helena meneguk salivanya mati-matian. "Aku.. bersedia." Ucap Helena yang hampir tidak terdengar. Sontak suara tepukan tangan terdengar yang berawal dari Marvin yang lalu diikuti oleh bawahan dan anak buahnya yang lain.

"Gadis yang semakin pintar." Kata Marvin mengecup sekilas telinga Helena. Tangannya dibawah kembali mengusap perut Helena lembut.

Setelah acara itu selesai, Helena pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua yang sudah dia tahan. Saat dikamar mandi tangisannya langsung pecah begitu saja. Dia memikirkan nasib kedepannya bagaimana karena terpaksa harus ikut ke dalam dunia gelap. Dan jangan lupa kini dia justru menjadi ratunya sendiri.

"Tuhan.. bantu aku." Lirih Helena yang suaranya bergetar. Semuanya berubah, dunianya akan berubah. Mau tidak mau Helena harus siap menerima resiko tersebut.

Dia keluar setelah puas menumpahkan semuanya, namun betapa terkejutnya saat mengetahui Marvin sudah berada di dekat kamar mandi yang sepertinya Marvin menyadari Helena.

"Menangis?" Marvin berjalan mendekati Helena tersenyum miring. Dia mengangkat dagu Helena untuk menatapnya.

"Tidak ada yang perlu kamu takutkan, sayang." Setelah mengatakan itu Marvin mencium lembut bibir Helena. Perlahan dia juga mendorong Helena hingga terbaring dikasur dan menindihnya.

Setelah puas dengan ciumannya, Marvin melepas paksa kaos yang Helena sedang kenakan. "Aku tahu mungkin untuk yang satu ini lebih sakit." Kata Marvin sebelum beranjak dari ranjang. Dia mengambil sesuatu dari dalam lacinya, sebuah pisau kecil.

"Calm down honey." Kata Marvin. Dia mulai menggores bagian dada tepat diatas dalaman yang masih Helena gunakan. Dia mengukir namanya disana, darah mengalir perlahan keluar.

"Marvin.. sakit sekali." Pandangan Helena sudah buram karena air matanya. Untuk kali ini benar-benar sakit, Marvin sangat lama mengukir namanya disana membuat Helena kesakitan lebih lama. Bayangkan saja saat kalian terkena goresan pisau sedikit saja sudah terasa perih, bagaimana dengan rasa sakit yang Helena rasakan sekarang?

Setelah selesai, Marvin mengecupi luka tersebut mengabaikan darah-darah yang keluar dan itu membuat Helena semakin kesakitan. Dia meremas kuat rambut Marvin karena lukanya tersebut.

Marvin tersenyum tipis melihat karyanya yang terdapat pada bagian atas dada Helena. "MG" Hanya kata itu yang Marvin tuliskan, dia sengaja melakukannya pelan-pelan hanya ingin melihat Helena kesakitan. Karena dia tahu, kesakitan yang Helena rasakan sekarang belum seberapa dengan rasa sakit dari resiko Helena kedepannya saat berhadapan langsung dengan musuh.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang