⨳ 067 :: �

996 79 9
                                    

Lihatlah raut wajah Helena sekarang, tampak sumringah tidak ada raut kesedihan sedikit pun. Dia menunggu penuh semangat dengan keyakinan yang penuh bahwa Marvin ada dikapal itu.

Yang pertama keluar dari kapal itu adalah para wanita-wanita yang berhasil diselamatkan. Cukup banyak berada dikapal yang pertama. Oke, disana Marvin tidak ada. Sudah dipastikan Marvin ada dikapal yang kedua.

Dan benar saja beberapa anak buah mulai keluar lebih dulu, Helena menatap kesana penuh harap. Matanya melihat ada Rylie, Sean, Tama yang baru saja keluar. Helena mendekati mereka dengan bersemangat.

"Rylie!!" Panggil Helena. Yang memiliki nama segera menoleh dengan raut bahagia. Keduanya saling merentangkan tangan untuk berpelukan setelah sekian lamanya tidak bertemu.

"Oh, bagaimana kabarmu nyonya? Apakah putrimu baik-baik saja?" Goda Rylie sambil terkekeh. Helena justru cemberut mendengar panggilan nyonya yang keluar dari Rylie, terlalu formal dan Helena tidak menyukainya.

Helena melepaskan pelukannya. "Jangan memanggilku nyonya!" Kata Helena cemberut. Kemudian Helena menolehkan kepalanya kesana kemari mencari keberadaan siapa lagi jika bukan tuan Marvin terhormat.

Seorang pria dengan jas hitam dan kacamata hitam yang bertengger diatas hidungnya baru saja keluar dari kapal. Helena menganga masih tidak percaya dengan siapa yang dilihatnya, mengapa Marvin menggunakan kacamata hitam seperti itu? Walaupun menggunakan kacamata hitam, gaya Marvin tetaplah sama terlihat tegas dan angkuh.

Marvin membuka kacamatanya ketika pandangan mereka bertemu. Bibirnya terangkat mengulas senyum yang sudah lama tidak Helena lihat. Marvin menghentikan langkahnya menciptakan jarak 1 meter dengan Helena.

Helena sudah berkaca-kaca siap menumpahkan tangisannya. Dengan jarak 1 meter itu Marvin masih bisa melihat kedua netra cantik itu yang berkaca-kaca. Kedua tangannya terangkat sedikit dia rentangkan.

Mengerti dengan kode yang diberikan Helena berjalan perlahan masuk ke dalam dekapan Marvin, melupakan bahwa dirinya sedang mengandung. Marvin terkekeh sambil kesusahan memeluk Helena dikarenakan perut Helena yang sudah membesar.

"Hei, mengapa menangis?" Marvin hendak melepaskan pelukannya saat merasakan bajunya basah. Namun Helena justru semakin mengeratkan kembali pelukannya dan terisak semakin keras dipelukan Marvin.

"Kemana kamu pergi?? Aku pikir kamu tidak akan pernah kembali." Ucap Helena dengan suara teredam. Marvin tersenyum tipis, mengusap lembut punggung Helena.

Cukup lama mereka berpelukan, hingga tidak sadar mereka sudah menjadi pusat perhatian semua orang. Marvin sama sekali tidak peduli, namun jika Helena menyadari ini entah bagaimana reaksinya nanti.

Helena mendongakkan kepalanya menatap Marvin sendu dengan bibir mengerucut tak lupa hidungnya yang berwana merah. Marvin mengecup bibir Helena lembut dengan lumatan sekilas. Jika saja Helena tidak sedang mengandung ingin rasanya Marvin menggendong Helena. Sayangnya dalam keadaan mengandung tentu akan kesusahan.

"Long time no see, aku merindukanmu. Maaf aku mengingkari janji dan pulang sangat terlambat. Aku sama sekali tidak bisa berhenti mengkhawatirkan keadaanmu, namun keadaan terlalu mendesak hingga aku tidak dapat menghubungi mu. Aku minta maaf." Ujar Marvin lembut sambil merapihkan rambut Helena.

"Aku berhasil pulang dengan selamat, dan aku juga berhasil membawa ibumu pulang." Lanjut Marvin tersenyum hangat. Dia membalikkan badan Helena secara perlahan, dan tepat dibelakang Helena ada Jeoffree yang sedang merangkul Chitta disampingnya.

Wajah mereka sungguh sama, Helena seperti melihat Chitra yang bangkit kembali. Namun keadaan Chitta cukup berbeda karena badannya yang kurus terlihat sangat tidak terurus. Namun wajah cantiknya masih bisa terlihat.

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang