⨳ 001 :: �

4.4K 144 25
                                    

"Nghh.. James." Desah Helena saat James meremas dadanya. James hanya terkekeh lalu mengecup bibir pink Helena dan kembali pada meja kerjanya.

"Ngomong-ngomong bagaimana meeting tentang lusa?" Tanya James pada Helena yang sedang sibuk merapihkan pakaiannya. Dia berjalan ke mejanya yang hanya disekat kaca blur dengan ruangan James.

"Aku sudah menyiapkan nya, kau bisa langsung datang besok." Ucap Helena sambil memberikan beberapa berkas yang diterima oleh James.

James membaca satu persatu isi berkas itu dan mengangguk. Lalu meletakkannya kembali dimeja, pandangannya beralih pada dada sekertaris nya.

Helena yang merasa James terus memperhatikan dadanya memukul wajah James kecil.

"Jangan terus memperhatikan dadaku, jika milikmu bangun aku tidak mau tanggung jawab."

Helena sudah lama menjadi sekertaris James yang membuatnya sudah biasa melakukan apapun pada James. Lagipula James pun tidak keberatan sama sekali selama ini.

James menarik Helena duduk dipangkuannya dan melingkarkan tangan dipinggang Helena. Helena hanya diam sudah biasa dengan perlakuan James padanya.

Saat James hendak mengecup leher Helena tiba-tiba ponselnya bergetar membuatnya mendecak tak suka saat aktivisnya diganggu. James terpaksa mengangkat teleponnya.

"Boss, berlian yang kau maksud sudah berhasil kami curi." James menyeringai.

"Good, dimana lokasinya sekarang?"

"..."

Dia mematikan teleponnya sepihak. Helena mengerutkan keningnya melihat James yang terlihat tersenyum menyeringai.

"Mengapa tersenyum seperti itu?" James mengecup pipi Helena.

"Berlian itu sudah berhasil aku dapatkan." Sontak Helena membulatkan matanya begitu mendengar ucapan James.

"Benarkah? Keren sekali."

⌑ 𖣯 ⌑

Gino baru saja selesai membersihkan diri ketika tiba-tiba Marvin dan Jasmine datang ke apartemennya. Dia terkejut melihat kedatangan mereka dan dengan cepat mempersilahkan mereka masuk.

"Ada apa?" tanya Gino, mencoba mencari tahu alasan kedatangan mendadak mereka.

Marvin langsung to the point, "Kau tahu? Berlian aset keluargaku dicuri." Marvin mengungkapkan kabar yang mengejutkan itu dengan nada serius.

"Semua data pribadi tentang setiap anak buahku kau tahu bukan? Ada salah satu yang berkhianat. Kita harus melacaknya." Lanjut Marvin.

Gino mengangguk, menyadari betapa seriusnya situasi ini. "Tentu, Marvin. Aku tahu semua data pribadi tentang setiap anak buahmu. Jika ada yang berkhianat, kita harus segera melacaknya."

Tanpa membuang waktu, Gino segera mengambil laptopnya dan mulai mencari file mengenai anak buah Marvin. Dia adalah tangan kanan Marvin dan juga teman dekatnya, karena mereka pernah satu kampus dan telah menjalin hubungan yang erat sejak itu.

Gino berusaha untuk tetap tenang dan fokus saat dia memeriksa setiap detail dan catatan yang ada. Dia tahu betapa pentingnya menemukan siapa yang berkhianat dan mengembalikan keamanan bagi Marvin dan keluarganya.

Gino terus fokus pada laptopnya, mengotak-atik isinya, ketika tiba-tiba dia menyadari sesuatu yang aneh. "Sial, aku ingat betul bahwa anak buahmu ada 255, bagaimana bisa hanya ada 250?!" celetuknya dengan kebingungan yang jelas terlihat di wajahnya.

Marvin, yang duduk di ranjang Gino, mengusap wajahnya dengan gusar. Dia segera mengambil ponselnya dan mulai menelepon beberapa anak buahnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang