⨳ 036 :: �

1.2K 85 8
                                    

"Karena dirimulah, kedua orang tuaku terbunuh." James menatap tajam pada wanita yang sudah terlihat semakin tua dengan posisi terikat disebuah kursi. Wajahnya begitu terawat dan terkesan begitu awet muda, jika saja dalam kutip jika saja James tidak menggoreskan sebuah pisau dipipi yang bersih itu.

Wanita itu terkekeh sinis. "Siapa yang menyuruh nya untuk terus menjaga berliannya? Mengapa tidak memberikannya saja padaku. Jika begitu mungkin aku tidak memberikan lokasinya pada mantan suamiku." Ujar wanita itu membuat kedua alis James menyatu dengan kening mengkerut.

"Apa maksudmu?!" Sentak James amarah nya semakin memuncak. Rahangnya mengeras dan giginya bergemelatuk menahan untuk tidak membunuh lebih dulu wanita ini sebelum menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

"Saat ayahmu berhasil menemukan berliannya, kami mengadakan pertemuan dan aku meminta untuk memberikan berlian tersebut lalu aku akan membayarnya dengan harga yang sangat besar. Namun dia tetap tidak mau memberikan itu." Ujar wanita itu masih setia menundukkan kepalanya.

"Dan setelahnya aku memberitahu mereka mengenai lokasi berlian tersebut berada. Dan jika seandainya ayahmu memberikan berlian itu, dia tidak akan mati dan aku dapat hidup tenang dengan kekasih ku!" Sentak wanita itu tiba-tiba sambil mendongakkan kepalanya menatap James juga tajamnya.

"Selingkuh? Cih seperti jalang." Ucap James menggeleng-gelengkan kepalanya setelah mendengar penuturan itu. Dan tanpa aba-aba James langsung menjambak kuat rambut wanita itu hingga membuat wanita itu mendongakkan kepalanya membuat wanita itu meringis merasakan perih disekitar kepalanya.

"Mau bagaimanapun, kaulah tetap bersalah dalam hal ini. Jika saja kau tidak mencuri berlian itu ayahku tidak akan berada di situasi itu dan terbunuh begitu saja. Seharusnya kau yang terbunuh!" Ucap James lalu menghempaskan kasar kepala wanita itu hingga terjatuh dari kursinya.

Bukannya meringis kesakitan atas semua yang James lakukan padanya, nampaknya wanita itu kembali terkekeh. "Dasar tidak tahu sopan santun, apakah orang tuamu tidak mengajarkan sopan santun pada yang lebih tua, anak muda?"

"Tahu apa kau tentang sopan santun? Kau saja berselingkuh bodoh." Ucap James tersenyum miring. Dia berjalan dan berjongkok disamping kepala wanita itu. Dia mengambil pisau dan menggoreskan kembali pisau dipipi yang belum sempat dia ukir. Wanita itu hanya menjerit kesakitan tanpa bisa melakukan perlawanan.

Setelah puas mengukir dibeberapa tempat, James kembali membangunkan kursi yang diduduki wanita itu. Wanita itu terlihat sudah pingsan mungkin karena kehilangan banyak darah.

James hendak keluar dari markasnya dan terkejut saat tahu markasnya sudah dikepung banyak anak buah Marvin. James mengangkat tangannya saat beberapa anak buah Marvin menodongkan pistol nya.

"Oh, fuck." Umpat James menatap anak buah itu satu persatu. Tak lama Marvin juga keluar diantara mereka menatap James dingin. Diam-diam James tersenyum miring, memundurkan perlahan badannya saat teringat mengenai ibu Marvin. James berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan kejutan pada Marvin bukan?

James kembali mengumpat dalam hati saat tahu anak buahnya berhasil ditangkap oleh anak buah Marvin. Perlahan James menurunkan tangannya membalas tatapan Marvin. "Aku senang kau berkunjung kemari, karena tepat sekali aku akan menunjukkan sesuatu padamu." Ujar James tersenyum miring lalu berjalan kembali masuk ke dalam.

Marvin bersama beberapa anak buahnya hendak masuk namun James kembali berucap. "Lebih menyenangkan jika hanya aku dan Marvin yang masuk." Ucap James. Dan dengan senang hati, Marvin memberi kode pada anak buahnya agar tetap ditempatnya agar dia sendiri yang masuk.

James berdiri dibelakang wanita yang sudah terduduk lemas tersebut. Marvin tiba-tiba membeku ditempatnya mencoba mencerna dan memastikan bahwa ini benar-benar bukan sesuai pikirannya. Bagaimana bisa?

"Aku tidak begitu yakin kau mengenalinya atau tidak, maaf jika aku menggoresnya terlalu banyak." Ujar James tersenyum miring. Perlahan wanita itu juga mendongak menatap siapa yang sebenarnya James ajak bicara.

Kedua netra mereka bertemu, mereka sama-sama terdiam. Wanita itu atau mungkin ibu Marvin hanya menatap sayu pada putranya yang sudah lama sekali tidak dia lihat. Hampir 20 tahun mereka tidak pernah bertemu dan kali ini mereka dipertemukan kembali.

"Marvin sayang.. maafkan ibu." Lirih ibu Marvin yang masih dapat didengar oleh Marvin. Perlahan Marvin mendekati hingga berhenti tepat didepannya, dia mengangkat dagu ibunya memperhatikan dengan seksama seseorang yang telah melahirkannya ke dunia.

"Apakah dia pantas mendapatkan gelar ibu? Aku tidak begitu yakin. Dia berselingkuh, menghancurkan hubungan, pengkhianatan. Tentu kau sudah tahu mengenai itu bukan?" Ucap James menatap Marvin.

Marvin mengeraskan rahangnya membalas tatapan James tajam. "Apa yang kau lakukan pada ibuku, bajingan?!" Sentak Marvin.

"Ow, jangan salah bung. Aku hanya ingin membalaskan dendamku pada ibumu dan juga pada ayahmu namun sayangnya dia sudah mati. Aku sekarang tidak memiliki urusan apapun denganmu." Ujar James santai.

"Seharusnya kau bunuh aku saja! Jangan sangkut pautkan dengan kedua orang tuaku termasuk ibuku!" Sentak Marvin kembali. Dia menundukkan kepalanya menatap sendu ibunya kembali.

"Aku tidak percaya bahwa kau akan memaafkan sebuah pengkhianatan." Celetuk James menggeleng-gelengkan kepalanya terkekeh sinis. Tanpa ba-bi-bu Marvin menarik kerah kemeja James menatapnya tajam.

"Dia tidak ada salah dalam hal apapun! Ini hanya antara kau dan aku." Ucap Marvin.

"Aku tahu bahwa kau masih belum menerima sebuah fakta itu, kedua orang tuaku juga harus terbunuh karena dirinya!" Sentak James mendorong kuat tubuh Marvin hingga Marvin tersungkur dan cekalan di kerahnya terlepas.

James menarik pistol nya lalu mengarahkan ke arah ibu Marvin. "Katakan selamat tinggal pada wanita tua ini." Ucap James tersenyum miring. Marvin segera berdiri untuk menghentikan semuanya.

Dorr

Dorr

Semuanya sudah terlambat, Marvin terlambat. Ibunya sekarang sudah terkapar dibawah dengan keadaan tidak bernyawa. Marvin segera melepas ikatan pada tubuh ibunya dan memeluknya erat.

"Marvin.. ibu minta maaf. Ibu benar-benar menyayangi mu, ibu selalu merasa gagal jika melihatmu." Lirih ibunya terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Tanpa merasa jijik Marvin menangkup wajah ibunya dan mengusap pipinya lembut.

"Ibu, minta maaf. Ibu minta maaf.. sepertinya James benar. Aku tidak pantas mendapatkan gelar seorang ibu.." ibu Marvin meremas kuat kemeja Marvin menahan rasa sakitnya.

"Ibu menyayangimu sayang.." lirih ibu Marvin bergetar sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Lidah Marvin terasa kelu tidak dapat mengatakan apapun, dia hanya bisa menatap detik-detik akhir ibunya. Setelah 20 tahun lama nya mereka tak pernah bertemu, namun mereka justru dipertemukan kembali saat di detik-detik nafas terakhir.

"Begitu memilukan, sekarang kita sama-sama tidak punya orang tua bukan?" James tertawa sinis merasa bahagia saat dendamnya terbalaskan selama bertahun-tahun. Dia membalikan badannya membelakangi Marvin dan ibunya yang sedang terduduk.

Marvin mengepalkan tangannya kuat, dengan perlahan dia menurunkan ibunya lalu kembali berdiri. Dia menatap punggung James tajam lalu menodongkan pistol disakunya. "Kau seharusnya juga mati." Ucap Marvin.

Dorr

Dorr

"MARVIN!!!" Sebuah pekikan suara yang tak asing membuat mereka berdua menoleh. James memperhatikan seorang wanita yang berlari ke arah mereka dengan pandangan yang semakin buram, rasa sakit menjalar disekitar tubuhnya dan setelah itu pandangannyapun menjadi gelap.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang