⨳ 021 :: �

1.5K 95 4
                                    

James berjalan ke ruangan Cruz. Dia ingin memastikan mengenai penjualan berliannya. James berniat uang yang dia dapatkan nanti untuk membangun kembali perusahaannya. Setelah itu juga dia akan melarikan diri dari Italia.

Dan nanti Axel yang akan mengatur perusahaannya tersebut. James akan menjaganya dari jauh. Axel adalah tangan kanan James, dia sudah cukup dipercayai oleh James bahwa Axel pasti dapat menangani semuanya dengan baik.

"Bagaimana penjualannya?" Tanya James berjalan mendekati Cruz yang sedang fokus pada laptopnya. Begitu mendengar suara James sontak Cruz menoleh.

"Untuk saat ini aku melakukan lelang, dan sudah banyak diantara mereka yang menawarkan harga, yang paling tinggi hanya ada hingga 1 juta euro." Ucap Cruz sambil menunjuk laptop tersebut.

"Dan sepertinya jika sudah seperti ini menurutku kita lebih baik melakukan lelang secara langsung." Lanjut Cruz memberi saran yang langsung diangguki James.

"Lakukan saja, siapkan semuanya. Kabari aku jika semua sudah selesai."

James mendudukkan dirinya dihadapan Cruz. Kebetulan memang Cruz mengerjakan semuanya di kantor. Walaupun saat ini sedang mengalami penurunan, James harus tetap mempertahankan apa yang ada. Jangan sampai perusahaannya harus gulung tikar.

Dia ingin mencari keberadaan Helena, namun semua masalah sudah cukup menghantuinya selama ini. James merasa tidak ada waktu untuk mencari Helena, bahkan mengenai Jasmine yang juga menghilang dia sama sekali tidak peduli. Sekarang James benar-benar memfokuskan semua pada perusahaan dan dirinya sendiri.

"Siapa sebenarnya mafia itu.." monolog James. Ia benar-benar penasaran siapa mafia itu sebenarnya. Karena sampai saat ini anak buahnya belum juga dapat menemukan satu aja foto mafia itu.

⌑ 𖣯 ⌑

"Marvin.. aku sudah lelah ini tidak bisa." Badan Helena jatuh ke bawah saat dirinya terus-terusan dipaksa oleh Marvin agar segera bisa mengendalikan pistol. Satu hari ini Helena tidak diberikan jeda oleh Marvin sampai Helena benar-benar tepat sasaran, sedikit gila bukan? Padahal Helena saja baru memegang pistol tersebut.

Marvin berdiri dari duduknya berjalan mendekati Helena dengan langkah tegap. "Siapa yang menyuruhmu berhenti?" Tanya Marvin menatap Helena intens. Namun hal itu sama sekali tidak membuat Helena ketakutan.

"Kamu gila Marvin, aku lelah. Beri aku istirahat 5 menit saja.." Helena mendongak menatap Marvin sayu. Tapi ini Marvin, dia tidak mungkin luluh hanya karena tatapan seperti ini.

"Jangan merengek seperti bayi, musuh tidak akan luluh melihatmu seperti itu." Ucap Marvin menarik paksa Helena agar berdiri dan memberikan pistolnya kembali yang tadi sempat terjatuh juga.

"Aku hanya ingin istirahat." Gumam Helena. Dengan terpaksa dia mulai kembali latihannya, entah sudah menghabiskan berapa peluru dari pagi hingga menjelang sore.

Helena hanya memakan satu roti saat sarapan saja, dan sekarang sudah hampir sore dia belum juga selesai. Lagipula bagaimana bisa berhasil, dalam keadaan lapar orang mana yang bisa tetap fokus? Apalagi dalam hal bermain pistol seperti ini.

Untuk peluru yang terakhir, Helena harap yang ini benar-benar berhasil. Dia mencoba memfokuskan diri, karena tubuhnya benar-benar sudah kelelahan.

Dorr

Peluru itu tepat mengenai sasaran. Helena tersenyum bangga dia menoleh pada Marvin yang juga menatapnya namun tidak lama pandangannya menggelap dan terjatuh.

"Dasar pria gila, bagaimana mungkin Helena dapat melakukan itu dalam satu hari. Dulu saja aku sampai satu minggu untuk benar-benar tepat sasaran." Gumam Jasmine sambil menangani Helena yang pingsan. Mulutnya sedari tadi tidak berhenti mendumel karena kelakukan Marvin yang sangat gila.

Dia tentu terkejut mendengar penuturan Marvin, walaupun dirinya sama-sama mafia tapi Jasmine rasa dia masih mempunyai hati nurani dan itu berbeda jauh dengan Marvin. Satu hal yang semakin membuat Jasmine geram adalah bisa-bisanya Marvin tidak memberi istirahat atau makan sedikit saja untuk Helena.

"Bagaimana keadaannya?" Marvin berjalan masuk mendekati Helena yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Jasmine.

"Jika nanti dia harus masuk rumah sakit sampai kejang-kejang atau operasi aku tidak tanggung jawab." Ucap Jasmine mendelik pada Marvin.

"Mulutmu Jasmine, dia hanya kekurangan makan. Jangan terlalu banyak drama." Kata Marvin sambil membenarkan selimut Helena.

"Panggil aku saja jika terjadi sesuatu lagi, aku akan turun ke bawah untuk mengambil makanan sambil menunggu Helena sadar." Ujar Jasmine sebelum pergi keluar kamar meninggalkan Helena dan Marvin.

Marvin memperhatikan Helena yang masih terpejam. Dia membuka perlahan pakaian Helena melihat luka ukiran yang sebelumnya dia buat. Luka itu masih memerah, dia menyentuh pelan luka tersebut yang justru berhasil membuat Helena tersadar.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya Marvin sambil membantu Helena untuk bangun lalu memberikan gelas air yang kebetulan dia bawa sebelumnya. Tak lama juga Jasmine sudah datang sambil membawa nampan yang berisi makanan.

"Eoh? Kebetulan sekali ternyata kamu sudah sadar." Ujar Jasmine duduk disisi ranjang lalu meletakkan makanan itu diatas nakas dekat Helena.

"Apakah kepalamu pusing? Demam?" Jasmine memegang kening Helena khawatir tubuhnya akan panas karena dia melihat Helena yang memegangi kepalanya.

Helena tersenyum menggelengkan kepalanya kecil. "Aku hanya pusing, tidak apa-apa." Jawab Helena membuat Jasmine maupun Marvin menghela nafas lega.

"Sudah aku katakan, jika Marvin kasar tendang saja selangkangannya Helena." Ucap Jasmine santai mengabaikan Marvin yang sudah menatapnya tajam. "Jasmine.."

"Aku lapar Jasmine," dengan cepat Helena mencairkan suasana agar kedua saudara ini tidak bertengkar. Jasmine segera mengambil sup yang dia bawa sebelumnya dan hendak menyuapi Helena namun sup itu langsung diambil alih oleh Marvin.

"Biar aku saja yang urus, kau bisa pergi keluar karena Helena sudah sadar." Kata Marvin membuat Jasmine berdecak malas. Dengan langkah gusar dia keluar dari kamar Marvin dan menutup pintunya cukup kencang.

"Dasar wanita itu." Gumam Marvin. Setelahnya dia mulai menyuapi Helena pelan-pelan. Sebenarnya Helena sempat meminta untuk makan sendiri, karena dia tidak sakit. Dia hanya kelelahan saja dan masih bisa makan sendiri.

"Terimakasih." Ucap Helena setelah dirasa sup tersebut sudah habis. Marvin meletakkan kembali dan memberikan gelas pada Helena. Perlahan Helena meneguk air putihnya hingga habis.

"Maaf merepotkan kamu." Ucap Helena lagi. Marvin melihat Helena sekilas dan berdehem.

"Lain kali jangan merepotkan aku lagi, seorang mafia harus memiliki fisik yang kuat." Ujar Marvin lalu membaringkan tubuhnya untuk istirahat. Helena masih tidak bergeming diposisinya, dia terdiam sambil memainkan selimutnya.

Marvin membuka matanya perlahan melihat Helena yang masih terdiam ditempatnya. "Kenapa tidak tidur?" Tanyanya dengan kening mengkerut menatap Helena bingung.

"Cepat ambil kembali berlian sesuai tujuan aku untuk membantumu agar aku bisa segera pergi dari tempat ini dan tidak merepotkan mu." Kata Helena menatap Marvin. Dan itu berhasil membuat Marvin sempat terdiam.

"Aku akan menyelesaikannya dengan cepat." Jawab Marvin lalu menarik Helena hingga terjatuh diatas badannya. Dia memeluk Helena sambil membiarkan Helena tidur diatasnya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang