⨳ 012 :: �

1.5K 83 1
                                    

Sean mengendarai mobilnya secara perlahan untuk memastikan bahwa mobil James tidak mengetahui bahwa dia sedang mengikutinya saat ini. Sean menajamkan matanya saat James masuk ke sebuah daerah hutan-hutan.

Dia memberhentikan mobilnya karena tak jauh dari posisinya saat ini ada sebuah gerbang dengan beberapa bodyguard yang menjaga disana. Dia akan kesulitan untuk ini, sehingga memutuskan untuk memutar mobilnya menjauh dari sana.

Saat sudah sampai perkotaan ia menepikan mobilnya saat tak sengaja melihat Helena yang sedang berdiri di halte bus. Dia membuka kaca mobilnya, sontak Helena menoleh kepadanya.

"Kemana kamu akan pergi? Ingin pergi bersamaku?" Tawar Sean. Helena sempat melirik pada jam tangannya sebelum mengangguk. Helena segera masuk ke dalam mobil Sean.

"Aku akan pulang ke apartemen." Ucap Helena. Sean mengangguk lalu segera membawa mobilnya ke arah apartemen Helena. Selama diperjalanan Sean sesekali melirik pada Helena yang begitu fokus pada ponsel digenggamnya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Marvin?" Sean memecah keheningan. Helena beralih fokus pada Sean dan menutup ponselnya.

"Aku tidak tahu, aku tidak pernah berhubungan kembali dengan Marvin." Jawab Helena menatap pada jalanan didepan. Sean melirik sekilas.

"Kamu tidak memutuskan untuk bergabung saja?" Tanya Sean. Helena menghela nafas berat dan menggelengkan kepalanya kecil.

"Aku takut jika harus berhadapan dengan dunia gelap seperti itu, Sean." Cicit Helena menundukkan kepalanya memainkan jari-jarinya. Dia begitu khawatir jika harus bergabung dengan Marvin. Karena masuk ke dalam dunia gelap seperti itu, kemungkinan menurutnya akan sulit untuk keluar kembali.

Sean mengangguk mencoba memahami Helena dan tidak menjawab apapun lagi. Dia lebih memilih fokus pada jalanan. Setelah keduanya sampai, Helena sempat mengajak Sean untuk mampir lebih dulu. Namun Sean menolaknya karena ada yang harus dia urus dan kembali ke mansion.

Dia melangkah lebar masuk ke dalam mansion Marvin. Sean berjalan masuk perlahan ke ruangan kerja Marvin. Mengetuk pintunya 3kali sebelum membukanya untuk masuk. Marvin yang sedang duduk disofa sontak menoleh saat melihat kedatangan Sean.

"Bagaimana? Kau menemukannya?" Tanya Marvin sambil meletakkan beberapa berkas yang baru selesai dia baca. Sean mendudukan dirinya disamping Marvin sebelum mengangguk.

"Tempatnya berada disebuah hutan, sekitar 30 menit perjalanan ke dalam. Namun ada gerbang yang menjaganya disana, menurutku sangat sulit untuk melewati itu." Ujar Sean. Marvin mengangguk mengerti.

"Apakah James pernah membawa seseorang ke mansionnya? Jika memang iya kita seharusnya membuat janji yang memudahkan untuk masuk ke dalam untuk melihat bagaimana situasi disana." Ucap Marvin, mengangkat satu kakinya untuk dia tumpu diatas kakinya yang lain.

"Sepertinya ada beberapa, namun salah satu yang tentu paling sering kesana tidak lain adalah Helena." Ujar Sean. Marvin menatap serius ke arah Sean hingga kedua alisnya bertaut.

"Bagaimana kita mendapatkan informasi itu selain dari Helena? Wanita itu sangat sulit untuk diajak kerjasama." Sean menggeleng kecil. Marvin menghela nafas berat.

"Bagaimana dengan perusahaanmu Marvin? Apakah sudah berhasil menghancurkan Pietro?" Tanya Sean mengubah topik. Marvin memberikan berkas yang tadi dia pegang kepada Sean.

"Semuanya sudah diatur oleh Rylie dan Gino, sekarang kita fokuskan utama bagaimana mengenai berlian aku saja." Jawab Marvin. Tak lama pintu terbuka sontak Marvin dan Sean menoleh karena disana ada Jasmine.

"Marvin.." rengek Jasmine berdiri di belakang Marvin lalu memeluk lehernya. Jasmine menaruh dagunya dipundak Marvin. Marvin memiringkan kepalanya mengecup lembut pipi Jasmine.

"Berhubungan dengan James diam-diam tanpa sepengetahuan aku hm?" Tanya Marvin. Jasmine mengerucutkan bibirnya dia melepaskan pelukannya dan berpindah untuk duduk disamping Sean.

"Aku minta maaf, Marvin." Ucap Jasmine dengan nada kecil. Marvin terkekeh menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, aku mengerti Jasmine. Kesalahan aku juga tidak pernah mengatakannya padamu." Ujar Marvin. Sean yang sedari tadi memperhatikan mereka mengerutkan keningnya menatap Jasmine.

"Marvin, bukankah menurutmu Jasmine bisa masuk ke mansion James?" Celetuk Sean. Sontak Marvin menoleh padanya. Jasmine terjingkat ditempatnya.

"Tidak bisa, tidak bisa aku bertemu kembali dengan James." Ucap Jasmine cepat sebelum Marvin memintanya melakukan hal yang tidak-tidak.

"Coba pikirkan, bila Helena bisa masuk seharusnya Jasmine juga bisa masuk bukan?" Ujar Sean. Marvin terdiam sejenak, dia mengalihkan pandangannya pada Jasmine. Jasmine sudah memberikan gestur menggelengkan kepalanya bahwa dia tidak mau.

"Bukankah kamu tidak sibuk? Mengapa tidak mau?" Tanya Sean pada Jasmine. Jasmine berkacak pinggang saat mendengar ucapan Sean.

"Darimananya aku tidak sibuk? Kau pikir jika Marvin sedang kesana kemari siapa yang menghandle pekerjaan kantor?" Protes Jasmine.

"Memangnya Gino tidak bisa?" Tanya Sean. Jasmine menggelengkan kepalanya tegas.

"Tidak bisa, aku yang melakukannya selama ini. Tidak mungkin aku diam saja disini hanya menjadi beban Marvin." Ujar Jasmine. Sean menganggukkan kepalanya mengerti. Dia beralih kembali pada Marvin yang masih terdiam.

"Jasmine, tidak bisakah kamu mencobanya?" Marvin akhirnya bersuara. Jasmine rasanya ingin menangis ditempatnya, dia sudah menjauh pada James. Dan sekarang tiba-tiba dia harus mendekati James kembali, apakah dia harus melakukannya?

"Tapi Marvin, aku sudah menjauhi James. Apakah harus secara tiba-tiba aku mendekatinya kembali?" Sean menggelengkan kepalanya.

"Aku ada rencana." Celetuk Sean. Jasmine menghela nafasnya menatap Sean untuk menunggu rencana apa yang Sean maksud.

Luis mengerutkan keningnya saat melihat kedatangan Jasmine dan Sean. Lebih tepatnya dia kebingungan dengan Jasmine yang datang dengan wajah tertekuk setelah keluar dari ruangan Marvin.

"Ada dengan dirimu?" Tanya Luis. Ashley juga kebetulan ada disana. Keduanya sedang mengobrol ditemani beberapa botol alkohol didepan mereka.

"Aku harus berhubungan kembali dengan James." Ujar Jasmine sambil mendudukan dirinya secara kasar disofa. Sean justru terkekeh mendudukan dirinya disamping Jasmine dan merangkul pundaknya menepuk kecil.

"Tidak apa-apa, kamu harus membantu Marvin." Kata Sean. Jasmine mendelik pada Sean dan mendorongnya kecil sehingga rangkulan Sean padanya terlepas.

"Aku mengusulkan agar Jasmine mendekati James, untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai situasi mansion James. Karena jika Helena bisa masuk, seharusnya Jasmine juga bisa masuk bukan?" Ungkap Sean. Luis dan Ashley menganggukkan kepalanya.

"Coba saja dulu Jasmine, aku yakin kamu pasti akan berhasil." Ujar Ashley. Jasmine mengedikan bahunya acuh. Dia memilih menarik gelas dan menuangkan minuman alkohol itu ke dalam gelasnya. Lalu Jasmine segera meneguknya hingga tandas. Sudah lama Jasmine tidak minum alkohol karena Marvin yang selalu melarangnya.

"Hei, bodoh. Marvin akan marah jika melihatmu mabuk." Dan larangan itu sudah diketahui oleh seluruh penghuni mansion ini. Luis segera menarik botol alkohol ditangan Jasmine membuat Jasmine mengerucutkan kembali bibirnya.

"Aku hanya meminumnya sedikit, Luis!" Jasmine hendak mengambil kembali botol ditangan Luis. Namun Luis segera menjauhkan botolnya agar tidak mudah diraih oleh Jasmine.

"Tidak akan pernah aku berikan, bisa-bisa aku diamuk Marvin." Ucap Luis. Sedangkan Jasmine mendengus kasar menyandarkan punggungnya disofa dengan bersedekap dada.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang