⨳ 039 :: �

1.1K 92 5
                                    

Marvin sudah kembali dari seminggu yang lalu. Dia tidak tahu jika Jasmine juga sudah kembali ke mansion. Sebelumnya Luis mengabari bahwa Jasmine tidak pernah kembali ke mansion, mau bagaimanapun juga yang Helena katakan benar, Jasmine tetaplah sepupu Marvin.

Selama di mansion juga tentu tidak sekali dua kali mereka berpapasan. Jasmine juga sudah beberapa kali membujuk Marvin dan menjelaskan semuanya. Namun Marvin mungkin masih ada sedikit rasa kecewa. Membuatnya sampai saat ini masih mendiamkan Jasmine.

Helena dan Marvin semakin menjadi dekat tentunya. Kalian ingat saat pertama kali Helena datang kemari lalu menggunakan kemeja tanpa celana hanya menggunakan dalaman? Sekarang saat Helena akan memakaikan kembali Marvin justru melarangnya.

"Kau hanya boleh memakai itu depanku saja." Ujar Marvin menarik Helena ke atas pangkuannya. Helena mengerutkan keningnya merasa bingung dengan perubahan sikap Marvin semakin kesini.

"Mengapa? Saat awal-awal saja kamu justru yang memerintah aku memakai pakaian ini." Tanya Helena. Marvin hanya menggelengkan kepalanya lalu memeluk pinggang Helena.

"Berbeda, aku tidak ingin anak buahku melihat saat pakaianmu sangat terbuka." Ucap Marvin. Helena tersenyum kecil mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

"Ah, aku lupa ada yang harus aku kerjakan Helena." Celetuk Marvin lalu menurunkan badan Helena. Dia pergi untuk keluar kamar meninggalkan Helena.

Saat Marvin hendak masuk ke dalam ruang kerjanya tiba-tiba Jasmine memanggilnya membuat langkahnya terhenti dan membalikan badan. "Ada apa?" Tanya Marvin menatap Jasmine.

"Maaf, aku tidak tahu kamu akan datang atau tidak. James mengatakan ingin bertemu denganmu." Ucap Jasmine membuat Marvin mengerutkan keningnya.

"Untuk apa? Aku tidak ada waktu untuk orang-orang seperti itu." Ujar Marvin hendak masuk. Namun Jasmine lebih cepat menahan pergelangan tangannya.

"Kumohon, bisakah bertemu dengannya sekali saja?" Pinta Jasmine sekali lagi. Tapi Marvin tetaplah Marvin yang teguh pada pendiriannya. Dia tetap menolak ajakan tersebut, untuk apa dirinya bertemu dengan seseorang yang seharusnya sudah dia bunuh sedari waktu itu?

"Aku benar-benar terlihat seperti orang bodoh saat ini." Gumam Jasmine menatap pintu ruang kerja Marvin. Jika saja dirinya tidak mudah jatuh pada pesona James, tentu semua ini tidak akan terjadi. Marvin benar-benar tidak pernah memaafkannya. Terlihat dari bagaimana sikap Marvin sekarang padanya.

⌑ 𖣯 ⌑

Helena baru saja menemani Jasmine berbelanja ke sebuah mall. Kini Helena tengah menunggu Jasmine, namun dirinya terkejut saat tiba-tiba harus dihadapkan dengan James. Setelah sekian lamanya mereka bertemu kembali.

"Helena?" Panggil James pelan. Dengan cepat Helena hendak melanjutkan langkahnya berniat tidak menggubrisnya, namun James justru menahan pergelangan tangannya.

"Bisakah kita bicara sebentar saja?" Pinta James. Dia juga berjalan ke hadapan Helena untuk menahannya. James menatap kedua manik itu yang sudah lama dia tidak pernah lihat, selalu indah batinnya.

"Bukankah kau yang menghentikan Marvin saat itu? Aku ingin mengatakan terimakasih sekaligus maaf karena sikapku dulu padamu." Ujar James menatap Helena.

"James, dengar aku-" belum sempat melanjutkan ucapannya James sudah menaruh jari telunjuknya dibibir Helena.

"Apapun itu alasanmu, aku berterimakasih." James tersenyum hangat lalu melangkah pergi meninggalkan Helena dengan banyak pertanyaan. Apakah James sudah benar-benar berubah? Jasmine sepertinya berhasil merubah James yang brengsek itu.

"Helena!" Panggil Jasmine membuat Helena menoleh. "Kau darimana saja? Aku mencari mu. Aku pikir kau sudah lebih dulu diparkiran." Ujar Jasmine.

"Ah, tidak. Aku menunggumu disini." Ucap Helena tersenyum. Jasmine menganggukkan kepalanya lalu mereka berjalan beriringan keluar dari mall tersebut.

Helena baru saja pulang bersama Jasmine, namun dia terkejut saat mendengar kabar dari Sean bahwa Marvin dijebak oleh seseorang hingga sekarang Marvin sedang berada disebuah club.

Sean, Luis dan Helena segera pergi untuk membawa Marvin pulang sebelum Marvin semakin mabuk disana. Setelah mereka berhasil menemukan club itu dengan segera mereka bertiga mencari keberadaan Marvin.

Helena tersenyum kecut saat tahu bahwa Marvin sedang bercumbu dengan seorang wanita. Hatinya terasa begitu teriris melihat pemandangan seperti itu. Namun untungnya Sean dan Luis segera menghentikan mereka.

Marvin tampak sempat berontak, satu hal yang Sean dan Luis tahu. Marvin bukan hanya sekedar mabuk, ada seseorang yang memberikan obat perangsang pada alkohol itu. Dengan segera mereka membawa masuk untuk kembali ke mansion.

"Jangan khawatir, itu hanya jebakan Helena." Ujar Sean melirik sekilas pada Helena seolah mengerti perasaan Helena saat ini. Helena hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya menatap Marvin disampingnya memejamkan matanya.

"Siapa yang menjebak tuan Marvin?" Tanya Rylie setelah Sean dan Luis membaringkan tubuh Marvin disofa. Luis menghela nafas kasar dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu siapa dan bagaimana ini bisa terjadi, kita harus segera mencari tahu siapa yang menjebak tuan Marvin." Ujar Luis lalu mendudukkan dirinya disofa yang kosong. Helena tampak masih diam menatap Marvin kosong.

"Menurutku ada obat perangsang didalam alkohol yang Marvin minum," tambah Sean membuat Rylie membulatkan matanya menatap tak percaya.

Rain yang kebetulan ada disana sudah mengetahui mengenai hubungan antara Helena dan Marvin. Dia berjalan mendekati Helena dan mengusap punggung Helena lembut. "Tidak apa-apa, ini semua diluar kendali Marvin." Ujar Rain. Seperti respon sebelumnya, Helena hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku akan meminta Ashley untuk mencari CCTV yang berada disana." Ujar Jasmine diangguki Luis. Dengan segera Jasmine pergi meninggalkan mereka.

Helena memilih pergi ke kamar dengan langkah berat. Hatinya masih terasa sakit walaupun itu memang bukan atas kemauan Marvin, namun namanya perasaan tidak pernah bisa dia atur. Namanya sakit tetaplah sakit bukan?

Dia merebahkan tubuhnya diranjang sambil memejamkan matanya mencoba melupakan kejadian yang baru saja dia lihat. Namun bayang-bayang itu semua tidak pernah hilang dari ingatannya.

Helena akhirnya kembali bangun dan memandang setiap sudut kamar dengan perasaan yang masih sedih. Tiba-tiba dirinya dikejutkan saat Marvin masuk ke dalam kamar dengan sempoyongan. "Kau sudah sadar?" Tanya Helena segera membantu Marvin agar berbaring di ranjang.

Marvin melepas jasnya sembarangan sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang. Helena perlahan membantu membuka sepatu yang Marvin pakai juga. Setelahnya dia ikut berbaring disamping Marvin.

"Kau milikku bukan?" Gumam Helena menatap Marvin yang tertidur. Dia mengusap bibir Marvin yang sedikit merah mungkin karena jejak wanita saat di club tadi. Dengan keberaniannya Helena mencium bibir Marvin untuk menghilang jejak lipstik wanita lain.

Marvin tampak tidak terganggu sama sekali dengan itu hingga akhirnya Helena selesai membersihkan nya. Helena kembali berdecih saat tahu ada bercak merah didada bagian atas Marvin. "Dasar jalang sialan itu," gumam Helena. Dia mengusap bercak itu yang kemudian menghilang.

Helena menghela nafas lega, setidaknya itu baru lipstik bukan karena sebuah kissmark. Karena jika kissmark akan sulit dia hapus, setidaknya sekarang semua jejak itu sudah hilang, mungkin menyisakan jas Marvin saja yang sangat harum wanita itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

Kalau ini rame aku double up deh

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang