⨳ 059 :: �

971 80 2
                                    

Helena merasa sedih saat tanpa sengaja mengetahui rencana Marvin untuk pergi mencari ibunya tanpa mengajaknya. Gelisah dan cemas, Helena berharap bisa ikut serta dalam perjalanan itu, tetapi Marvin tegas menolak. Dalam hati, pertanyaan besar mengapa Marvin begitu keras menolak kehadirannya terus bergelayut di benaknya.

"Tiga hari lagi, mereka akan pergi," bisik Helena, matanya yang biasanya penuh semangat kini dipenuhi kekhawatiran. Helena mengusap-usap lembut seekor kucing di pangkuannya, mencoba meredakan kegelisahannya.

Mendengar Helena yang tampak terdiam dalam lamunan, Rain dengan kening mengerut khawatir duduk di sampingnya. "Hei, ada sesuatu yang membebani pikiranmu?" tanya Rain dengan penuh perhatian.

Namun, keheningan Helena terpecah saat dia mendekati Rain dengan mata berkaca-kaca. Helena memeluk Rain dengan erat, mengungkapkan kecemasannya. Rain, awalnya terkejut, kemudian merespon dengan lembut mengusap punggung Helena untuk menenangkannya.

"Kau akan pergi bersama Marvin, bukan?" tanya Helena tiba-tiba, menyuarakan kekhawatirannya. Rain terkejut karena Marvin seharusnya memberi tahu Helena besok, tetapi tampaknya Helena sudah mengetahui lebih awal.

"Tidak, aku tidak pergi, Helena. Aku di sini bersamamu," jawab Rain dengan tulus. Jika Helena sudah tahu mengenai ini, dengan terpaksa Rain harus jujur hari ini juga karena dia sudah tidak bisa menutupi apapun lagi.

Helena mengusap jejak air matanya, hatinya teriris oleh rasa cemas. "Mengapa aku tidak bisa ikut bersama mereka? Aku juga ingin mendampingi Marvin," gumam Helena, merenungkan keputusan Marvin yang membuatnya terpukul.

Rain menghela nafas berat, menyadari betapa sulitnya situasi ini bagi Helena. Dengan lembut, dia menarik kepala Helena untuk disandarkan di pundaknya. "Kamu sedang mengandung, Helena. Misi ini terlalu berbahaya, dan Marvin tidak ingin menghadapimu pada risiko. Dia ingin melindungimu," ujar Rain, berusaha memberikan pengertian tentang alasan di balik keputusan Marvin.

Namun, Helena tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. "Tapi bagaimana jika Marvin berada dalam bahaya di sana? Aku tidak akan bisa berdiam diri saja disini sendirian," kata Helena dengan suara gemetar, khawatir akan keselamatan Marvin.

Rain memahami kecemasan Helena. Dengan lembut, dia mengelus punggung Helena untuk memberikan dukungan. "Kamu harus percaya pada Marvin, Helena. Dia tidak akan membiarkan apa pun terjadi padanya. Percayalah bahwa dia akan kembali dengan selamat, dan saat ini yang terbaik adalah kamu tetap di sini, menjaga dirimu dan bayimu," ucap Rain, berusaha menenangkan Helena dalam keadaan yang penuh kekhawatiran.

"Apakah kamu lupa bahwa Marvin seorang ketua mafia? Ini sudah hal yang biasa bukan untuknya? Marvin pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Kamu tidak perlu khawatir," tambah Rain. Sedangkan Helena hanya terdiam tidak menjawab apapun lagi, hening. Helena tahu bahwa Marvin memang sudah biasa mengahadapi situasi saat ini, namun perasaannya mengatakan tidak.

Helena mengangkat kepalanya. "Rain, kita harus pergi ikut bersama mereka. Perasaan aku mengatakan bahwa aku harus ikut." Helena menatap Rain serius.

"Kita tidak mungkin ikut bersama mereka Helena, Marvin sudah memerintahkan aku untuk menjagamu disini." Kata Rain tegas. Helena namun menggelengkan kepalanya.

"Kita bisa menyusup ke dalam kapal mereka, membayar salah satu anak buah Marvin untuk membawa kita." Ucap Helena membuat Rain terkejut dengan ucapannya. Jika Marvin sampai mengetahui nya bisa-bisa Rain habis oleh-nya.

"Hei, jangan gila. Aku tidak mau mengikuti rencana mu itu." Ucap Rain cepat tidak setuju. Dia tentu menghentikan rencana tersebut, Rain tidak mau membawa-bawa Helena dalam bahaya juga.

"Jika kamu tidak mau, biar aku yang pergi sendiri." Ujar Helena tegas. Dia berdiri dari bangkunya lalu pergi meninggalkan Rain yang mematung. Rain sekarang dalam keadaan bimbang, bagaimana cara menghentikan Helena jika sudah seperti ini?

⌑ 𖣯 ⌑

Marvin baru saja pulang dari kantor, karena sebelumnya ada rapat yang tidak dapat dilakukan secara online, memaksa Marvin untuk pergi ke kantor. Setelah melepas jas kantornya, dia menemukan Helena berbaring sambil asyik bermain ponsel.

Tanpa ragu, Marvin naik ke atas ranjang dan berbaring di atas perut Helena, sesekali menciumi perut yang mulai membuncit. Besok adalah keberangkatannya untuk mencari ibu Helena, dan Marvin merasa perlu memastikan bahwa Helena dalam suasana hati yang baik.

"Babe," panggil Marvin dengan lembut. Namun, Helena hanya berdehem, masih fokus pada ponselnya seolah lebih menarik daripada kehadiran Marvin yang mencoba memeluknya.

Marvin merasa perlu membuat Helena sadar akan keberangkatannya besok dan mengalihkan perhatiannya. "Sayang, lusa aku harus pergi mencari ibumu. Aku harap kamu bisa mengerti," ucap Marvin, mencoba membuka pembicaraan.

"Maaf aku tidak bisa mengajakmu dalam misi ini, aku tidak ingin kamu dan bayi kita dalam bahaya. Aku minta maaf harus meninggalkan mu disini sendirian," tambah Marvin sambil mengusap lembut perut Helena.

Helena akhirnya mengangkat kepalanya dari ponselnya, matanya bertemu dengan mata Marvin. Ada kekhawatiran di matanya. "Tapi aku khawatir tentang keberangkatanmu. Apa yang bisa aku lakukan di sini?"

Marvin tersenyum lembut, "Cukup dengan tetap mendukungku dari jauh, sayang. Aku akan kembali secepat mungkin." Marvin mencium kening Helena, berharap dapat memberikan sedikit kenyamanan pada Helena yang tampak cemas.

Helena meresapi kata-kata Marvin, dan walaupun masih ada kekhawatiran, dia mencoba tersenyum. "Aku akan merindukanmu, Marvin."

Marvin mencium bibir Helena dengan lembut, "Dan aku akan merindukanmu juga, tapi ini hanya sementara. Aku akan kembali untukmu dan bayi kita."

"Peluk aku erat sampai besok pagi," pinta Helena sambil merentangkan tangannya. Marvin tersenyum dan berpindah untuk berbaring di samping Helena. Dia meletakkan satu tangannya di belakang kepala Helena, membuatnya menjadi bantal yang nyaman, sementara tangannya yang lain memeluk pinggang Helena dengan erat. Sesekali, Marvin mencium kening Helena dengan lembut.

Di dalam hati, Helena merasa menyesal karena harus menyembunyikan niatnya dari Marvin. Dia bertekad untuk menyusup ke dalam kapal secara diam-diam nanti. Meskipun dia tahu bahwa Marvin pasti akan marah jika mengetahui hal ini, perasaan yang tidak nyaman terus mendorongnya untuk pergi. Entah dia akan pergi bersama Rain atau tidak, Helena telah membuat keputusan untuk ikut pergi.

"Marvin, aku merasa sangat berat," bisik Helena dengan suara serak, tangisnya tak tertahan lagi. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi aku takut kehilanganmu."

Marvin merasakan sesuatu yang mendalam dalam kata-kata Helena, pelukannya pada Helena semakin erat. "Aku juga tidak ingin berpisah darimu, sayang. Tapi kita harus percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja."

Helena mencoba menenangkan dirinya, tetapi emosinya tak terkendali. "Apa jadinya jika kita tak bertemu lagi, Marvin?"

Marvin mencium lembut kening Helena, mencoba memberikan sedikit ketenangan padanya. "Shut.. kita akan bertemu lagi, Helena. Aku berjanji akan kembali padamu, tidak peduli apa pun yang terjadi." Keduanya saling memeluk dengan erat.

TBC...

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang