⨳ 049 :: �

1.1K 95 6
                                    

Helena mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Dia melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada musuh disana. Perlahan Helena jalan berpindah bersembunyi dibalik mobil yang lain. "Dimana Marvin?" Gumam Helena berdecak kecil.

Dia bangun lalu menembaki orang-orang disana dan kembali bersembunyi. Keadaan hening, Helena pikir musuh itu sudah mati. Helena berjalan hendak berpindah ke tempat lain. "Helena awas!" Sentak Marvin mendorong Helena hingga terjatuh sebelum menembak berkali orang yang hendak menembak Helena.

"Kemana saja kau!" Helena memukul kecil badan Marvin. Dia bangun kembali dibantu Marvin. "Apakah semua sudah mati?" Bisik Helena mendekatkan diri dengan Marvin.

Marvin celingukan kesana kemari, dia berkomunikasi dengan anak buahnya dari tatapan. "Semua sudah mati, kita bisa keluar." Ujar Marvin lalu berdiri keluar dari persembunyiannya. Beberapa anak buahnya pun satu persatu keluar.

Helena memandang seorang berjas yang sudah mati dengan kepala yang tertembak. "Siapa mereka sebenarnya?" Tanya Helena masih setia memperhatikan orang itu.

"Mereka adalah musuhku, kemarin mereka sempat mengancam karena itu aku begitu terburu-buru. Untung saja Rylie masih dapat menanganinya, walaupun tidak sampai selesai." Jawab Marvin ikut memperhatikan ketua musuhnya tersebut. Dia menendang kecil badan orang itu untuk memastikan bahwa dia sudah benar-benar mati.

"Marvin!" Pekik Helena tiba-tiba saat ada seseorang yang mencekik dirinya dari belakang secara diam-diam. Marvin terkejut dia hendak menolong Helena namun langkahnya terhenti saat orang tersebut menodongkan pisau dileher Helena.

"Maju satu langkah saja, dia akan mati ditangan ku." Kata orang tersebut. Dia adalah tangan kanan atau kepercayaan dari ketuanya yang sudah mati. Marvin baru menyadarinya, dia mengira mereka semua sudah mati.

"Sialan, lepaskan dia!" Sentak Marvin mengepalkan tangannya. Orang tersebut tersenyum miring menggoreskan kecil pisau tersebut dipipi Helena hingga berhasil mengeluarkan darah.

"Marvin.." Helena meringis menatap Marvin sayu merasakan perih saat pisau itu berhasil menggores pipi mulusnya. Marvin menggertakan giginya mencoba untuk bersikap tenang.

"Apa yang kau mau katakan!" Sentak Marvin kembali. Orang itu sontak menoleh dan tersenyum. Dia melirik pada teman-temannya yang sudah mati sebelum menatap kembali pada Marvin.

"Serahkan uang, 2 juta euro maka aku melepaskan Helena." Ucap orang tersebut membuat Marvin sedikit terkejut. Namun setelahnya Marvin menganggukkan kepalanya.

"Aku akan memberikannya, lepaskan dia lebih dulu." Kata Marvin berjalan mendekat. Orang tersebut justru berjalan mundur dan kembali menodongkan pisau pada Helena.

"Sudah kukatakan jangan maju jika dia tidak ingin mati! Aku akan melepaskan jika uang itu sudah ada didepan mataku." Ujar orang tersebut. Marvin menghela nafasnya berat, dia mengambil ponsel disakunya menghubungi Rylie dan Sean untuk membawakan uangnya.

Marvin sengaja tidak mengajak anggota mafia yang lain, karena dia berpikir bahwa ini mudah dan dia dapat menyelesaikan bersama Helena. Namun sekarang justru dia berhasil mendapatkan ancaman dari musuhnya.

Cukup lama mereka menunggu kedatangan Rylie dan Sean. Hingga akhirnya mereka datang dengan membawa sebuah koper yang berisi banyaknya uang disana. Sean memberikan koper itu pada Marvin.

"Berikan dia padaku, setelah itu aku akan membayarmu," ujar Marvin menatap tajam orang itu. Dia meletakkan koper itu dekat dengan orang itu.

"Apakah ini benar uang?" Orang itu berjalan mendekati koper sambil menyeret Helena. Dia membuka koper tersebut, begitu melihat matanya membulat sempurna sambil tersenyum. Isinya benar-benar uang semua.

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang