⨳ 009 :: �

1.7K 89 2
                                    

Marvin berjalan dilorong perusahaan miliknya untuk masuk ke dalam ruangannya. Dia mendudukan dirinya sebelum tangannya terangkat mengambil ponsel disaku untuk menghubungi Gino agar keruangannya.

Tak butuh waktu lama Gino masuk ke dalam ruangan besar tersebut. Dia berjalan mendudukkan dirinya dihadapan Marvin.

"Kita harus mengumpulkan semua petinggi perusahaan yang memiliki dendam dengan Pietro." Ujar Marvin menatap Gino serius. Gino mengangguk mengerti.

"Kalau begitu kita harus memastikan rapat ini dilakukan dengan hati-hati dan kerahasiaan yang baik. Aku akan segera menyiapkannya." Ucap Gino. Marvin mengedipkan matanya.

"Kau harus menjaga rapat ini tetap rahasia, dan hanya mengundang orang-orang yang dapat dipercaya sepenuhnya. Juga, kita perlu mempersiapkan argumen yang kuat dan bukti yang mendukung agar dapat meyakinkan mereka."

"Aku sarankan kita menjadwalkan rapat ini di lokasi yang aman dan privasi, mungkin di luar kantor perusahaan. Dan pastikan kita memiliki perlindungan keamanan yang memadai untuk melindungi kita dari kemungkinan ancaman yang datang dari Pietro atau pihak lain." Sambung Gino. Marvin menyetujui saran tersebut.

"Bagus, kau bisa memulai untuk menyusun daftar tamu, mengatur lokasi dan waktu rapat. Aku tunggu hasilnya, kamu bisa pergi kembali ke ruanganmu." Gino menganggukkan kepalanya. Dia berdiri membungkukkan badannya sebelum akhirnya pergi dari ruangan Marvin.

Marvin hendak membuka laptopnya, namun pandangannya terhenti pada beberapa berkas yang sempat dia tukar dengan berkas milik Helena. Dia tersenyum miring mendapatkan data-data penting mengenai perusahaan Pietro. Namun dia menjadi kasihan kepada Helena, sepertinya Helena akan dalam masalah. Namun bukankah itu salah satu rencananya? Marvin terkekeh renyah saat mengingat wanita itu.

Dia melanjutkan aktivitas selanjutnya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya disini. Namun belum lama ketukan pintu membuat aktivitasnya terhenti.

"Masuk." Ucap Marvin. Saat pintu terbuka sontak Marvin mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang. Dan itu ternyata adalah Ashley. Ashley berjalan untuk duduk dihadapan Marvin.

"Ada kabar terbaru mengenai 2 anak buah yang lainnya?" Tanya Marvin sebelum pandangannya beralih pada laptop.

"Belum, namun aku hanya akan menawarimu sesuatu. Aku dengar tuan Marvin beberapa hari ini akan berhadapan mengenai perusahaan Pietro bukan? Aku mempunyai kenalan seseorang yang berasal dari Pietro yang kemungkinan bisa menjadi mata-mata kita disana." Ujar Ashley. Sontak Marvin menatap Ashley dengan satu alis yang terangkat.

"Kau yakin? Siapa dia?" Tanya Marvin. Ashley tersenyum kecil, sebelum dia memanggil nama seseorang. Yang tak lama seorang wanita baru masuk ke dalam ruangan Marvin.

"Kenalkan dia Rylie." Ucap Ashley memperkenalkan wanita tersebut pada Marvin. Wanita yang bernama Rylie tersenyum kecil pada Marvin sebelum membungkukkan badannya.

Marvin menempelkan ujung jari telapak tangannya berbentuk sebuah pucuk. Ia memfokuskan perhatiannya pada wanita tersebut karena menurutnya ini sangat menarik.

"Apa yang kau miliki hingga berani mengkhianati tempat kamu bekerja sendiri?" Tanya Marvin menatap Rylie. Sedangkan Rylie kembali tersenyum lalu mengangkat laptopnya yang dibawanya dan meletakkannya dimeja Marvin.

Rylie membuka laptopnya lalu mengotak-atik isinya. Ia terlihat seperti mencari sesuatu. Saat yang dia cari berhasil didapatkan, dia membalikkan laptopnya menghadap Marvin untuk menunjukkan isinya.

"Untuk apa kau memberikan sebuah data mengenai keuangan Pietro?" Marvin mengerutkan keningnya menatap Rylie.

⌑ 𖣯 ⌑

(✓) MAFIA | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang