Hohalo halo guys.
Apa kabar?Masih ada yang nunggu gak sih?
Jangan lupa vote juga komennya ya, bantu share juga._____
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
“Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama’ nahwu mempperbolehkan mubtada’ satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku dan tak akan pernah terganti.”
~Alfiyah Ibnu Malik.
_______
Ruang tamu yang biasanya penuh dengan tawa itu kini sunyi, tidak ada teriakan-teriakan yang bisa merusak gendang telinga, namun kedua suami istri ini sangat merindukan putri bungsu mereka, ada rasa penyesalan yang teramat di hati Fiona.
"Mah, pah. kangen Lea ya?" Tanya Adiraka menghampiri keduanya lalu duduk.
Fiona juga Duan tidak bisa berbohong, mereka memgangguk bersamaan, namun di hati Fiona ada keyakinan bahwa putrinya yang kelewat nakal itu akan secepatnya berubah menjadi gadis baik-baik.
"Gimana kalo kita jemput Lea? Biar kita ngumpul lagi," Adiraka juga sangat merindukan Azalea yang selalu mengganggunya.
"Gak bisa! Lagian mamah yakin, mamah masukin Lea ke pesantren adalah jalan terbaik."
"Tapi papah gak bisa liat mamah murung terus," ucap Duan mengelus puncak kepala istrinya.
"Kalian ini, mau jadi setan malam-malam? Mamah tau kalo kalian itu lagi ngehasut mamah kan?"
Duan juga Adiraka saling memandang, Fiona terlalu pintar menanggapi akal bulus dari Keduanya.
"Mamah tuh, cuma kepikiran sekarang itu Lea lagi apa, soalnya kan biasanya keluyuran di jalan."
"Palingan lagi nangis di sana," Jawab Adiraka sembari mengubah siaran TV-nya.
"Raka, kamu ini durhaka banget ya! Mamah tuh lagi liat flem Azab tau!" Kesal Fiona mengambil alih remote TV-nya.
Duan menggeleng melihat tingkah istri juga anaknya, mereka sudah seperti Tom& Jerry.
****
"Gak hafalan Za?" Tanya Okta ketika melihat Azalea hanya membaca novel.
"Gak lah, gue udah hafal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYAD DAYYAN
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) "Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku...