Assalamu'alaikum..
*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim~
____________________
Duduk sendiri di atap pesantren sudah menjadi kebiasaan Azalea sekarang, satu Minggu berlalu, hukuman itu sudah Azalea jalankan dengan baik, tinggal menghafalkan juz 1, berkali-kali tangan itu mengusap wajah gusar karna tak satu ayat pun bisa Azalea ingat."Capek ya," Ucap Azalea kepada dirinya sendiri.
Azalea menghela nafas panjang, memejamkan mata, sesekali merasakan hembusan angin yang menyentuh kulitnya. Namun di saat saat seperti ini, mengapa dia teringat kepada Arsyad.
"Haruskah aku melepaskan ustadz Arsyad untuk mu ustazah?"
"Tidak!" Azalea menggeleng keras, mengapa waktu itu dia berfikir untuk melepaskan suaminya.
"Aku memang belum cinta, tapi untuk melepaskan ustadz Arsyad aku tidak bisa, dia suamiku. seharusnya aku membuat ustazah Salwa semakin menjauh, bukan malah berpikir untuk melepaskan suamiku untuknya."
"Walau nanti ada banyak ribuan perempuan yang menginginkan ustadz, jika aku masih di sini, aku tidak akan menyerah untuk mempertahankan pernikahan ini."
"Sampai kapan pun!" Tegas Azalae di akhir kalimatnya.
"Sampai kapan pun?"
Pertanyaan itu membuat Azalea menoleh kebelakang, di mana ada seorang laki-laki yang berdiri di belakangnya, memberikan senyuman yang begitu manis sehingga mampu membuat Azalea tak bisa beralih pandangan darinya.
"U-ustadz?"
"Walau ada banyak ribuan perempuan yang menginginkanku, yang akan menjadi pemenang hanya kamu, istriku."
Azalea memalingkan wajahnya kesamping, menggigit bibir bawahnya karna malu, ingin rasanya dia menghilang dari hadapan Arsyad sekarang.
"Kenapa ustadz bisa kesini?" Tanya Azalea menghilangkan kecanggungan-nya sendiri.
"Halal menemui istri sendiri kan."
"Iya, maksudku, bagaimana jika ada orang yang melihat ustadz, lalu melihat kita bersama."
"Biarkan saja Ay, jika memang ada yang melihat kita, aku akan mengatakan kepada mereka bahwa kita sudah menikah."
Azalea hanya diam. Melihat itu Arsyad kini duduk di dekat Azalea, meraih tangan Azalea lalu menggenggamnya dengan erat, sangat erat.
"Aku harap kamu tidak akan pernah pergi."
"Ustadz, ada banyak sekali perempuan, bahkan ada banyak yang lebih pantas bersama ustadz dari pada aku, ken-"
"Karna yang aku cinta kamu," ucap Arsyad menyela perkataan Azalea.
Untuk kesekian kali Azalea terdiam, dan kali ini di ikuti Arsyad, tidak ada pembicaraan yang terdengar, hanya ada bunyi jangkrik, hembusan angin, dan ayam yang berkokok, dimana sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYAD DAYYAN
Fiksi Remaja(SUDAH TERBIT) "Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku...