Assalamu'alaikum
AD kembali, masih ada yang nunggu..Maaf lama banget nge-up nya, soalnya lagi sibuk akhir akhir ini, mohon di maklumi ya..
*
*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ"Langit biru boleh berubah mendung, namun cinta ku pada mu tidak akan berubah, dan terus utuh, walau berkali-kali hilang tak terhitung."
~Arsyaddayyan.
_________________
Azalea menggeliat ketika cahaya matahari mengenai wajahnya, perlahan Azalea membuka mata, satu hal yang menjadi titik perhatiannya sekarang. yaitu, wajah tersenyum suaminya yang tengah memandanginya.
Melihat itu Azalea terpaku sejenak, bagaimana wajah Arsyad begitu cerah dengan setetes air yang jatuh dari dagunya.
"Ayo bangun, udah siang sayang."
Azalea mengalihkan pandangannya kesamping, berkedip berkali-kali, dengan ragu Azalea bangkit dari tidurnya.
"Kok gak di bangunin sih ustad? Udah siang loh," Azalea memandangi jam dinding, yang menunjukkan pukul delapan pagi. "ustad udah sarapan?" Tanya Azalea berjalan menuju kamar mandi.
"Belum."
Mendengar itu, Azalea menghentikan langkahnya, melihat kearah Arsyad yang masih berdiri di dekat gorden kamar.
"Kenapa belum?"
"Mandi dulu sana Ay, nanti sarapan bareng, aku udah masak."
"H-hah? Ustad, masak? Masak apa? Kan biasanya mamah yang masak? Emang tau masak?"
Arsyad berjalan kearah Azalea, menarik pinggang istrinya lalu memeluknya.
"Bisa lah."
Azalea terdiam, ketika sebuah tangan melingkar sempurna di perutnya.
"Ay."
"Hem?"
"Kamu tau buah manis apa yang paling di sukai Rasulullah?"
"Kurma?" Jawab Azalea asal-asalan.
"Benar. Dan, apa kamu tau hal manis apa yang paling aku suka?"
Kali ini Azalea menggeleng, walau sudah menikah cukup lama, tapi hal yang paling suaminya itu sukai Azalea benar-benar tidak tau.
"Menyukaimu karna Allah."
Mendengar itu, detak jantung Azalea semakin cepat, bisa-bisanya di pagi hari, Arysad membuatnya salah tingkah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYAD DAYYAN
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) "Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku...