ASSALAMU'ALAIKUM..
apa kabar? Baik ya?
Alhamdulillah.
*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمد*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ“Tinggalkan apa yang meragukan kamu, kepada apa yang tidak meragukan kamu”
~HR. Tirmidzi.
__________________
Fiona terdiam di dekat putrinya yang terus saja menangis, ini memang kabar bahagia, tapi tidak untuk Azalea, setelah mendengar dirinya hamil, Azalea meminta pulang sendiri, Arsyad tidak di perbolehkan pulang dengannya, rasanya Azalea benar-benar kecewa kepada Arsyad yang sudah tega membuatnya hamil di usia muda.
"Gus Arsyad jahat banget!" Kesal Azalea memukul sofa yang di dudukinya.
"Lea sayang, dulu mamah juga hamil di usia muda, umur mamah waktu hamil mas Raka itu, dua puluh tahun."
"Lea gak mau hamil mah!"
"Ini sudah siang, kamu harus makan Lea, kasian dedenya di dalam perut."
Mendengar ucapan mamahnya, Azalea semakin kesal, bagaimana dirinya ingin sekali menghantam perut ratanya.
"Dek!" Panggil Adiraka sembari menghampiri Azalea lalu duduk di dekatnya.
"Mas Raka, mau rambutan langsung dari pohonnya."
Adiraka melihat kearah Fiona. "Mah, ini Adek beneran hamil, atau kerasukan sih? Masak iya buah yang paling dia gak suka, sekarang malah mau."
"Lea gak mau hamil Mas Raka!" Teriak Azalea menghentak kakinya berkali-kali.
"Kayak orang gila."
Azalea melihat sinis ke arah kakaknya, dia berdiri dari duduknya lalu memukul Adiraka sangat keras di bagian lengannya, tanpa merasa bersalah Azalea pergi menuju kedalam kamarnya.
"Jangan bikin Lea kesal Ka, gak baik buat kehamilannya."
"Kasian juga liat Lea mah, dia nangis nangis dari tadi pagi waktu tau dia hamil, sampe suaminya gak di izinin ke sini."
"Nanti juga kalo Lea udah Nerima kalo dia hamil, Lea gak bakal kayak gitu kok."
"Tapi kasian."
"Tadi Lea mau rambutan kan? Sana ambilin."
"Lah, kok aku?"
"Terus?"
"Suaminya lah."
"Kamu kan kakaknya."
"Manjat pohon susah mah."
"Gak susah kalo usaha."
"Di sini gak ada rambutan mah, kan belum musimmnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYAD DAYYAN
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) "Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku...