Bab 22

54.6K 2.6K 46
                                    

Assalamu'alaikum.

Maaf kalo ngebosenin ya, berharap kalian masih betah di cerita AD ini.

Jadilah pembaca yang pengertian, aku butuh dukungan dari kalian.

*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Nabi Shollallohu alaihi wasallam bersabda: 'Jika Allah mencintai seorang hamba, maka dia akan mencobanya dengan cobaan yang tidak ada obatnya. Jika dia sabar, maka Allah memilihnya dan jika dia ridho, maka Allah menjadikannya pilihan."

____________

Salwa merenung di kamarnya, duduk menyandar pada lipan kasur, menekuk lutut, dengan air mata yang menetes membasahi pipi, rasanya sangat sesak ketika mendengar laki-laki yang di cintainya kini, memilih menikahi orang baru yang datang beberapa bulan lalu.

Tiga hari lalu, di mana Salwa akan menemui Yulia, dia mendengar bahwa Azalea kini sudah menjadi menantu mereka, semua seakan mimpi, mimpi yang paling menakutkan. Perlahan Salwa mengusap air matanya, tersenyum getir dengan kenyataan yang sangat menyakitkan.

"Kenapa harus Azalea ustadz? Kenapa!?"

Suara adzan subuh yang berkumandang indah semakin membuat Salwa terisak, suara yang lima tahun ini dia kagumi, kini sudah melebur tak tersisa.

Namira sering menanyakan kenapa dirinya terlihat sangat pucat, bahkan Namira sebagai satu satunya teman Salwa, tak pernah meninggalkannya, Salwa tidak bisa mencarikan, suaranya tersedak, ketika dia mencoba memberi tau Namira yang sesungguhnya.

"Aku, aku yang mencintai ustadz, tapi kenapa Azalea yang menjadi pemenang."

Pesantren putri terlihat sepi, hanya ada Salwa mungkin, juga beberapa santri yang sedang datang bulan sepertinya, semala tiga hari dirinya harus terlihat baik baik saja, lalu harus menangis di malam harinya.

Salwa tersenyum tipis, mengusap air matanya kasar, cukup berpura-pura tidak tau dengan hubungan mereka.

Diam, walau sebenarnya hati selalu berisik dengan keadaan yang telah terjadi.

"Aku gadis baik ustadz."

"Aku tidak suka bersikap buruk."

"Tapi, aku di kecewakan!"

***

Semua santri kini di panggil untuk berkumpul di halaman pesantren, cahaya matahari yang terik, kini membuat peluh di kening mereka menetes.

Azalea yang berdiri di dekat kedua temannya terus saja mendapatkan pertanyaan aneh, kepergian-nya selama dua hari ternyata mampu membuat mereka ingin tau.

"Kemana selama dua hari, Za? Kenapa tidak meminta izin kepada Ustazah Namira kalo kamu sakit."

"Atau jangan jangan kamu kemaren itu kabur ya?" Tanya Okta.

"Ta, Vir, aku gak sakit. Cuma ada keperluan keluarga, lagian aku izin sama umi kok, lupa aja kalo harus izin sama Ustazah Namira."

"Kamu gimana sih Za, Ustazah Namira sampe kuatir takut kamu kabur."

"Engga kok," Azalea melihat kearah matahari yang semakin membuatnya kepanasan. "Kita ngapain di kumpulkan di sini?" Tanya Azalea penasaran, tidak biasanya Yulia mengumpulkan semua santri putri.

ARSYAD DAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang