Assalamu'alaikum
Ad kembali, masih ada yang nungguin gak sih, maaf lama up ya.Happy reading...
*
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ"Ketika hati mu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan pedihnya sebuah pengharapan.
Supaya kamu mengetahui betapa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia.
Maka Allah menghalangi mu dari hal tersebut, agar kamu kembali berharap kepadanya."~Imam Syafi'i
_____________
Yulia juga Irsya kini tersenyum, ketika mendapati kedua orang tua Namira akhirnya datang untuk melihat putrinya di pesantren.
Harapan kecil bagi seorang anak yang menimba ilmu di pesantren, adalah kedatangan kedua orang tua mereka untuk menanyakan kabar mereka.Bagaimana gadis berusia 19 tahun itu tak berhentinya tersenyum, sembari memegangi kedua tangan mamahnya.
"Sering-sering Rain, datang. Lihat putrimu sekarang, dia tumbuh menjadi putri yang cukup dengan bekal ilmunya."
Rainza mengangguk, tangannya pun ikut menggenggam kedua tangan putrinya.
"Namira ini dulu nakal banget, sampai-sampai aku sama kak Izar itu takut, kalo besarnya Namira bakalan kayak anak-anak jaman sekarang."
"Tapi, buktinya sekarang dia jadi ustazah kan?"
"Alhamdulillah Yul."
"Bagaimana keadaan putra kalian, lama tidak bertemu?" Tanya Izar.
"Arsyad, Alhamdulillah Zar" Jawab Irsya sembari menuangkan teh kedalam cangkir.
Pandangan semua orang kini beralih kepada Arsyad yang masuk kedalam ruang khusus tamu di pesantren itu.
"Masyaallah, anak mu makin tampan aja Gus."
Arsyad hanya tersenyum tipis lalu menyalami kedua orang tua Namira.
"Mereka cocok sekali ya," ucap Rainza membuat Arsyad menghentikan niatnya untuk duduk.
"Namira dulu juga menyantren karna gak mau di tinggal sama Arsyad," lanjut Rainza.
"Mah," Namira kini menunduk karna ucapan mamahnya.
Bagaimana pun dia malu juga tidak enak hati, jika orang tuanya mencocokkan dirinya dengan Arsyad, bagaimana dengan Salwa, dan bagaimana dengan Dalen yang sudah menjadi pemenang di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYAD DAYYAN
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) "Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku tak akan menduakanmu apalagi mentigakanmu, aku ingin engkau menjadi khobar tunggalku...