bagian 15

25 19 3
                                    

Setelah memakir mobil, kami bertiga langsung mencari aji anak yang menjual kue itu, kami bertiga berjalan di tengah keramaian sudah sangat jarang sekali kami bertiga seperti ini berjalan bersama, bercanda bersama dan tertawa bersama.

"Dawaa, rakaa, tioo!!" Sapa seseorang yang suaranya tak asing lagi di telinga.

Kami bertiga menoleh kearah suara itu yang tepanya di gerobak bakso, dan ternyata itu benar lisa yang menyapa kami bertiga.

Lisa anak om anton sekaligus atasanku di tempat berkerja, lisa juga sahabat ku sama seperti raka dan tio, lisa sahabat ku dari kecil tapi semenjak menginjak umur dewasa lisa sudah jarang ikut bergabung main bersama kami bertiga, mungkin dia malu karena hanya dia sendiri yang  perempuan, meski begitu tapi dia tetaplah sahabat ku dan kami bertiga tio dan raka.

"Mau kemana kalian?" tanya lisa yang menghampiri kami.

" kepo!!" cetus tio.

"Berisik bodoh!" balas lisa.

"Kami bertiga ingin menjadi guru," ucap ku dengan bahasa isyarat kepada lisa.

"Apa guru!! Serius dawa?" Kata lisa dengan mimik muka tak percaya, dan aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan lisa.

"Emang bisa apa menjadi guru dengan otak udang yang kalian miliki!" ujar lisa tanpa perasaan.

"Idihh masih mending otak udang dari pada cabe-cabean!!" Ucap raka sembari menoleh kearah lain, mendengar perkataan raka seperti itu lisa tanpa basa basi menarik kerah baju raka, dan aku mencoba menenang mereka agar tak jadi pertikaian diantara mereka.

"Sudah malu di lihat banyak orang," kata tio dengan bijak.

"Ada benarnya juga kata si bodoh satu ini," ejek lisa.

"Apa kamu bilang!!" ucap tio geram.

"Oh iya dawa kamu sudah sembuh!" Potong lisa bertanya, dan aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

"Maaf aku tak ada mengunjungimu di rumah sakit, aku masih di luar kota waktu itu," jelas lisa.

"Tak apa, justru aku yang berterima kasih ayah mu sudah banyak membantu" ucapku dengan bahasa isyarat.

"Kami juga masuk rumah sakit loh!" sambung raka.

"Itu karena kalian berdua bodoh!" jawab lisa yang membuat tio dan raka menjadi geram.

Saat sedang asyik mengobrol, datanglah si tukang bakso yang membuat percakapan kami berempat terganggu.

"Neng baksonya udah selesai," sapa tukang bakso ke lisa.

"Enggak jadi pesan bakso saya sudah kenyang pak!" kata lisa tanpa ada rasa peduli.

"Jancokk!!" cetus abang tukang bakso.

"Btw sepertinya kegiatan kalian hari ini seru, aku ikut ya!" ucap lisa lagi tanpa memperdulikan abang tukang bakso.

Dan kami berempat langsung pergi untuk mencari aji anak yang menjual kue itu, dan abang tukang bakso hanya berdiri terdiam memegang mangkuk bakso sembari melihat kepergian lisa yang meninggalkan pesanannya.

Dan kami berbagi tugas, aku mencari aji, lisa dan raka ku suruh untuk membeli perlengkapan belajar dan tio mencari lokasi tempat di mana bisa mengajar anak-anak.

Dan kami langsung berpencar dan berjanji akan bertemu lagi di sini jika kami berhasil menemukan apa yang kami cari. Sudah cukup lama waktu berjalan akhirnya aku menemukan aji yang sedang duduk di depan minimarket dengan seseorang wanita parubaya, dan aku langsung menghampiri mereka.

"Bang dawa!" sapa aji.

"Siapa dia nak?" tanya wanita parubaya itu.

"Bang dawa bu, orang yang pernah aku certain ke ibu," jelas aji.

Wanita parubaya itu ternyata adalah ibunya aji dan aku melambaikan tangan untuk meyapa ibu aji, dan langsung menyalim tangannya.

"Bang dawa kenapa kesini?" tanya aji.

"Aku ingin mengajak mu ke sesuatu tempat!" Tulisku ku di buku, dan aku memberikan catatan itu ke aji agar di bacanya dan ibu aji juga ikut membaca catatan yang ku tulis.

"Nak dawa mau ajak aji kemana?" tanya ibu aji.

"Saya dan teman saya membuat kelas belajar untuk menambah wawasan anak-anak, saya ingin mengajak aji belajar agar wawasannya bertambah," tulisku di buku.

"Iya sudah kalau begitu, kamu pergi ikut nak dawa ya nak!" suruh ibu aji ke aji.

"Tapi bu kita kan lagi jualan kue!" ujar aji.

"gapapa kok ibu bisa sendiri, besok-besok kan kamu bisa membantu ibu lagi," jelas ibu aji.

Aji menyetujui dan ia mau ikut belajar, dan aku langsung mengajak aji ke tempat yang kami janjikan bertemu berempat jika mendapatkan apa yang ingin kami cari, tapi sebelum berangkat ke sana aji meminta izin untuk mengajak beberapa temannya.

Tak selang lama menunggu datang lah aji membawa beberapa teman, dan tampak jelas senyum ceria di wajah mereka saat bertemu dengan diri ku, dan mereka satu persatu memperkenalkan nama mereka.

"Selamat pagi pagi bang," ucap mereka serantak.

"Ehh bukankah ini sudah siang!" cetus polos dari salah satu meraka.

Aji merperkenalkan nama teman-temannya satu persatu, mario, yanto, heri, dan agus. Iya aji membawa teman sebanyak empat orang, aji bilang teman-temannya masih banyak yang sibuk berkerja dan mungkin besok akan ikut bergabung belajar bersama.

Tanpa menunggu lama lagi kami bergegas menuju ke tempat yang di mana raka tio dan lisa sudah menuggu, mereka berempat sudah menghubungiku lewat pesan sms, mereka bilang sudah mendapatkan apa yang ingin di cari, tinggal menunggu ku saja untuk memulai semuanya.

Tio juga sudah menghubungi untuk langsung saja ketempat dia karena lisa dan raka juga sudah menanti di sana.

Tio bilang ia mendapatkan tempat yang bagus tak jauh dari tempat raka memakir mobil milik ayahnya, tio bilang tempatnya di lapangan dan di situ ada juga beberapa pohon yang rimbun, kalau belajar di bawah pohon itu di temani dengan hembusan angin sepoi-sepoi mungkin belajar lebih terasa nyaman.

Kaki sudah mulai terasa letih berjalan menuju ke tempat belajar itu tetapi tidak dengan anak-anak mereka tampak bersemangat dan tidak ada tanda-tanda mengeluh di wajah mereka, wajah mereka dipenuhi senyum yang riang.

"Heyyy... disini!!" Teriak lisa dari kejauhan memanggil kami.

"Itu teman abang ya?" tanya aji, yang ku balas anggukan.

"Di situ tempat belajarnya ya bang?" tanya mereka serentak dan ku balas anggukan lagi.

Tanpa aba aba mereka langsung berlari bersama menuju ke tempat raka tio dan lisa, mereka berlari bergembira dengan tawa bahagia dan dari kejauahan juga aku melihat kehadiran anak-anak itu di sambut hangat oleh raka tio dan lisa, mereka berempat tertawa melihat anak-anak berlomba berlari menuju ke tempat mereka.

"Dawa anak-anak ini yang kamu ceritain itu!" sapa raka saat aku sampai di tempat mereka.

"Iya," angguk ku.

"Sepertinya seru mengajar mereka." Kata tio yang bersemangat saat melihat anak-anak itu, mungkin jiwa keguruannya sudah keluar.

"Baiklah adek-adek sebelum kita belajar kakak ada sesuatu yang ingin kakak berikan kepada kalian semua!" jelas lisa untuk anak-anak.

"Apaa itu kakak yang cantik?" Jawab mereka serentak yang membuat lisa tersipu malu di panggil cantik

"Ini ada es cream buat kalian," sambung tio dangan malas saat mendengar anak-anak memuji lisa.

"Sebelum belajar kalian makanlah dulu es cream ini, kami ingin mempesiapkan alat alat untuk mengajar." Kata raka sembari memberikan es cream ke anak-anak.

"Terimakasih kakak yang genteng," ucap anak-anak serentak memuji raka.

"Loh kok aku tadi enggak di puji!" Kata tio dengan jengkel, membuat anak-anak ketawa semua.

Kami berempat kemudian mempersiapkan alat untuk mengajar seperti meja kecil untuk menulis, buku, pensil, papan tulis yang kecil dan alat lain yang di perlukan sudah di beli oleh raka dan lisa.
Aku juga membawa kostum badut kelinci, agar bisa menghibur anak-anak saat belajar nanti.
.
.
.
.

Bersambung....



Catatan DawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang