bagian 24

33 6 0
                                    

Ceria canda tawanya masih terngiang ngiang di telinga meski telah lama berlalu namun masih tergambar dengan jelas indah senyumnya di hati.
Bertahun sudah berlalu dari hari itu tapi seperti satu hari yang baru saja terlewati, aku selalu merindu akan bersamanya aku bercerita kepada tiap lembar buku melalui pulpen menulis tentang betapa merindunya diriku.

Tangis pilu menahan akan kerinduan tiada kata lagi yang berguna saat ini saat dia takkan pernah berada disamping ku lagi menipis kesunyian, akan lenyap sudah cerita hidupku.

Canda tawa dan kegembiraan dia di hari itu akan terlukis indah menjadi kenangan yang abadi di sepanjang masa, sampai pada akhir waktu dan aku akan selalu berharap tuhan mempertemukan kita di keabadian waktu.

*****

Dia dan aku sungguh bahagia di hari itu, berjalan berdua dengannya menggunakan sepeda motor vespa ku adalah hal yang paling bahagia ku rasa, meski sederhana tapi kami bahagia pada waktu itu.

Lama di perjalanan akhirnya kami berdua sampai di rumah pohon, bunga dengan cerianya langsung berlari ke rumah pohon untuk masuk ke rumah.

"Dawaa rumahnya terkunci, sini cepat buka!!" Teriak bunga dari atas rumah pohon.

Aku langsung menuju ke tempat dia di rumah pohon untuk membuka kunci pintu rumah pohon, aku berjalan sambil membawa barang belanjaannya.

"Aku penasaran sama rumah pohon, aku ingin lihat ada apa aja di dalam rumah ini?!" ujar bunga.

Setelah membuka pintu, bunga mengucap salam sebelum masuk ke rumah, bunga memandang takjub melihat isi dalam rumah pohon.

"Itu foto siapa?" Tanya bunga saat melihat foto ibuku di meja yang di mana nenek bilang meja itu adalah tempat biasa ayah ku mengajarkan sisa kerjaannya dari kantor tempat ayah berkerja.

"Almarhum ibu ku waktu ia masih mudah," Jawabku dengan bahasa isyarat.

"Cantiknya." Kata bunga memuji kecantikan paras ibu ku di foto.

"Bearti foto yang di dinding itu kamu ya pas masih bayi yang di gendong itu!" Kata bunga bertanya dan aku mengaguk untuk menjawab pertanyaan itu.

"Orang tua kamu cantik dan ganteng ya!" Ucap bunga lagi, aku hanya tersenyum saat dia memuji paras dari kedua orang tuaku.

"Tapi kamu kok anaknya jelek ya!!" Kata bunga mengejek sembari tertawa.

Aku hanya diam tak menjawab ejekan darinya, dan bunga membalikan badannya kearah ku lalu dia memegang kedua tanganku dengan senyum dia kembali berkata, "walaupun jelek tapi aku sayang kok, cintaku ke kamu itu buta aku tak peduli dengan segelah kekurangan yang ada di diri kamu."

Aku melepas pegangan tangan dari bunga dengan reflek aku langsung bertanya kepada bunga dengan bahasa isyarat, "emang aku jelek bangat ya?!"

"Bercanda kok, wajah mu itu ngangenin tau." Jawab bunga sambil tertawa.

Aku tersenyum memandang tawanya yang dan kemudian aku mengambil buku album foto keluarga di laci meja aku ingin ia melihat banyak foto ayah ibu ku di album foto keluarga ku.

"Buku apa itu?" Tanya bunga sembari melihat buku album foto.

"Wah album foto, aku mau lihat boleh!?" Ucap bunga meminta izin, aku mengangguk sebagai isyarat mengizinkan ia melihat album foto itu.

Dan bunga langsung duduk di kursi di atas meja itu bunga membuka tiap lembar buku melihat foto keluarga ku.

Aku duduk di samping bunga meperhatikan dia yang memandangi tiap lembar foto dengan senyuman di wajahnya, aku begitu tersanjung dan terkesan saat ia melihat foto kedua orang tua ku dengan senyum di bibir dan tampak ia begitu menghormati kedua orang tua ku.

"Dawa!?" Panggil bunga dengan lirih dengan kedua mata yang masih memandang foto kedua orang tua ku, dan aku hanya memandangi wajahnya sembari menunggu ucapan dia dari bibirnya.

"Andai mereka ada di sini, mungkin tidak kalau meraka menyukai ku!!" ucap bunga lirih.

Pertanyaan yang terlontar dari dirinya membuat ku tersentak terkejut tak terpikir oleh akan ada wanita yang berucap seperti itu.

"Pasti mereka menyukai kamu, karena kamu orangnya baik orang baik pasti di sukai semua orang!" jelasku dengan bahasa isyarat.

Bunga tersipu malu saat aku berucap seperti itu, aku terus memandangi wajah bunga dengan pipih yang kemerahan, bunga tersenyum sembari memalingkan wajahnya agar aku tak dapat melihat wajahnya saat tersenyum tersipu malu.

Saat ia memalingkan wajah aku mencuil bahunya dan dengan polos aku bertanya kepadanya, "kamu kenapa tersenyum sambil memalingkan wajah?!" tanya ku dengan bahasa isyarat.

"Kamu mau tau!?" Kata bunga dan aku mengaguk menjawab pertanyaan darinya.

Bunga langsung menunjuk pipihnya dengan jari sambil berkata, "cium dulu pipih ku ini, nanti aku kasih tau!!"

"Pasti kamu enggak berani kan!?" Kata bunga sambil menjulur kan lidahnya mengejek ku, bunga tertawa saat melihat ekspresi wajah ku yang jengkel karena aku merasa telah dipermainkan olehnya.

"Baiklah aku akan mencium mu!" Ucap ku kesal dengan bahasa isyarat.

Aku memonyongkan bibir untuk bersiap mencium pipihnya melakukan tantangan seperti yang ia pinta.

"Ihh gelinya!!!" Ujar bunga saat melihatku memonyongkan bibir.

Bunga tertawa merasa geli belum mendarat ciuman ku di pipihnya, bunga langsung lekas berdiri dari duduk dan lekas berlari keluar rumah pohon, bunga berlari dengan riang canda tawa.

"Ayok kejar aku kalau bisa!" Ucap bunga sambil menjulurkan lidahnya mengejek ku.

Aku mengejarnya untuk menjawab tantangan dari dia, bunga berlari di tengah dedaunan teh, aku terus mengejarnya mencoba untuk menangkapnya yang berlari kesana kemari.

Kami saling mengejar berdua berbagi kegembiraan aku tersenyum tertawa bahagia begitu juga dengan dirinya, ia berlari kesana kemari menghindar dari ku yang mecoba untuk menangkapnya.

Kami berdua saling tertawa di tengah dedaunan teh keceriaan tergambar jelas di wajah, warna warni terasa hidup saat melihat canda tawa yang begitu bahagia.

Ku gapai tangannya dan kupegang tangannya tampak jelas di wajahnya senyum bahagia.

"Ampun bercanda kok tadi!!" Kata bunga sembari tersenyum bahagia dan aku tersenyum melihat tingkah lucunya.

Ku pegang erat tangannya dan kami berdua seperti menari bahagia di tengah kebahagian, bahagia amat terasa bisa tertawa bercanda bergurau bersamanya.

Bunga memeluk ku dalam senyuman, erat pelukannya seperti enggan di lepas dalam pelukan bunga bertutur, "terimakasih untuk semuanya, terimakasih atas sikap lembut mu, terimakasih telah bersikap baik terhadapku, terimakasih orang baik."

Tutur bisikan lembut darinya membuatku tenggelam akan pelukan hangat yang ia berikan, aku memeluknya dengan erat hati merasa enggan kehilangan sosok ia yang selalu memberi warna di dalam hidup yang kelabu ini.

*****

Kepada rindu hadirlah terus dalam ingatan di sepanjang masa meski waktu terhenti.
Kepada rindu tandailah ingatan ku saat berdua bersamanya berbahagia menjalani hari.
Kepada rindu ku mohon tegar jangan memudar aku tak ingin kehilangan tiap kenangan saat bersamanya.

Izinkanlah senyuman mu menetap di hati dan ingatan meski itu tak nyata.
Izinkanlah tawamu menghiasi kesunyian dihatiku meski itu tak nyata.
Izinkanlah aku menyimpan kenangan manis kita berdua agar nanti aku bisa mengenang kenangan indah kita di keabadian.
.
.
.
.

Bersambung...












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan DawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang