Sudah setengah hari waktu berjalan, saat bunga yang sedang mengupas apel untuk ku. Dering ponsel bunga berbunyi tiba-tiba di tasnya yang berada di meja, entah kabar apa yang sedang bunga dapat.
Namun melihat ekspresi wajah bunga saat menjawab panggilan itu, sepertinya kabar buruk yang ia dapat. Ponsel bunga terjatuh dari genggaman tangannya, dengan seraya menutup mulutnya dengan tangan, seakan akan ia tak percaya dengan kabar yang di dapat."Bunga ada apa?" tanya ririn yang khawatir.
"Aku mau pergi dulu!" Jawab bunga yang langsung bergegas meninggalkan kami berdua.
Aku hanya diam dan memandangi setiap langkah kepergian bunga, sampai dengan pandangan ku yang tertutup oleh pintu saat bunga sudah keluar dari ruangku, entah sebab apa yang membuatnya begitu khawatir seperti itu.
"Halo, ini tante ya?" Tanya ririn yang mengambil ponsel bunga yang di biarkan bunga terjatuh begitu saja.
"Iya, bunganya kemana?" Tanya tante itu.
"Pergi tante, emangnya ada apa tan?" tanya ririn.
"Rendy kena tusuk pisau, dia berantem!!" Kata tante itu dari ponsel.
"Apaa." Sentak ririn langsung kaget, saat mendengar berita itu, begitu juga dengan aku.
"Sekarang rendy nya gimana tan?" tanya ririn.
"Di bawa rumah sakit."
Ririn pun ikut permisi denganku, dia bilang dia ingin melihat keadaan rendy, dan tinggallah aku sendirian di ruang ini dengan rasa hati risau yang di penuhi rasa khawatir, aku takut kalau raka dan tio dalang dari semua ini.
Dan akhirnya kabar berita yang tak ingin ku dengarkan datang juga. Raka dan tio lah dalang dari penusukan rendy, seperti yang ku duga dia pasti mendengarkan obrolan ku bersama ririn.
Nenek datang ke ruangan ku, yang tampak jelas ada kecemasan di mimik wajah nya, nenek lalu bercerita entah kenapa hari ini begitu runyam.
Nenek bercerita raka dan tio mengamuk di salah satu tempat, mungkin itu tempat biasanya rendy dan teman atau geng nya berkumpul.
Dengan bermodalkan senjata tajam yang mereka bawa, raka dan tio dengan berani menantang semua orang di sana.
Dua lawan tujuh orang, mereka berdua habis kena hajar babak belur di sana, namun tak sedikit yang terluka dari ulah mereka berdua.
Alasan mereka belum jelas dan atas dasar apa mereka melakukan itu, tentu saja aku tahu kenapa mereka melakukan itu, namun semua kerabat yang terdekat belum mengetahuinya, apa dasar permasalahan ini.Untuk mengetahui alasan mereka kenapa menyerang rendy harus menunggu mereka berdua pulih dulu karena mereka mendapatkan luka cukup parah dan harus di rawat dulu di rumah sakit. Mereka berdua begitu nekat melawan tujuh orang hanya berdua, untungnya pihak berwajib cepat datang melerai perkelahian mereka.
Pihak dari keluarga rendy melaporkan meraka berdua atas perbuatan mereka yang menyerang rendy dan hampir membunuh rendy, pihak dari keluarga rendy tak terima atas kejadian itu. Andai saja kedua orang tua rendy tau, apa yang anak mereka lakukan terhadap diriku.
*
*
*Satu hari sudah terlewati dan kondisi ku paksa untuk membaik, karena aku ingin membantu kedua sahabatku, aku sangat khawatir dengan mereka, karena aku mereka terseret oleh masalah ini. Dan sangat kebetulan sekali ririn datang menjenguk ku di hari ini, membawakan ku buah buahan.
"Selamat pagi, kamu sudah bangun dawa." Ucap ririn menyapa yang ku balas dengan anggukan.
"Ini ada buah buahan, titipan dari bunga dia tak bisa menjenguk mu, dia masih menjaga rendy," sambung ririn.
Dan tanpa basa basi, dengan bahasa isyarat aku langsung meminta pulpen dan kertas sebagai alat bantu untuk berkomunikasi sama ririn, sulit rasanya berbicara dengan bahasa isyarat sama ririn, karena ia tak mengerti.
"Kamu minta pulpen sama kertas?" Tanya ririn, yang di balas anggukan oleh ku
"Tunggu sebentar ya, ku ambilkan," ucap ririn.
Dan setelah di ambil kan oleh ririn, aku langsung menulis untuk meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah raka dan tio.
"Aku ingin meminta bantuan mu!" tulisku.
"Jangan bilang tentang masalah itu? Jangan bahas masalah itu deh kepala pusing di bikinya!" ujar ririn.
"Kumohon, tolong bilang ke pihak keluarga rendy untuk mencabut tuntutan itu," tulisku.
"Apa kamu gila dawa, mana bisa, mamanya rendy itu keras kepala!" Cetus ririn.
"Kalau begitu, aku akan kembali melaporkan rendy atas perbuatannya terhadap diriku!" Tulisku dengan mimik wajah serius melihat ririn.
Keheningan terjadi, ririn terdiam sejenak ketika membaca tulisan ku, tak lama dia berpikir dan kemudian ia berucap.
"Baiklah aku akan membantu mu tapi dengan syarat, kalau masalah ini berhasil, ku harap Kamu tidak memberi tau bunga tentang masalah ini," kata ririn. Aku hanya mengaguk sebagai tanda setuju dengan syarat yang di berikan itu.
"Aku tak ingin bunga marah dengan ku, begitu juga mamanya rendy pasti tak mau anak nya terlihat jahat di mata bunga," jelas ririn.
"Sebelum itu aku ingin menjenguk raka dan tio dulu, untuk menyuruh mereka diam terlebih dahulu, agar semua orang tak tahu pokok dari permasalahan ini," sambung ririn.
"Iya, memangnya mereka menginap di rumah sakit mana?" tulisku bertanya.
"Emangnya kamu enggak tahu? Mereka lo dirawat di rumah sakit ini!" Jawab ririn.
Nenek tak memberi tahu ku kemarin mungkin karena ia masih kalut dan kebingungan tentang apa yang telah terjadi. Ririn pun langsung lekas pergi untuk membantu ku menyelesaikan masalah ini dan tak lama ririn pergi datang lah ayahnya raka dan tio datang menjenguk ku.
"Hei udah sehat kamu dawa?" Sapa ayah raka.
"Ini oom ada juga bawakan nasi padang untuk kamu!" sambung ayah tio.
Aku sedikit horor memandang wajah ayah tio, bapak sama anak sama saja pikirku, Melihat kedua orang tua raka dan tio dan tak ada sama sekali rasa cemas yang tergambar di wajah mereka berdua.
"Gimana keadaan mereka om?" Tanyaku dengan bahasa isyarat.
"Mereka berdua lagi dengarin ceremah yang panjang dari mamanya," ucap ayah raka sambil makan apel.
"Mangkanya kami berdua kesini untuk menghindari ceramah itu," sambung ayah tio.
"Oom tidak khawatir dengan mereka?" Tanyaku dengan bahasa isyarat.
"Kenapa khawatir, oom percaya sama mereka berdua, kalau mereka berdua tidak bersalah, meraka melakukan itu pasti ada sebab, yang mengganggu hal berharga bagi mereka berdua," ucap ayah tio sembari tersenyum melihat ku.
"Iya meski mereka melakukan dengan cara yang salah, tapi bagi mereka pasti itu adalah cara yang terbaik, untuk membalas apa yang telah di perbuat dari si penganggu," sambung ayah raka.
"Ahhh, ini sangat nostalgia, betulkan kandar?" Ucap ayah tio yang menyebut nama ayah raka.
"Iya betul sekali mus, tapi ini tak adil karena anak andre tak dapat ceramah yang memekakkan telinga," ucap ayah raka, yang menyebut nama ayah tio dan ayah ku.
"Hahaha baiklah kalau begitu, akan ku pindahkan anak kita berdua di ruangan ini agar anak andre kena marah juga oleh istri kita," ujar ayah tio yang langsung bergegas keluar dari ruangan ku.
Aku rasa beliua ingin melakukan apa yang dia rencana kan, ku harap suster di rumah sakit ini tidaklah marah atas kegaduhan yang akan terjadi nanti.Tapi jujur saja, melihat tidak rasa cemas yang mereka alami itu, membuat rasa takut ku menghilang atas masalah ini. Sungguh kehangatan yang seakan akan akan melindungi kami bertiga dari masalah yang sedang kami hadapi, aku juga berpikir, apa seperti ini rasanya jika memiliki sosok ayah, yang akan melindungi kita di setiap ada masalah.
Ayahku sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti mereka dan aku rasa aku juga sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti raka dan tio, mereka berdua rela di hajar babak belur untuk membalas mereka yang telah menyakiti diri ku.
.
.
.
.Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Dawa
General FictionDawa adalah seorang pria yang mempunyai keterbatasan fisik, dia bisu tak bisa berbicara, dawa merasa tidak ada hal yang istimewah dalam hidupnya. Namun pada suatu hari dawa bertemu dengan sosok wanita yang membuat dawa merasa hidupnya menjadi berwar...