Mentari pagi bersinar, silau nya menembus kaca jendela yang menyilaukan mata yang masih tertidur pulas di sertai dengan suara lemparan batu kerikil kecil di jendela. Aku terbangun dari tidur ku dan segera mengecek suara apa di jendela.
Ternyata suara raka dan tio, sahabat ku dari aku kecil sampai meinjak umur dewasa sekarang. Mereka melempar batu batu kecil di jendela kamar ku, dengan bahasa isyarat tubuh aku menyapa mereka.
"Kenapa kalian pagi-pagi begini melempar kaca jendela ku?" Sapaku dengan bahasa isyarat.
"Di depan rumah mu ada bidadari!!" kata raka dan tio dengan serantak.
Begitu lantang ucapan mereka berdua, membuat aku terheran dengan ucapan mereka. Sejenak aku berpikir, baru lah aku teringat dengan bunga yang berjanji untuk menjemputku mengambil sepeda motorku yang mogok, aku langsung bergegas turun untuk membukakan pintu untuknya.
"Hai, selamat pagi!!" sapanya dengan senyum setelah aku membukan pintu.
Aku langsung menyuruh bunga masuk dan tak lupa juga dengan kedua teman ku, lebih tepatnya mereka berdua yang memaksa untuk masuk kerumah.
Aku mengajak mereka masuk keruang tamu dan tak lupa juga aku mengambil buku dan pulpen, untuk alat bantu buat berbicara dengan bunga karena dia tak mengerti dengan bahasa isyarat.
"Mengapa kamu tak memanggil ku langsung?" tulis ku.
"Aku sudah mengmangil mu, bahkan aku berteriak di depan rumah kamu, tapi tak ada orang, ku pikir tadi rumah ini kosong tadi!" jelas bunga.
"Betul dawa, dia tadi berteriak dan suaranya sangat keras memanggil mu!" ujar raka.
"Iya dawa kupikir tadi nenek lampir yang berteriak taunya bidadari," sambung tio.
Mendengar ucapan mereka, bunga langsung memandang sinis mereka berdua dan itu sudah cukup membuat raka dan tio ketakutan.
Memang susah kalau ada orang ingin bertamu di rumah ini, aku hanya berdua saja tinggal di rumah bersama nenek. Pagi-pagi sekali nenek sudah pergi ke kebun teh dan aku juga biasanya pergi berkerja dan rumah ini kosong tak ada orang yang menjaga rumah.
Setelah mendengar penjelasan mereka, aku meminta izin untuk bersiap-siap. Aku meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu, untuk mandi bersiap-siap menjemput motorku bersama bunga, tak lupa juga aku menawari mereka untuk sarapan pagi nasi goreng, sarapan yang biasanya di siapkan oleh nenek.
Namun setelah aku selesai bersiap-siap betapa jengkelnya aku melihat mereka, sarapan pagi ludes habis di makan mereka. Padahalkan aku hanya basa basi menawari mereka sarapan kecuali bunga. Aku membolak balikan mangkuk tempat nasi goreng di hadapan mereka, agar mereka tau ketidak ikhlasan ku atas apa yang mereka perbuat.
Melihat wajah ku yang jengkel bunga tertawa sambil menenangkan ku, ia berkata akan mengganti nya nanti, ia berjanji mentraktir ku, tentu saja dengan rasa malu aku menolak. Tapi tidak bisa dipungkiri, senang rasa di hati karena telah di ajak makan bersamanya."Aku mau juga ikut!!" seru raka.
"Iya aku juga masih lapar," sambung tio.
"Dihh, kalau lapar iya makan di rumah kalian masing-masing, aku hanya mengajak dawa!!" sela bunga.
"Dasar nenek lampir pelit!!!" Ujar raka dan tio serentak.
"Apa kalian bilang, kalian mau ku hajar?" Pungkas bunga dengan tegas, aku pun juga kaget melihat bunga yang berdiri dari tempat duduknya yang mengancam menghajar mereka berdua.
"Dah lah enggak asik yok kita pergi tio, di sini kita hanya menganggu mereka berdua pacaran." Kata raka sambil mengidipkan matanya ke arah ku.
"Iya pergi sana kalian hanya menganggu saja!!" ujar bunga dengan tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/344557713-288-k630196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Dawa
قصص عامةDawa adalah seorang pria yang mempunyai keterbatasan fisik, dia bisu tak bisa berbicara, dawa merasa tidak ada hal yang istimewah dalam hidupnya. Namun pada suatu hari dawa bertemu dengan sosok wanita yang membuat dawa merasa hidupnya menjadi berwar...