bagian 20

27 14 4
                                    

Berseri wajah terpancar kebahagiaan untuknya bukan tak terima dengan kebahagiaan yang ia terima namun hati kecewa akan perlakuan yang ia berikan.

Belum pudar duka dan ia hadir ku kira ia akan mengobati luka ternyata aku salah, dengan sembilah tajam ia menyayat hati yang menambah luka.

Di antara sorak dan meriahnya tepukan tangan parah tamu, aku hanya diam berdiri memakai kostum badut kelinci serta memegang balon dan boneka kelinci untuk hadiah kado ulang tahunnya, konyolnya aku yang mau berpenampilan seperti ini di saat yang lain bergaya dengan penampilan dan pakaian yang terbaik.

Mungkin baginya ini semua hanya lelucon, betapa bodoh dan konyolnya aku yang mau di suruh berpenampilan seperti ini.

Aku menyaksikan momen manis mereka berdua yang dimana rendy memakaikan cincin ke jari manis bunga, aku hanya mendoakan yang terbaik untuk mereka sembari menggerakan kaki untuk melangkah pergi di acara yang sakral bagi mereka berdua.

"Dawa itu kamu!" Suara yang keras tapi berirama lembut dan sendu  memanggilku, aku menoleh dan ternyata mc atau ririn yang menyebut nama ku di atas panggung, aku menghiraukannya dan kembali melangkah pergi tanpa memandangan ke belakang lagi.

Aku terus melangkah berjalan pergi meninggalkan acara itu, di saat aku sudah sampai di pintu gerbang pagar rumah bunga, ririn kembali teriak memanggil nama ku yang membuat langkah kaki ini terhenti.

"Dawaa tunggu!!" Teriak ririn sambil berlari menghampiri ku.

"Ada apa?" Tanyaku dengan bahasa isyarat.

"Maaf aku tak bisa bahasa isyarat," kata ririn.

"Tunggu sebentar!" Ujar ririn sembari berlari ke post satpam.

Ririn kembali lagi ke tempat ku setelah pergi dari post satpam, terlihat ia membawa buku dan pulpen.

"Ini buku sama pulpen!" kata ririn, aku mengangguk dan mengambil buku dan pulpen itu sebagai alat bantu untuk berbicara dengannya.

"Kamu ada perlu apa? Kayak ada hal penting saja!" Tulis ku di buku.

"Kamu kenapa di sini?" tanya ririn.

"Bunga mengundang ku," tulis ku di buku.

"Kok pakai kostum badut?" tanya ririn lagi.

"Emang kenapa kan kerjaan ku memang badut penghibur!" Tulis ku sembari melepaskan topeng badut kelinci ku, ririn hanya berdiam tak menjawab.

"Ini boneka kelinci hadiah untuk bunga, dia sibuk aku tak sempat memberikannya aku titip sama kamu ya," tulisku sambil memberikan boneka kelinci itu.

"Apa sih salah kamu sampai bunga tega seperti ini sama kamu wa!" ucap ririn lirih.

"Maksudnya?" tulis ku bertanya.

"Kenapa dia tega menyuruh mu seperti, sedangkan tio cerita padaku nenek mu baru saja meninggal," ujar ririn sendu.

"Tak apa, niat bunga baik kok ia memberikan ku perkajaan." Tulisku yang ku perlihatkan ke ririn sembari tersenyum.

"Dawa nenek kamu baru saja meninggal lo, dan tak sepantasnya ia memperlakukan mu seperti ini!!"

"Dan aku juga sudah berusaha untuk berbicara tentang ini ke bunga tapi dia menolak setiap kali aku ingin berbicara tentang kamu, dan sekarang dia memperlakukan kamu seperti ini tanpa berbicara dengan ku dulu!!" sambung ririn.

"Sudahlah, aku tak apa," jelasku dengan senyum.

Aku langsung izin sama ririn ingin lekas pulang, ingin beristirahat di hari yang penuh kejutan ini, namun baru satu langkah kaki ini melangkah suara yang lirih memanggil namaku. Aku menoleh ke arah suara itu terlihat bunga yang memandangi aku dan ririn, entah sejak kapan ia berdiri di situ.

terhenti langkah ku sayub sendu pandangan ku menatap bunga, aku hanya menghelakan nafas melihat wajah bunga yang datar tanpa senyum dan mata yang berkaca-kaca, sungguh rumit dengan apa yang terjadi malam ini.

Bunga berjalan perlahan mendekati ku tapi langkah kakinya terhenti saat terdengar suara rendy memanggilnya, tak ingin rendy melihat keberadaan ku aku pergi berlalu meninggalkan bunga bersama ririn di depan pagar rumah bunga.

*
*
*

Lululalang kendaraan melaju di jalanan, aku hanya sendiri berjalan kaki di pinggir jalan meratapi nasib yang begitu malang.

Aku tak mau ambil pusing tentang kejadian malam ini dan di pikiran ku saat ini hanya ingin cepat sampai ke rumah karena jiwa raga sudah sangat kelelahan dari hal-hal yang menyakitkan, ingin segera terlelap di tidur agar terlupa tentang banyak hal.

Tapi lagi langkah kaki harus kembali terhenti saat terdengar suara bunga memanggil ku.

"Dawa tungguu!!" Teriak bunga sambil berlari menuju kerah ku, bunga berlari dengan tergesa-gesa terlihat dari sepatu high heels yang ia lepas dan dia pegang sambil berlari dan gaunnya yang anggun ia pegang angkat ke atas agar mudah berlari.

Bunga memeluk ku tanpa kata, dalam pelukan dia menangis terisak berseduh-seduh dan dalam tangisan bunga berkata, "maaf maaf maaf," ucap ia berulang ulang.

Aku melepas pelukannya dan terlihat wajahnya yang kusut dan basah akan air mata, aku langsung memegang wajah ia dengan kedua tangan dan dengan perlahan dan lembut aku menghapus air matanya dengan jari tangan.

"Maaf telah membuat kamu begini," ucap bunga lirih.

"Kenapa harus meminta maaf? Justru aku yang seharusnya meminta maaf karena pulang sebelum acara selesai!" ucapku dengan bahasa isyarat.

"Memang kerjaan ku seperti ini kok, kau telah berbaik hati karena telah memberikan ku sedikit perkerjaan," sambungku.

"Kamu tak mengerti wa," kata bunga.

"Aku telah menyakiti hati mu wa!" sambung bunga.

"Hati ku sudah hancur tak tersisa semenjak kepergian nenek begitu juga dengan air mata abis tak tersisa," kataku dengan bahasa isyarat.

"Dawa," ucap bunga lirih.

"Tak ada alasan lagi bagiku untuk merasakan sakit hati apa lagi menangisi seseorang!" sambungku.

Bunga terdiam sejenak dengan nada suara yang lirih dan pelan ia berucap, "aku mencintaimu wa."

Aku terdiam seolah-olah tak percaya dengan apa yang ia katakan.

"Seharusnya kau harus mengerti betapa aku mencintaimu, kamu pikir apa dengan sifat manjaku ke kamu kalau tidak mencintaimu! kamu pikir kenapa aku menangis pada saat ini kalau bukan karena mencintaimu!" Kata bunga sembari terisak menangis, dan aku masih terdiam tak tahu harus berkata apa.

"Aku selalu menepis tentang rasa itu dan pada malam ini rasa itu tak mampu lagi ku tepis, saat aku melihatmu melangkah pergi jauh meninggalkan ku, aku tersadar betapa aku mencintaimu."

"Bukan tanpa alasan aku memperlakukan mu seperti ini, ini semua karena aku cemburu dengan teman wanita kamu pada malam itu, mungkin sifatku kekanak- kanakan tapi itu tak lebih karena aku cinta."

"Aku baru sadar kalau aku haus akan perhatian dari kamu wa!" Ucap bunga lirih sembari memeluk ku lagi dengan erat.

Cinta memiliki banyak makna dan setiap satu kata makna berbeda dengan makna yang lainnya, aku bersyukur jika ada orang yang mencintai dan menyayangiku.

"Bungaa!!" Suara teriakan yang membuat pelukan bunga terlepas.

Rendy langsung menarik tangan bunga dan tanpa kata rendy langsung memukul wajahku tepatnya dibagian bibir, pukulan itu sangat keras yang membuat aku terjatuh dan bibirku pecah berdarah.

.
.
.
.

Bersambung...







Catatan DawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang