bagian 23

33 9 1
                                    

Dedaunan basah di rintik hujan yang gerimis hawa sejuk menyelimuti pagi nan mendung tak ada kilat petir yang menakutkan di awan hitam, cuaca tak menggambarkan hariku meski hari terlihat suram hari yang tak cerah tapi di sela kegelapan hari aku merasa bahagia karena dia berada disamping ku.

Saat duduk bersamanya berdua memandangi rintik hujan yang membasahi dedaunan bahagia sungguh tak tergambar di hati.

Rintik hujan terdengar merdu seperti alunan musik yang bernada indah membuat suasana begitu nyaman di tengah kegelapan hari.

Bening pancaran indah bola matanya dan senyum manis di bibirnya keindahan wajahnya membuatku lupa akan penat dari duka yang merajam hati.

Tiada kata yang mampu menggambarkan dahsyatnya pesona kemolekan dirinya, canda tawanya menipis duka yang mengahampari.

Aku terpanah saat melihatnya tak bosan aku melihat cantik parasnya baik tutur bahasa sungguh lembut tingkah sehingga menyentuh hati.

Tak akan abis jika menceritakan tentang kesempurnaan dan kesederhanaan darinya.

Pada saat itu aku sungguh percaya kebahagiaan yang indah dalam kisah ini pasti sempurna dan takkan menghianati hati.

*
*
*

"Hei, kamu kenapa melamun!?" Tanya bunga tiba-tiba yang membuyarkan lamunan ku.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sebagai isyarat untuk menjawab pertanyaan darinya.

"Sebentar lagi hujan reda, kita kerumah pohan ya abis ini," ajak bunga dengan senyum di bibir.

Aku hanya memberi isyarat dengan tangan sembari tersenyum sebagai tanda setujuh untuk pergi ke sana.

Singkat cerita kami berdua beranjak dari tempat duduk di depan teras rumah untuk bersiap untuk berangkat pergi ke rumah pohon.

Aku memberi bunga celana panjang dan hodie agar ia tak kedinginan di perjalanan nanti, suasana di luar pasti dingin apalagi selepas dari hujan.

Setelah bersiap aku menunggu bunga di luar sembari memanasi motor tua vespaku.

"Hei, aku sudah siap!" ucap bunga di saat aku tengah menunggunya duduk di motor vespa.

Aku menoleh kearahnya tampak manis ia memakai hodie yang berwarna coklat dengan rambut lurus yang terurai.

"Kayak mana, apa cocok aku memakai pakaian cowok seperti ini?" Kata bunga sembari tertawa kecil.

"Cantik kok," ucap ku dengan bahasa isyarat sembari tersenyum.

"Kalau begitu kamu pasti mau menjadi pacar ku kan!?" ujar bunga yang kembali menggoda ku.

Aku hanya tersenyum dan menonjol lembut keningnya dengan tangan dan lalu aku mengambil helm dan mengenakkan ke bunga, bunga hanya tersenyum manis saat aku memakaikan helm itu ke dia.

"Makasih!" tutur bunga lembut sembari tersenyum.

"Sudah siapkan, ayok kita berangkat!" ajakku dengan bahasa isyarat.

"Okeh pak bos!" kata bunga semungria.

Banyak kenangan manis tercipta saat bersamanya dan takkan bisa ku lupa dalam hidup dan mati.

Begitu juga dengan pelukannya, ia merangkul ku di sepanjang jalan hangat rangkulannya akan membekas menjadi sebuah potongan kenangan yang tak terlupakan.

"Nanti singgah beli jajan ya, aku mau ngemil di rumah pohon nanti!" Pinta bunga di tengah perjalanan menuju ke rumah pohon.

"Okeh." Isyarat yang ku gunakan dengan tangan mengisyratkan bahwa aku akan menuruti keinginannya itu.

"Tapi aku enggak ada duit, kamu yang bayar ya hehe!?" jelas bunga dengan senda tawa.

Dan aku langsung singgah di pakiran di depan mini market sesuai keinginan bunga yang bilang ingin membeli beberapa cemilan untuk mengemil di rumah pohon.

"Aku gak bawa uang ini, enggak apa-apa ini!?" kata bunga lagi.

"Iya udah gapapa, aku ada duit kok!" Ucap dengan bahasa isyarat.

"Makasih!" Ucap bunga sembari tersenyum.

Bunga langsung memegang dan menarik tangan ku mengajak ku masuk ke mini market, aku sangat malu saat bunga memgang dan menarik tangan ku, aku malu karena banyak pasang mata yang memandangi kami berdua, dunia seperti milik dirinya seorang sehingga bunga menghiraukan tiap orang.

Bunga langsung mengambil keranjang kecil untuk tempat barang belanjaannya, aku terus mengikuti bunga dari belakang, terus ku mengekor di belakangnya.

"Ini keripik kentang sama keripik singkong, kamu suka yang mana!?" Kata bunga minta pendapat sambil menunjukan snacknya ke aku.

"Terserah kamu saja." ucapku dengan bahasa isyarat.

"Iya sudah lah kalau gitu dua-duanya aku ambil hehe!" Kata bunga sembari meletakan kedua snack itu ke keranjang.

"Oh iya aku mau es krim juga!" Kata bunga mendadak, bunga langsung bergegas menuju ke tempat es krim itu berada untuk memilih es krim yang ia suka.

Ceria wajahnya seperti kanak-kanak, manja tingkah membuat siapa saja akan luluh menuruti keinginan selerah hatinya.

Sudah cukup banyak snack atau perbekalan yang ia suka untuk camelin saat berada di rumah pohon nanti dan setelah membayar ke kasir kami berdua pun kembali ke pakiran untuk melanjutkan perjalanan.

"Kamu bilang tadi mau diet?" ucapku dengan bahasa isyarat.

"Gapapa sekali-kali kok!" kata bunga dengan wajah cemberut.

"Walau aku gemukan kamu tetap sayangkan!?" Ujar bunga dengan senyum, aku hanya menghela nafas pasrah dengan apa yang ia ucap.

Aku meletakan barang belanjaan di depan agar bunga tak repot memegangnya di sepanjang perjalanan dan kembali aku duduk di motor bersiap untuk berangkat, namun ada yang aneh dengan sikap bunga dia hanya berdiri di samping motor sambil memegang helm.

"Ayok cepat naik biar lekas sampai kita!" ucapku dengan bahasa isyarat.

"Hmm!?" Dengusan bunga dengan wajah cemberut.

"Apalagi, ada yang mau kamu beli lagi!?" Kata ku bertanya dengan bahasa isyarat.

"Peka kenapa jadi cowok, ini helm pakaikan dulu kenapa ke aku!!" Kata bunga manja sembari menghentakan kakinya ke tanah.

"Ramai orang malu!!" Ucapku dengan bahasa isyarat, namun bunga kembali menghentakan kakinya ke tanah memaksa ku mengenakan helm ke dia dan dengan menahan rasa malu mau tak mau aku menuruti permintaannya itu.

"Makasih." Ucap bunga semungria saat aku mengenakkan helm itu, setelah mengenakan helm itu, aku dan bunga kembali melanjuti perjalanan.

"Oh iya es krimnya sini, nanti cair aku mau makan sekarang!" Pinta bunga dan aku langsung mengambil untuknya.

Saat dia sudah menyatakan perasaaannya kepadaku entah mengapa sikap bunga berubah dengan dratis, ia begitu manja dan akan mengeluarkan wajah cemberut saat aku tak menuruti tiap permintaan yang ia ajukan ke diriku, meski begitu tanpa di sadari tingkah lakunya itulah membuat hidupku kembali berwarna.

"Manisnya enak!! Kamu mau coba!?" Ujar bunga saat mencicipi rasa es krim itu dan bunga juga menawarkan agar aku juga merasa rasa es krim punyanya itu.

Dari belakang bunga menyodorkan es krim itu kearah mulutku agar bisa mencicipi rasa es krim itu, "ayok cepat cobain pasti kamu suka!" Aku menurut perintah darinya dan merasakan rasa manis dari es krim itu.

"Kayak mana kamu sukakan sama rasa manisnya!?" Kata bunga dan aku mengaguk kan kepala dan memberikan isyarat dengan tangan untuk mengisyaratkan rasa suka ku dengan rasa manis yang telah ia berikan.

*
*
*

Begitu indah dan begitu manis kenangan yang ia berikan, momen yang sederhana namun begitu manis kenangan itu, momen itu akan menjadi memori kenangan termanis dalam hidupku, meski sederhana perjalanan itu tak seistimewah seperti semestinya tapi aku percaya pada saat itu kami berdua bahagia dengan ketulusan satu sama lain.
.
.
.

Bersambung...







Catatan DawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang