Rasa berat yang seperti menindih badan membuat ku terjaga dari tidur, mata masih terasa enggan untuk terbuka namun telinga menangkap suara deguran di sela gerimis.
Aku membuka mata dari tidur menyambut pagi, terlihat bunga yang memeluk ku dalam keadaan masih tertidur. Aku baru ingat dan tersadar dari kejadian tentang kejadian tadi malam.
Entah sejak kapan bunga tidur disebelah ku dan entah apa yang membuatnya begitu berani dan tanpa ada rasa ragu untuk tidur di sampingku.
Dan ku lihat juga bunga tidur memakai celana dan baju kaos miliku, karena tak ada baju ganti mungkin ia terpaksa memakai pakaian ku.
Sungguh polos dan lucu ku pandang wajahnya saat tertidur, begitu juga dengan suara deguran kecilnya terdengar merdu di sela suara rintik hujan yang gerimis.
Aku mencoba merapikan helaian rambut yang menutupi wajahnya agar leluasa memandangi keindahan wajah itu.
Ku pandang jelas elok paras dari kecantikan wajahnya, hangat peluk yang ia berikan menipis dingin di pagi, aku terus memperhatikan kecantikan wajahnya itu sampai ia terbangun dari lelap tidurnya.
"Pagi!" Sapa bunga dengan dengan senyuman manis.
Ia terjaga dari tidur, saat aku sedang merapikan tiap helai rambut yang menutup wajah cantiknya itu.
Aku hanya diam tak menjawab sapaan darinya, ia masih saja memeluk ku dengan manja.
Sangat nyaman berada di peluknya dan tangan seolah bergerak dengan sendirinya untuk membelai rambut yang harum itu.
"Kamu cinta enggak sama aku?" tanya bunga.
"Aku lo cinta sama kamu!" kata bunga.
"Cinta aku tu lo besar, sebesar samudra!" Ujar bunga seraya merentangkan kedua tangan untuk mengisyaratkan perkataannya itu.
"Tapi aku yakin kamu juga mencintaiku!? Jika tidak aku akan memaksa mu agar mencintaiku!!" Ucap bunga sembari merepalkan tangannya dengan semangat.
"Kamu cintakan sama aku!?" Kata bunga tegas dengan tatapan yang meyakinkan.
Ia berbicara sendiri seperti orang yang lagi bertikai dengan pikirannya sendiri, aku hanya diam mendengar ocehan itu sungguh lucu tingkahnya yang manis itu.
Bunga terus menatapku menunggu jawaban dariku, aku tak menyangka jika ia akan sekeras ini, aku hanya menghelakan nafas dan duduk dari baringku tanpa kata aku memegang halus wajah bunga dan tanpa kata aku mencium keningnya.
Bunga terdiam membisu saat aku mencium keningnya, tak lagi ia mengoceh tentang perasaannya itu.
"Aku mau mandi dulu!" Kata ku dengan bahasa isyarat di tengah keheningan, bunga hanya mengangguk menjawab pertanyaan ku, bunga seperti tak percaya apa yang ku lakukan itu.
Aku lekas beranjak dari tempat tidur untuk bersiap mandi, aku pergi meninggalkan bunga yang masih duduk terdiam di tempat tidur.
Selang beberapa waktu aku telah selesai mandi dan aku kembali ke kamar untuk melihat bunga apa ia masih di kamar atau tidak.
Dan ku lihat bunga sudah tak berada di kamar lagi, aku langsung pergi ke ruang tamu untuk mengecek di sana apakah ia berada disana dan sesampainya di ruang tamu ia juga tak berada di sana.
Ku rasa ia sudah pulang namun di luar masih hujan lebat tak mungkin ia berani pulang dengan keadaan seperti ini.
Di saat aku tengah cemas tentang dia, tercium aroma yang sedap di arah dapur seperti aroma masakan.
Aku lalu bergegas ke dapur untuk melihat apakah bunga ada di sana.
Seperti yang ku duga bunga berada di dapur ia sedang memasak sesuatu.
"Kamu sudah selesai mandi!?" sapa bunga.
"Di meja ada teh hangat, sebentar lagi aku selesai masak nasi goreng!" kata bunga.
Dan aku duduk di meja menikmati teh buatan bunga untuk ku, aku menikmati teh sembari melihat bunga yang sedang sibuk masak untuk sarapan pagi.
Ia sungguh bersemangat entah apa rasa dari masakan nya itu, aku terus memperhatikan ia yang sibuk memasak.
Selesai masak, bunga langsung menghidangkan nasi goreng itu ke meja makan, tampak enak di makan dan tampilannya cukup meyakinkan kalau nasi goreng itu enak.
"Di coba ya wa, ini kali pertama aku masak!" Kata bunga yang tersenyum manis, dan aku hanya mengangguk sembari memperhatikan nasi goreng itu.
Sesuap ku coba dan aku sejenak mematung saat setelah mencicipi nasi goreng itu, manis teh yang pekat dari teh hangat yang bunga bikin seketika itu juga hilang rasa di lidah karena asinnya nasi itu.
"Bagaimana rasanya!?" Ucap bunga meminta nilai dari masakannya.
"Enak kok!" Jawabku pasrah dengan bahasa isyarat.
"Kamu mau? bagi dua ya!" ujarku dengan bahasa isyarat.
"Enggak mau aku lagi diet!" Kata bunga yang membuatku lemah.
"Aku masak ini sengaja kok untuk kamu, karena aku tau kamu suka sarapan pagi dengan nasi goreng," jelas bunga.
"Terus kamu masak ini emang udah kamu coba?" Tanyaku dengan bahasa isyarat.
"Enggak, pakai feeling aja pasti enak kok!" Terang bunga yang membuatku tambah lemah.
"Aku sarapan minum susu aja lah," sambung bunga.
Mau tak mau aku harus menghabiskan nasi goreng itu untuk menjaga perasaannya meskipun rasanya amat asin.
Bunga terus memandangi ku saat aku melahap makanan yang telah ia masak, bunga memandangi ku sembari tersenyum manis.
"Kamu tidak mandi?" ucapku dengan bahasa isyarat.
"Oh iya, aku mandi dulu ya tapi enggak apa-apakan aku memakai pakaian mu!?" Kata bunga dan aku mengaguk mengizinkan ia memakai bajuku.
Bunga pergi untuk mandi dan meninggalkan ku sendiri di meja makan, aku berpikir ini lah waktu yang pas untuk membuang nasi goreng yang ia masak untuk ku, namun aku kembali berpikir sembari memandangi nasi goreng yang telah ia masak dengan ketulusan, tak sanggup rasanya membuang masakan yang telah ia masak dengan susah payah, untuk menghargainya aku memaksakan selerah untuk terus melahap makanan itu meski amat asin rasanya, aku terus melahap nasi goreng yang asin itu hingga tinggal sesuapan yang terakhir.
15 menit mungkin telah berlalu aku menunggu bunga di meja makan, hingga terdengar suara langkah kaki berjalan mengahampariku.
"Kamu sudah selesai makannya?!" Sapa bunga sambil berjalan mengahampari ku.
Aku menoleh memandanginya dan seketika aku terdiam melihat parasnya yang manis, tak henti-hentinya ia membuatku kagum akan kecantikan paras yang ia miliki.
"Kayak mana bagus nggak aku memakai baju ini?" kata bunga yang meminta penilaian.
Bunga memakai baju kemeja ku berwarna coklat yang bercorak kotak-kotak dan juga mengenakan celana pendek, sederhana pakaiannya tapi parasnya yang cantik membuat kesederhanaan itu menjadi sangat luar biasa.
Aku memberinya isyarat dengan jempolan tangan untuk menjawab pertanyaannya dan juga sebagai isyarat bahwa dia sangat terlihat cantik.
*
*
*Bahagia sungguh aku pada hari itu, ia memberikan ku kenangan yang tak terlupakan, di sini di rumah pohon ini ku tulis cacatan tentang kisah cinta aku dan dia, derai air mata membasahi lembar buku ini, menangisku saat menulis puing kenangan manis cerita tentang aku dan dia.
.
.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Dawa
General FictionDawa adalah seorang pria yang mempunyai keterbatasan fisik, dia bisu tak bisa berbicara, dawa merasa tidak ada hal yang istimewah dalam hidupnya. Namun pada suatu hari dawa bertemu dengan sosok wanita yang membuat dawa merasa hidupnya menjadi berwar...