"Ku kira setelah kejadian itu, kamu jera untuk mendekati bunga!!" Celetuk rendy sambil menunjuk kearah ku yang terjatuh.
"Plakk!!" Suara tamparan bunga ke wajah rendy.
"Apa maksud dari perkataan mu itu?!" pungkas bunga.
"Jangan bilang kamu yang mengeroyok dawa?!" Ujar bunga dengan emosi.
Rendy terdiam sejenak kehiningan tercipta dan rendy berkata sambil menunjuk kearah ku, " hati-hati kamu, ini semua belum berakhir!!" ancam rendy.
Aku berdiri dari jatuh ku sembari melihat kepergian rendy, rendy pergi meninggalkan kami dengan emosi, aku merasa bersalah tentang ini semua andai saja jika aku tak datang mungkin malam ini akan menjadi malam yang bahagia untuk mereka berdua.
"Aku ingin pulang!" ucapku dengan bahasa isyarat kepada bunga.
Aku bergegas pergi dari tempat itu, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat meninggalkan mereka, aku tak ingin mempengeruh keadaan.
Aku terus berjalan dengan langkah kaki yang cepat meninggalkan bunga yang terduduk menangis di jalan di tengah kerpegian aku dan rendy.Aku berjalan terus berjalan tampa melihat kebelakang meninggalkan bunga yang sedang terisak menangis.
Sempat sesaat terkenang yang dimana bunga kali pertama bertemu dengan almarhum nenek, puing kenangan manis terbayang yang di mana membuat dada sesak yang membuat air mata kembali terjatuh, aku pergi meninggalkannya sembari menghapus air mata.
Derai air mata menemani setiap langkah kaki yang beranjak pergi meninggalkannya.
Rintik hujan mulai mengundang aku bergegas berlari menuju halte agar dapat berteduh dari hujan.
Aku duduk sendiri di halte memandangi kendaraan yang lululalang berjalan di tengah hujan, kosong pikirkan ku menatap kedepan.
Hujan telah menghapus air mata ku dan aku tak perduli tentang itu, semangat ku sudah patah dan tak ada bergairah lagi, di halte aku termenung sendiri menunggu rintik hujan berhenti.
Aku merenungi hati ini yang lelah akan luka yang selalu menerpa tiada abis, duka menyelimuti kehidupan aku terdiam akan takdir yang malang ini.
Pada saat aku termenung menghayal dengan tiba-tiba hayalan ku buyar saat ketika cahaya mobil yang menyilaukan berhenti di pinggir jalan depan ku, mobil yang sepertinya aku kenal.
Seperti yang ku duga itu mobil om anton ayah lisa.
"Dawa kamu kenapa sendiri di sini?" Tanya om anton yang menghampiri ku.
"Gapapa om nunggu angkutan umum mau pulang," jawabku dengan bahasa isyarat sembari tersenyum.
"Itu wajah kamu terluka kenapa!?" pungkas om anton.
"Gapapa om!" Kembali ku ucap dengan bahasa isyarat sembari tersenyum.
Di rintik hujan yang gerimis ku tahan tangisan dengan senyum.
"Ya sudah kalau gitu biar om antar kamu pulang!" tawar om anton.
Hening di perjalanan pulang om anton tak bersuara begitu juga dengan ku, dan di tengah kehiningan om anton berekata menasihati, "kau harus menjadi pria sejati harus kuat dan tegar tetap tersenyum walau menangis."
Aku hanya mengangguk atas nasehat dari om anton, ku akui semua kesakitan yang menerpa ku saat ini sungguh menggoyahkan jiwa dan raga tapi aku harus sadar bahwa hidup terus berjalan.
"Dan pria sejati harus makan juga!" sambung om anton.
"Kita makan dulu ya wa om lapar kamu juga belum makankan!?" kata om anton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Dawa
Ficción GeneralDawa adalah seorang pria yang mempunyai keterbatasan fisik, dia bisu tak bisa berbicara, dawa merasa tidak ada hal yang istimewah dalam hidupnya. Namun pada suatu hari dawa bertemu dengan sosok wanita yang membuat dawa merasa hidupnya menjadi berwar...