03 ; Akal Bulus

24.8K 1.6K 51
                                    

_______

Pagi Rabu, sepertinya bukan pagi indah bagi Brisha. Mood-nya sudah anjlok, baru masuk gerbang sekolah dan matanya disambut pemandangan memuakkan.

Di depannya, terlihat dua pemuda yang saling merangkul mesra. Jaziel asyik tertawa dengan pipi memerah, menatap intens Arzhel yang dia rangkul. Mereka tampak rekat, hingga menimbulkan desas-desus di sekitar.

Tangan Brisha mengepal kesal.

“Tai lo, Arzhel. Ganjen banget sama Ayang Ziel! Dasar lakik gatel! Argghh!” gerutu Brisha ngamuk.

Huwaaa, gemeshhh! Arzhel sama Jaziel pacaran beneran gak, sih?”

Fiks, pasti mereka backstreet! Liat tuh pipi si Jaziel merah gitu liatin Arzhel!”

“Katanya mereka homo, kan? Diliat-liat cocok juga, nanti anaknya manggil Papa dan Ayah.”

“Heh, para lonte! Gak usah jodoh-jodohin mereka! Ayang Ziel bakal nikah sama gue!” sembur Brisha galak, melotot ke arah tiga cewek yang menggosipkan Jaziel.

“Dih, ngarep amat si Mbak. Udah ditolak kok masih ngaku Ayang. Sadar diri, deh,” ledek Yumi remeh.

“Huuuu, kasian ditolak cowok yang gak doyan betina,” timpal Mimi tertawa.

“Hahaha. Biarin aja, bestie. Sampe sapi bertelur pun, si Jaziel mana mau sama cewek serampangan kayak onoh,” tandas Jira, mengajak kedua kawannya pergi.

“Ck, liat aja nanti. Gue pastiin Ziel jadi pacar gue kalo nanti jadi normal!” gumam Brisha teguh.

Seketika, ide miring terbersit di pikiran Brisha. Senyum liciknya terbit, lalu lanjut berjalan mendekati dua cowok yang sedari tadi digosipkan.

Tanpa ancang-ancang, Brisha langsung meraih lengan kekar Arzhel. Bergelayut manja di sana seraya melempar senyum semringah.

“Good morning, Arzhel! Pagiiii!” sapa Brisha, makin mendekap lengan Arzhel.

Otomatis sang pemilik tangan menoleh, disusul Jaziel yang melongo ke arah Brisha. Arzhel diam membeku, tidak menangkis sentuhan si gadis.

“Oh, ya. Tadi malem lo bayarin gue pas di Indomei, kan? Nanti gue ganti, ya. Hehe,” sahut Brisha nyengir.

“Zhel,” panggil Jaziel penuh tanya. “Lo deket sama Brisha?”

“Ya deket, donggg. Bentar lagi juga official, kok. Lope lope buat kamu, love you,” goda Brisha centil, memberi finger heart pada Arzhel.

“G-gak mungkin,” tepis Jaziel menggeleng.

“Btw, tangan Mas lengket banget. Lepas, dong. Giliran calon pacarnya sekarang,” balas Brisha mengusir tangan Jaziel yang melingkar di pundak Arzhel.

“Eh, hampir aja lupa,” tambah Brisha, merogoh saku dan menyodorkan cokelat matcha pada Arzhel. Senyumnya tetap mengembang.

“Ini cokelat buat lo. Terima, ya. Hihi. Kalo gitu, gue pergi duluan ke kelas, nanti ketemu lagi. Bye bye!”

Moonstruck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang