__________
“Woww! Keren parah! Pecah abis! Gilaaa, suara lo ajib banget, Bin! Lolos nih kalo ikut audisi!”
Gabin menggaruk tengkuk, senyam-senyum salting.
“Dikit aja mujinya, Kak. Malu gue.”
“Dikit gimana? Salah sendiri punya suara merdu banget.”
“Hehe, nyanyi depan jodoh soalnya.”
Hampir Brisha meledakkan tawa, melihat pipi dan telinga Gabin yang memerah. Bahkan terasa ada asap mengepul tak kasat mata di atas kepala cowok itu.
Seusai menampilkan satu lagu, kerumunan penonton yang tadinya ricuh mulai terpecah. Tersisa uang berserakan di tanah, selama pertunjukan menyanyi Gabin berlangsung sepuluh menit lamanya.
Selesainya acara, gitar akustik diserahkan balik pada pria berjanggut, dan Gabin langsung menghampiri Brisha seperti sekarang.
“Suwer, suara lo bagus. Bisa main alat musik juga? Lo sering nyanyi depan orang, ya?”
“Iya, biasanya manggung di cafe-cafe. Duitnya lumayan buat ngurus anak-anak panti,” pungkas Gabin diacungi jempol Brisha.
“Mantep, kali-kali manggung di sekolah, Bin. Biar anak Grenada pada tau.”
“Taun lalu pernah, gantiin vokalis band sekolah. Tapi keknya gak ada yang inget.”
Brisha tercengang. “Serius? Muka lo ganteng padahal. Masa iya dilupain.”
“Oh, sekarang lo ngakuin gue ganteng?” goda Gabin menaik-turunkan alis.
“Ishh, gak gitu. Tau ah!” rajuk Brisha jengkel. Bersiap menarik langkah maju, tapi dicekal kuat oleh Gabin.
“Bentar, Kak. Itu duit mau gak?” Gabin menunjuk ceceran uang yang seperti daun kering menumpuk.
“Lah, bukannya buat Om-om yang punya gitar?”
“Kagak, udah hak gue itu. Kumpulin cepet.”
“Ambil sendiri, lah. Dikira gue babu lo?”
“Yakin gak mau?”
Bergegas, Gabin memungut satu-persatu lembaran uang di atas tanah, serta yang di dalam kardus dia ambil semua. Brisha bengong menyaksikan, mungkin kalau dihitung, uang yang diraup Gabin ratusan.
Setelahnya, cowok imut itu menyodorkan separuh duit pada Brisha.
“Nih, dua ratus. Upah karena mau bolos sama gue.”
“Serius?” tanya Brisha kaget.
“Kalo gak mau yaudah.”
“Eh, jangan gitu, ganteng. Pamali ngambil balik barang yang mau dikasih.” Brisha merampas kilat uang itu, sambil cengengesan. “Hehe, makasih, say.”
“Sama-sama, say.”
“Ah, wanginya,” cetus Brisha menghirup duit. “Yok lah, foya-foya! Kita maen sampe mampus!”
“Gak mau balik ke sekolah?” tanya Gabin memastikan.
“Bolos aje kita. Sampe pulang, hehe.”
Sekarang pasti sudah tertebak, siapa yang paling sesat melebihi Gabin.
🕊️🕊️🕊️
“WAAAA, MAU NAEK BIANGLALA!”
“KORA-KORA SERU BANGET! NAEK LAGI, YUK!”
“AAAAA, ROLLERCOASTER NAGIH ABISS! MAU NAEK LAGI!”
“BIN, BIN! MAU NAEK ITU! NAEK ITU!”
Selama dua jam lebih, Brisha asik senang-senang di taman hiburan mencicipi berbagai wahana. Naik inilah, itulah, segala macam dicoba sampai Gabin kewalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstruck
Ficção Adolescente[ END ] 🍭 ROMANCE COMEDY 🍭 Brisha tersenyum tengil. "Lo homo?" Arzhel terkekeh ringan. "Perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?" "Yaudah, buktiin," tantang Brisha. "Then, i'll kiss you now." *** Julukan Hot Queen Grenada sudah melekat lama pada di...